Lebaran, Momen Pererat Nilai Persatuan Antar Pemeluk Agama

Lebaran dapat juga diartikan kembali pada kesucian setelah sebulan lamanya berpuasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Apr 2023, 00:54 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2023, 00:54 WIB
Program Inspirasi Ramadan 2023 yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang berbuka puasa. (Liputan6.com/ ist)
Program Inspirasi Ramadan 2023 yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang berbuka puasa. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang begitu ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Muslim di dunia. Momen Lebaran juga sering disebut sebagai hari kemenangan.

Lebaran dapat juga diartikan kembali pada kesucian setelah sebulan lamanya berpuasa, manusia digembleng dari fisik dan psikis sehingga setelah selesai puasa ia seperti terlahir kembali.

Pengertian ini disampaikan oleh KH. Taufik Damas saat mengisi program Inspirasi Ramadan 2023 yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang berbuka puasa, Minggu (9/4/2023) yang bertepatan dengan 18 Ramadan 1444 H.

"Idul Fitri itu bisa berarti bahwa kita kembali kepada kesucian, bisa juga berarti ya kita udah enggak puasa lagi setelah satu bulan Ramadan kita puasa. Nah kita Lebaran tuh 1 syawal," jelas Taufik.

Kebahagiaan umat Muslim dalam menyambut momen lebaran ini tergambar jelas dengan berbagai kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan momen lebaran. Mulai dari persiapan batin dan diri serta kepentingan lainnya agar hari raya Idul Fitri dapat berjalan lancar. Taufik mencontohkan seperti membeli baju baru, atau membagi-bagikan sebagian hartanya.

"Memang kalau orang kita mah ramai Lebaran, dua minggu gak selesai. Ya banyak yang beli baju baru, banyak juga nanti yang bagi-bagi duit, itu budaya yang sangat baik," lanjut Taufik.

Lebih lanjut Taufik menjelaskan hal yang lebih penting dalam memaknai Hari Raya Idul Fitri ini, sebagai seorang hamba, manusia memiliki banyak kesalahan terhadap sesama. Momentum Idul Fitri dapat digunakan sebagai peleburan dosa dengan cara saling memaafkan, sehingga menyambut babak baru dalam keadaan suci.

"Tapi yang paling penting memang kita itu menggunakan hari raya Idul Fitri untuk saling memaafkan satu sama lain. Karena saling memaafkan satu sama lain itu tanda orang bertakwa," jelas Taufik.

Anjuran untuk meningkatkan upaya ketakwaan, Taufik mengutip ayat Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 33, salah satunya adalah melalui memohon ampun kepada Allah swt dengan menyadari kesalahan-kesalahan dalam hidup atau kekurangan-kekurangan dalam ibadah.

Selain itu, dalam ayat tersebut juga menyatakan bahwa Allah telah menyiapkan surga nan luas bagi orang yang bertakwa. Salah satu upaya untuk meraih ketakwaan adalah lewat berpuasa, "Puasa itu kan tujuannya agar jadi orang bertakwa," jelas Taufik.

 

 

Saling Menghormati

Secara umum, yang disebut sebagai orang yang bertakwa adalah orang-orang yang benar-benar baik. Pengertian baik di sini adalah baik di sisi Allah, juga baik di mata sesama manusia. Dalam penjelasannya, Taufik menyampaikan beberapa ciri orang yang bertakwa, di antaranya adalah dermawan.

"Pertama, hatinya itu dermawan, jadi lebaran itu momen, kita yang tua bagi-bagi untuk anak-anak, yang kecil-kecil biar pada bahagia," jelas Taufik

Poin selanjutnya ciri orang yang bertakwa adalah mampu mengontrol emosi dan mampu memaafkan. Kata dan tindakan saling memaafkan adalah salah satu hal yang paling banyak dilakukan umat muslim menjelang dan di hari raya lebaran.

"Yang kedua mampu mengontrol emosi dan yang ketiga wal 'afiina 'aninnas, memaafkan orang lain, jadi itu memang momen (lebaran) saling memaafkan," jelas Taufik.

Konteks saling memaafkan ini juga tidak terbatas hanya di kalangan muslim saja, namun berlaku lintas agama. Allah swt. memerihtahkan kepada setiap hambanya untuk saling memaafkan dan saling menghormati.

"Harus juga saling memaafkan (dengan yang beda agama), karena dalam Islam itu orang dihormati, siapapun dan apapun agamanya. Jangan berpikir karena beda agama kita nyakitin yang beda agama itu boleh, enggak," jelas Taufik.

Dalam kaitannya saling memaafkan dan menghormati antar pemeluk agama, Taufik menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang melarang menghina sesembahan orang lain, karena akan berdampak pada retaknya tali silaturahmi antar pemeluk agama.

"Jangan menghina sesembahan orang lain, karena orang lain akan sakit hati, dia akan bales dengan menghina Allah dan menghina agama kita," pungkas Taufik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya