Liputan6.com, Jakarta Umat Katolik di Larantuka yang terletak di wilayah timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, merayakan puncak prosesi Semana Santa. Tak hanya warga Larantuka, ribuan wisatawan Katolik lokal dan turis asing juga ikut dalam arak-arakan.
Dalam prosesi ini, umat Katolik mengarak patung Yesus yang disalib, atau mereka sebut sebagai Tuan Ana, bersama patung Bunda Maria atau yang mereka sebut patung Tuan Ma.
Baca Juga
Arak-arakan itu dilakukan setelah ibadah Jumat Agung pada sore hari. Arak-arakan ini dimulai dari Gereja Katedral, kemudian mengelilingi Kota Larantuka sepanjang 6 kilometer dan berakhir di Gereja Katedral.
Advertisement
Ribuan lilin di sepanjang rute prosesi yang dibawa para peziarah menjadikan Larantuka sebagai kota perkabungan suci.
Sepanjang jalan, arak-arakan itu berhenti di 14 perhentian kehidupan, atau yang mereka sebut armida. Armida adalah semacam altar kecil yang terdapat patung Tuhan Yesus disalib yang diapit patung Bunda Maria dan Santo Yosep. Di setiap armida, rombongan berdoa dan mengenang peristiwa wafatnya Yesus Kristus.
Di sepanjang jalan, mereka terus berdoa rosario dan mengumandangkan lagu puji-pujian untuk Bunda Maria.
Di Armida Trewa ini mereka mengenang pengorbanan Yesus Kristus yang diolok-olok, dipakaikan mahkota duri, dikenakan jubah ungu tanda penghinaan, serta disiksa sedemikian rupa.
"Semua itu dia tanggung atas dosa-dosa kita. Dia menderita menggantikan kita agar kita bebas dan selamat dari dosa-dosa," ujar Lektor dalam upacara itu.
Dalam doanya, umat Katolik di Larantuka memohon ampun pada Yesus karena kerap menghujat orang lain. Sama seperti orang-orang Yahudi menghujat Yesus.
Makna religi prosesi yang kental dengan gaya Portugis ini sesungguhnya adalah menempatkan Yesus sebagai pusat ritual, serta menempatkan Bunda Maria sebagai ibu yang berkabung atau Mater Dolorosa karena menyaksikan penderitaan putranya, Yesus, sebelum dan saat disalibkan di Bukit Golgota.
Prosesi Samana Santa itu berlangsung hingga Sabtu dini hari. Prosesi religius ini hanya satu-satunya di dunia dan telah berusia 517 tahun.
Inilah yang menjadi daya pikat banyak peziarah Katolik yang datang ke Larantuka.
Setiap tahun, perayaan ini menyedot 10 hingga 20 ribu wisatawan. Namun puncaknya, pada 2000 ada 40 ribu wisatawan yang hadir karena bertepatan dengan 5 abad Semana Santa.
Larantuka sendiri dikenal dengan nama Kota Reinha (bahasa Portugis) yang artinya 'Kota Ratu' atau 'Kota Maria'.
Â