Cerita Warga Kampung Miliarder Tuban Menyesal Harapkan Pekerjaan dari Pertamina

Sejumlah warga di kampung miliarder Tuban Jawa Timur mengaku menyesal telah menjual aset miliknya ke Pertamina dan terus berjuang untuk mendapatkan pekerjaan

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jan 2022, 04:00 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2022, 04:00 WIB
Cerita Warga Kampung Miliarder Tuban Menyesal Harapkan Pekerjaan dari Pertamina
Suarana kampung miliarder di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban belakangan mengaku menyesal menjual tanahnya ke Pertamina. (Ahmad Adirin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah warga di desa Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban Jawa Timur mengaku menyesal telah menjual lahannya untuk kepentingan pembangunan kilang minyak Pertamina.

Tanah tersebut dijual untuk pembangunan kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) yang bekerja sama dengan perusahaan Rusia, Rosneft.

Namun, beberapa warga di Desa Miliarder itu mengaku menyesal menjual lahannya untuk kepentingan pembangunan kilang minyak. Bahkan, mereka kini kesulitan mencari mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Seperti dirasakan Musanam (60), salah satu warga kampung miliarder di ring satu perusahaan tepatnya di Dusun Tadahan, Desa Wadung, Kecamatan Jenu Tuban Jawa Timur.

Dia mengaku, setelah menjual tanah tahun lalu, kini kakek tersebut tidak lagi memiliki penghasilan tetap. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia terpaksa menjual sapi peliharaannya.

"Saya menjual sapi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," kata Musanam.

Demi mendapatkan pekerjaan, kakek tersebut juga ikut demo terkait prioritas tenaga lokal untuk diperhatikan perusahaan di depan kantor Kilang Minyak Jenu, Tuban, Senin (24/1/2022). Demo tersebut juga diikuti ratusan pemuda di enam desa yang ada di Kecamatan Jenu.

Warga lain bernama Mugi mengaku saat ini dia nyaris tidak meiliki pekerjaan usai tanah seuas 2,4 hektare nya dijual ke Pertamina. Dia mengaku menyesal telah menjual lahannya pertaniannya itu ke Pertamina.

"Dulu lahan saya ditanami jagung dan cabai dan setiap kali panen bisa menghasilkan Rp 40 juta. Sekarang saya sudah tidak punya penghasilan setelah menjual lahan pertanian," kata Mugi.

Mugi mengaku lahannya dibeli Pertamina dengan harga sekitar Rp2,5 miliar lebih dan dijanjikan sang bisa bekerja di Pertamina. Kemudian uangnya ditabung dan sisanya digunakan untuk bertahan hidup di ring satu perusahaan.

"Saya dirayu mas untuk menjual tanah, katanya mau diberikan pekerjaan anak-anak saya pokoknya dijanjikan enak-enak. Tapi sekarang mana gak ada," jelasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya