Dukung Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Sentuhan Ibu

Sentuhan ibu sangat penting untuk mendukung anak berkebutuhan khusus.

oleh Annissa Wulan diperbarui 18 Sep 2016, 11:00 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2016, 11:00 WIB
Nivea - anak berkebutuhan khusus
Anak dengan kebutuhan khusus.

Liputan6.com, Jakarta Kasih sayang ibu merupakan landasan yang kuat dari sebuah keluarga. Peran ibu dalam sebuah keluarga bukanlah hal yang mudah, menjadi psikolog suami sekaligus anak, dan mengatur rumah. Dilema para ibu yang semakin sering terjadi dan tidak dapat dihindari adalah memiliki anak berkebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus harus didukung, dirawat, dan dimotivasi dengan cara berbeda dari anak-anak biasa.

NIVEA sebagai brand yang telah lebih dari 100 tahun merawat keluarga, meluncurkan program CSR NIVEA #SentuhanIbu pada bulan Juni lalu. Melalui program #SentuhanIbu ini NIVEA bekerjasama dengan Kemuning Kembar untuk melakukan pendampingan bagi para ibu dengan anak-anak berkebutuhan khusus di SLB A Bandung.

"Program ini bukan hanya jarang, tapi pertama kalinya. Ada sekitar 1,5% orang Indonesia menderita disabilitas. Diharapkan melalui program ini para orangtua dengan anak disabilitas memiliki pengetahuan tentang bagaimana mendampingi, menangani, memotivasi, dan mencintai apa adanya. Prestasi anak itu kuncinya ada pada sang ibu dan itu mutlak," jelas Yakobus Tri Bagio, M.Pd, Wakil Kepala Sekolah, Bidang Kerjasama, Advokasi dan Koordinator Bimbingan Konseling SLB Negeri A Bandung ketika ditemui oleh tim Liputan6.com.

NIVEA #SentuhanIbu merupakan bagian dari program NIVEA Global "NIVEA Cares for Family" yang memiliki komitmen untuk meningkatkan kehidupan bagi keluarga yang membutuhkan.

Selama program kerja dengan NIVEA, para ibu di SLB A akan melewati sejumlah tahapan, yaitu Sensititas (Pengenalan) Emosi, Melepas Emosi, Regulasi (Pengelolaan Emosi), dan Goal Setting.

"Para ibu-ibu ini mau tidak mau harus merasa kuat dan inilah yang sebenarnya mengganggu stabilitas mereka sendiri. Maka kami di sini ingin membantu mengangkat, mengeluarkan emosi, dan mengenali apa yang bisa dilakukan dengan emosi tersebut. Mereka harus jujur terhadap perasaan marah dan kecewa yang mereka miliki, mengakui bahwa emosi tersebut ada. Salah satunya adalah dengan kegiatan ADL yang dilakukan hari ini," jelas Anggiastri Hanantyasari Utami, Konsultan Kemuning Kembar.

Sedangkan menurut Muftiah Yulismi, selaku Counsellor SLB A Bandung yang turut hadir dalam kegiatan ADL hari ini, Sabtu (17/9/2016) menyatakan bahwa program ini salah satu usaha mengembalikan peran ibu sebagai seorang guru.

"Ya, guru utama seorang anak itu adalah ibunya. Nah, di sini kita ingin mengembalikan aturan tersebut ke tempat semula, menjadikan ibu sebagai guru utama dari anaknya," jelas Muftiah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya