Tahun Baru Hijriah, Ini 3 Fakta Kirab 1 Sura Keraton Surakarta

Berikut sederet fakta menarik kirab 1 Sura yang digelar Keraton Solo.

oleh Tifani diperbarui 30 Jul 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2022, 00:00 WIB
Kerbau Bule Hingga Sedekah Merapi Saat Malam 1 Suro
Kawanan Kerbau Bule keturunan Kerbau Pusaka Keraton Kiai Slamet membuka jalan bagi rombongan Kirab Peringatan Malam 1 Suro Keraton Surakarta Hadiningrat di Jalan Mangkubumen Sasono Mulyo, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (25/10/2014). (Antara Foto/Maulana Surya)

Liputan6.com, Solo - Pergantian tahun baru Hijriah, 1 Muharam juga diperingati sebagai malam 1 Sura dalam tradisi Jawa. Bagi sebagian masyarakat Jawa menganggap malam 1 Sura merupakan malam yang sakral.

Banyak tradisi Jawa yang digelar untuk memperingati malam 1 Sura, salah satunya ialah kirab yang diadakan Keraton Surakarta. Tradisi kirab ini sudah digelar oleh Keraton Solo selama ratusan tahun.

Kirab 1 Sura yang digelar Keraton Solo biasanya akan digelar dengan iring-iringan kerbau albino atau kebo bule hewan kesayangan Pakubuwana II, punggawa kerajaan hingga aneka pusaka miliki Keraton Solo. Dikutip dari berbagai sumber, berikut sederet fakta menarik kirab 1 Sura yang digelar Keraton Solo.

1. Asal usul Perayaan tradisi 1 Sura

Asal usul perayaan malam 1 Sura konon bermula pada masa Kerajaan Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pada saat itu Sultan ingin menyatukan dua kubu masyarakat Jawa yang terpecah karena berbeda keyakinan yakni antara Kepercayaan Kejawen dengan Kepercayaan Islam.

Tercetuslah sistem penanggalan dengan menggabungkan Kalender Saka (Jawa-Hindu) dengan Kalender Islam, agar kedua kubu tersebut dapat bersatu. Biasanya, ribuan orang ikut berpartisipasi dalam Ritual Kirab Satu Suro di Keraton Surakarta.

Mulai dari keluarga kerajaan, lalu para abdi dalem yang ada di seluruh Solo turut ikut dalam iring-iringan kirab. Semua peserta kirab menggunakan pakaian berwarna hitam.

Laki-laki menggunakan pakaian adat Jawa berwarna hitam yang dikenal dengan nama jangkep, sedangkan perempuan menggunakan kebaya berwarna hitam. Makna dari ritual Malam 1 Suro adalah refleksi diri atau mengingat kembali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat selama setahun.

Dengan adanya refleksi itu, diharapkan satu tahun ke depan seseorang berubah sifatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Iring-Iringan Kerbau Bule

2. Iring-iringan Kerbau Bule

Tidak ketinggalan pula, dalam iring-iringan itu terdapat kerbau atau kebo bule yang merupakan keturunan dari Kebo Kiai Slamet. Hewan itu begitu dikeramatkan oleh Keraton Surakarta.

Pada awalnya, kebo bule merupakan hadiah dari Bupati Ponorogo pada Pakubuwono II yang kemudian diberi nama Kiai Slamet. Kerbau bule yang sekarang masih dipelihara Keraton Surakarta adalah keturunan dari Kebo Kiai Slamet yang dipelihara ratusan tahun silam.

Dalam iring-iringan kirab, barisan kebo bule berada di barisan paling depan beserta pawangnya. Selesai ritual itu, banyak masyarakat yang mengambil kotoran kebo bule. Bagi sebagian orang, kotoran itu dipercaya bisa mendatangkan keberkahan dan juga kemakmuran.

3. Rute Kirab 1 Sura 2022

Keraton Kasunanan Surakarta akan gelar kirab pusaka Malam 1 Sura dengan rute sepanjang 7 km, pada tahun 2022 ini. Kirab akan dimulai dari Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta kemudian menuju simpang Bank Indonesia, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi, hingga kembali ke keraton.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya