Liputan6.com, Jakarta Lukisan menjadi media untuk berbicara, bahkan untuk berdebat dan memberikan pemahaman baru bagi setiap orang yang melihatnya. Inilah sisi yang dimanfaatkan oleh Triyadi Guntur Wiratmo dalam setiap karya, yang dipertunjukkan pada pameran tunggal dengan tajuk “Between The Lines”. Pameran ini diselenggarakan oleh Rachel Gallery di Galeri Nasional dan dibuka pada Senin, (10/4/2017).
“Keauntentikan prangko sebagai penanda sejarah atau kejadian masa dalam suatu pemerintahan, merupakan satu unsur kuat yang saya gambarkan dalam sebuah ironi dari hasil karya yang dilukis di atas kanvas,” ungkap Guntur.
Baca Juga
Rocky Gerung Tantang Fadli Zon Datang ke Komunitas Seni untuk Perdebatkan Lukisan Yos Suprapto yang Batal Dipamerkan
Yos Suprapto Turunkan Semua Lukisannya di Galeri Nasional, Tak Merasa Rugi Pameran Dibatalkan
7 Fakta Terkait Batalnya Pameran Lukisan Karya Seniman Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia
Dalam pameran tunggal ini, Guntur menghadirkan 15 karya mixed media dengan karya seni prangko dan seni rajut. Karya-karya ini dikurasi oleh Rizki A. Zaelani yang sudah dipersiapkan awal tahun 2015 mulai dari riset, pemotretan materi visual, hingga eksekusi karya.
Advertisement
Seri perangko sendiri memberikan gambaran dua visual yang kontradiktif dalam sebuah kanvas. Tokoh terkenal yang ada dalam prangko dikondisikan dengan kondisi yang berlawanan dengan ideology tersebut. Sedangkan di karya rajutan, Guntur menekankan pesan akan ideologi atas tokoh yang digambarkan dalam lukisan.
“Karya yang ditampilkan Guntur kali ini seakan berusaha untuk mempertemukan kembali ingatan kita pada momen sejarah yang hidup dalam pemaknaan yang tidak sama. Dalam karya ini, Guntur mempersilahkan setiap orang untuk menemukan dan menikmati kesimpulannya sendiri” ungkap Rizki A. Zaelani.
Pameran ini akan dibuka untuk umum di Gedung D, Galeri Nasional selama dua minggu kedepan. Pameran akan buka setiap hari kecuali hari libur nasional. Tentunya berbagai karya kreasi ini akan membuat pengunjung kembali mempertentangkan sejarah dengan garis waktunya, lewat sebuah citra baru dalam lukisan.