Nuansa Bali-Jawa di Tawur Agung Kesanga, Jepara

Di upacara Tawur Agung Kesanga, Jepara, terasa percampuran nuansa Bali dan Jawa.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 20 Mar 2015, 19:35 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2015, 19:35 WIB
Upacara Tawur Agung Kesanga di Jepara 0315 2

Liputan6.com, Jakarta Hari ini, Jumat (20/3/2015), umat Hindu di Jepara menggelar upacara Tawur Agung sebagai salah satu titik dari prosesi perayaan hari raya Nyepi. Sejak pagi, Pura Dharma Loka yang berada di desa Plajan kecamatan Pakisaji Jepara sudah didatangi ratusan umat. Hujan yang mengguyur tak mengganggu sedikitpun jalannya ritual ini. Semua sangat khidmat mengikuti jalannya upacara. Aneka sesaji untuk ritual tersebut juga sudah disiapkan panitia perayaan Nyepi dari Persatuan Hindu Darma Indonesia (PHDI) Jepara.

Menurut Ketua PHDI Kabupaten Jepara, Ngardi Sindu Atmaja, upacara Tawur Agung ini adalah upacara sebelum melaksanakan ritual nyepi, Catur Brata, yang dimulai besok, Sabtu (21/3/2015), pada pukul 06:00. “Catur Brata ini baru akan berakhir pada, Minggu (22/3/2015), pukul 06:00. Selama menjalankan ritual Catur Brata, tidak boleh bepergian, tidak boleh menyalakan api atau cahaya, tidak bekerja, dan tidak mendengarkan hiburan,” kata Sindu Atmaja.

Rangkaian perayaan Nyepi di Pura Dharma Loka ini tak hanya memunculkan nuansa Bali seperti pura lain pada umumnya. Namun nuansa Jawa juga sangat kental terasa. Percampuran nuansa 2 budaya itu tampak mencolok saat para umat Hindu mengenakan ikat kepala Bali dan secara sangat fasih menembangkan macapat yang merupakan tembang Jawa, sebagai pengiring prosesi upacara.

Dalam Dharma Wacana atau khotbah prosesi ini, Ketua PHDI Kabupaten Jepara, Ngardi Sindu Atmaja, mengatakan “Dengan momentum Nyepi tahun ini, kita harapkan banyak mawas diri yang berujung agar manusia dapat hidup damai berdampingan. Baik dengan alam maupun dengan sesama umat manusia. Karena tujuan dari perayaan nyepi itu untuk memohon doa kepada tuhan untuk mensucikan badan, raga manusia, dan alam semesta”.

Satu hal indah dalam rangkaian perayaan Nyepi di Jepara ini adalah toleransi umat beragama lain di Desa Plajan yang turut menjaga ketenangan serta mematikan lampu. “Kami berterima kasih karena pemeluk agama lain juga menghormati. Kami saling menghormati. Kalau yang tidak melaksanakan nyepi menyalakan lampu, bepergian, bekerja, dan beraktivitas lainnya itu kan bentuk ujian bagi kami. Jadi itu tentang kuat atau tidaknya kami menerima ujian itu," kata Sindu.

Sebelum melaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga, sepekan sebelum pelaksanaan Nyepi dalam rangka menyambut Tahun Baru Saka 1937, umat Hindu di Kabupaten Jepara melaksanakan ritual Melasti di Pantai Tirta Samudra, Jepara.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya