Lima Atraksi Pesona Aspal Hitam di Festival Budaya Kota Tua Buton

Lima Atraksi Pesona Aspal Hitam di Festival Budaya Kota Tua Buton

oleh Cahyu pada 07 Agu 2017, 13:00 WIB
Diperbarui 09 Agu 2017, 12:13 WIB
Lima Atraksi Pesona Aspal Hitam di Festival Budaya Kota Tua Buton
Lima Atraksi Pesona Aspal Hitam di Festival Budaya Kota Tua Buton

Liputan6.com, Buton Kabupaten Buton akan kembali panas bergelora. Bukan karena produksi aspal hitam terbakar yang meletup-letup, melainkan karena ada Festival Budaya Tua Buton yang akan membuat puluhan ribu peserta dan wisatawan bergelora menyatu bersama dalam parade seni dan budaya.

Festival Budaya Tua Buton akan dilaksanakan pada 19-25 Agustus 2017 dan akan dipusatkan di Takawa, Desa Dongkala, Pasarwajo. Takawa sendiri merupakan pusat pemerintahan kabupaten Buton.

"Ini event tahunan dan dengan festival ini kita harapkan terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara yang datang ke Buton, Sulawesi Tenggara. Apalagi Buton akan jadi salah satu tempat singgah kapal-kapal dari berbagai negara yang berlayar dalam rangkaian acara Sail Tomini 2017," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Buton, La Ode Zainudin Napa.

Ada beberapa event unik dan menarik yang disajikan dalam festival ini, yang juga ditujukan untuk menyambut Sail Tomini 2017.

"Festival ini ada lima rangkaian. Dibuka dengan Festival Dole Dole, lalu dilanutkan Festival Posuo (pingitan), Ritual Tandaki, Festival Pekande Kandea, dan ditutup dengan tarian kolosal yang melibatkan 10ribu orang," ujar La Ode.

Festival Dole Dole merupakan tradisi tua berupa imunisasi alamiah masyarakat Buton yang diwariskan secara turun temurun. Prosesi ini dilaksanakan untuk anak yang berumur di bawah lima tahun. Biasanya, dilengkapi pula dengan pemberian nama bagi anak. Tahun ini, sebanyak 200 anak balita akan disertakan dalam Festival Dole Dole.

Kegiatan yang tak kalah menariknya adalah Festival Posuo (Pingitan). Festival yang satu ini merupakan tradisi pingitan bagi gadis remaja sebelum memasuki usia dewasa. Pada masa lampau, kegiatan pingitan dilaksanakan selama 40 hari, setelah itu menjadi 7 hari, dan saat ini dapat dilaksanakan hanya empat hari lamanya. Festival Posuo diikuti oleh 200 gadis remaja.

"Semua itu untuk melestarikan tradisi tua masyarakat Buton yang diwariskan turun temurun. Di 2017 ini, Festival Posuo diikuti 200 gadis remaja. Mereka akan tampil menarik dan mengikuti upacara ritual secara seksama," ucap La Ode.

Selanjutnya, ada pelaksanaan Ritual Tandaki yang merupakan tradisi sunatan Buton. Ritual Tandaki diperuntukkan bagi anak laki-laki yang telah memasuki masa akil balig, yang melambangkan anak laki-laki tersebut berkewajiban untuk melaksanakan segala kebaikan dan menghindari yang terlarang.

Sunatan ini sudah dilakukan ribuan tahun silam bahkan sebelum Islam masuk ke Buton. Di zaman dulu pakai bambu, tetapi kini sudah memakai tenaga medis. Dalam acara sunatan tahun ini juga akan melibatkan 200 anak.

Setelah itu, ada Festival Pekande-Kandea yang merupakan tradisi menyambut para pejuang dari medan pertempuran. Dalam bahasa Buton, kegiatan itu sering juga disebut Bongkaana Tao.

“Ini semacam makan bersama. Tempat makannya unik bernama talang, yakni nampan berkaki,” kata Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar, Wawan Gunawan.

Selain atraksi budaya, imbuh Wawan, festival Buton juga menyuguhkan kuliner yang dijamin bikin ketagihan. Seperti ikan dole, yaitu ikan kecil-kecil dan ditumbuk dengan kelapa. Lalu, ada ayam nasuwolio, bentuknya ayam goreng dengan kelapa. Belum lagi kue-kue tradisional dari bolu sampai baruasa.

Puncaknya? Akan ada tarian kolosal yang diperagakan lebih dari 10 ribu orang. Empat jenis tarian akan ditampilkan yaitu Ponare, Potimbe, Bosu, dan Lumense. Lokasinya berada di panggung utama yang bisa disaksikan pengunjung dari ketinggian.

Dalam rangkaian festival juga ada pameran Buton Expo. Malam harinya, hiburan rakyat berupa lomba-lomba kesenian daerah dan penampilan artis Ibu Kota dan lokal akan membuat festival ini lebih semarak.

Di luar acara festival, wisatawan dapat menikmati pesona keindahan Pulau Buton yang kini telah mekar menjadi beberapa kabupaten/kota, masing-masing Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, dan Kabupaten Bombana yang wilayahnya masuk dalam jazirah daratan Sulawesi Tenggara. La Ode mengatakan, ada pembagian fokus pariwisata di ketiga daerah Buton, Bau Bau, dan Wakatobi

"Buton mengandalkan kawasan hutan Lambusongo, kalau Wakatobi diving-nya sedangkan Kota Baubau menonjolkan Benteng Kesultanan Buton-nya," ucap dia.

Andalan Buton lainnya adalah Hutan Lambusango, karena setiap tahun mampu menjaring wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 800 orang per tahun, terutama asal Eropa, terlebih Inggris.

“Mereka dikoordinior LSM Wallacea yang berkantor pusat di Inggris, yang datang ke Hutan Lambosango setiap tahun,” kata La Ode.

Lambosango merupakan hutan tropis sekaligus hutan adat bagi masyarakat Kabupaten Buton. Hutannya masih terjaga dan menjadi paru-paru dunia. Di dalamnya ada beragam jenis pohon dan hewan, dan juga ada air terjun yang menakjubkan.

Untuk pantai, bisa mencoba sensasi Pantai Wabula yang berada di Desa Adat Wabula. Pantai ini memiliki sunset menakjubkan dan memilik beberpa spot diving. Satu lagi Pantai Kogano yang tengah disiapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, yang memiliki bentangan pantang sepajang 2 kilometer.

Sedangkan di Bau-Bau, wisatawan bisa menikmati pesona Benteng Keraton Buton yang merupakan benteng terluas didunia dan pernah tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guinness Book Record pada tahun 2006 sebagai Benteng Terluas di Dunia dengan luas sekitar 23.375 hektar.

Saking luasnya, sampai terdapat dua kelurahan yang dilingkupi megahnya tembok-tembok kokoh benteng ini. Lebih menarik lagi, benteng ini bukan warisan penjajahan, tetapi murni buatan manusia Buton zaman dahulu, ketika Kerajaan dan Kesultanan Buton berjaya pada zamannya.

Bukan hanya Kota Baubau, sebagai pusat peradaban Pulau Buton, juga ada Kabupaten Wakatobi, yang sangat populer dengan pesona lautnya. Saking populernya, Wakatobi dikenal sebagai kabupaten yang memiliki terumbu karang terbaik di dunia.

Wajar, bila wisatawan mancanegara kerap berkunjung ke sana, termasuk Duta Besar Amerika, Cameron Hume, pernah menghabiskan empat hari di sana untuk menyelam dan berekreasi. Bahkan, Bill Gates, raja Microsoft juga pernah diving dan menikmati matahari terbenam di peraduan di salah satu destinasi diving terbaik di jagad raya, sisi barat Pulau Lamanggau ini.

Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, mengapresiasi event Festival Budaya Kota Tua Buton itu. Kegiatan yang setiap tahun makin meriah ini bisa menjadi sarana untuk mempromosikan potensi pariwisata serta meningkatkan kunjungan wisatawan ke Pulau Buton

"Banyak keunikan-keunikan warisan budaya nenek moyang yang ditampilkan di sini, ini harus dilestarikan," kata Arief.


Arief melanjutkan, Parade Pesona Kebangsaan juga bagian dari upaya memperkuat atraksi sebagai bagian penting dari unsur 3 A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas).

“Pulau Buton merupakan destinasi kelas dunia karena memiliki ikon Benteng Keraton Buton, Hutan Lambusango, dan Pesona Wakatobi yang telah ditetapkan sebagai destinasi prioritas dan dikembangkan sebagai 10 Bali Baru,” ujar Arief.


(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya