Menpar Menunjukkan Keberagaman Lewat Busana Nusantara

Menpar Arief: Kita Beragam Sekaligus Bersatu dalam Busana Nusantara

oleh Cahyu pada 18 Agu 2017, 10:43 WIB
Diperbarui 20 Agu 2017, 10:13 WIB
Kawah Ijen
Menpar Arief: Kita Beragam Sekaligus Bersatu dalam Busana Nusantara

Liputan6.com, Jakarta Ada yang spesial dari peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-72 di halaman Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dan seluruh jajarannya mengenakan busana adat Nusantara. Suasana upacara detik-detik proklamasi itu menjadi terasa sangat Bhinneka Tunggal Ika.

"Kita tidak seragam, kita beragam, sekaligus bersatu!" ujar Arief, dalam sambutannya sebagai inspektur upacara di halaman Kantor Kemenpar yang terletak di Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Keberagaman, perbedaan, dan diversity dalam pariwisata itu justru saling menguatkan. Beda budaya, beda adat istiadat, beda kepercayaan, beda cara berpakaian, beda kebiasaan makanan, beda dialek, tetapi satu dalam komitmen bernegara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Hari ini, saya menggunakan pakaian adat Palembang dan saya merasa sangat Indonesia," ucap Arief, yang didampingi istri yang sama-sama mengenakan Busana Nusantara.

Pidato Menpar pada Peringatan Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-72 memang banyak mengungkapkan indahnya rasa kebhinnekaan.

"Sebelum membacakan sambutan, izinkanlah saya mengungkapkan perasaan saya. Rasa bangga dan rasa kebangsaan saya tergetar melihat rekan-rekan menggunakan pakaian tradisional, penuh warna dalam harmoni, karena inilah sesungguhnya kita, bangsa Indonesia, beragam sekaligus bersatu," kata Arief.

"Selanjutnya, pakaian tradisional ini saya sebut sebagai Busana Nusantara dan saya minta Sekretaris Menteri (Sesmen) untuk menetapkan (kalau) setiap upacara kita gunakan Busana Nusantara," ujarnya.

Mengapa Arief tidak menyebutnya sebagai "pakaian nasional"?

"Kalau disebut pakaian nasional, seolah semuanya harus seragam, harus sama. Padahal, kita hidup dalam atmosfer keberagaman," ucap Arief.

Ia pun meminta seluruh kompenen bangsa dapat memaknai HUT RI ke-72 lebih mendalam. Bukan hanya sebagai momentum untuk menggugah memori kolektif sebagai bangsa besar yang senantiasa menghormati jasa pahlawan, tetapi juga siap bergotong royong membangun bangsa.

Bergotong royong, yang dalam kata lain adalah kerja sama, merupakan wujud dari kata solid dalam corporate culture yang selalu digaungkan Kemenpar. Bersatu, bersama membawa Indonesia terbang tinggi. Mewujudkan pariwisata Indonesia sebagai arus utama dalam memajukan dan memakmurkan bangsa.

Arief mengatakan bangsa ini harus menjadikan sejarah sebagai fondasi masa depan. Menurutnya, kemerdekaan bisa direbut karena semua anak bangsa mampu bersatu dan bekerja sama.

“Dulu, pahlawan kita berjuang untuk meraih kemerdekaan. Sekarang, kita harus berjuang untuk memenangkan persaingan. Modal kokoh persatuan itu harus terus kita jaga, kita rawat, perkuat. Karena kita adalah bangsa petarung,” kata Arief.

Presiden Jokowi, kata Arief, telah menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan pembagunan nasional. Pariwisata dijadikan sebagai sektor prioritas selain pangan, energi, maritim, serta kawasan ekonomi khusus.

“Ini terjadi sejak akhir tahun 2014. Tahun 2015 juga masuk, 2016, dan sekarang 2017 masuk. Dan di draft RKP (Rencana Kerja Pemerintah ) 2018, tinggal tiga industri yang masuk. Nomor satu adalah pertanian, kedua pariwisata, dan tiga perikanan,” ujar Arief.

Artinya, pariwisata telah dijadikan leading sector Republik Indonesia ke depan. Sebab, pariwisata merupakan industri yang paling sustainable, paling menyentuh ke level bawah masyarakat, dan kinerja tiap tahunnya menanjak.

“Dengan komitmen Presiden tersebut, maka seluruh kementerian dan lembaga (K/L) mendukung pengembangan infrastruktur pariwisata, terutama di 10 destinasi prioritas,” kata Arief.

Target 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan 270 juta wisatawan nusantara (wisnus) pada 2019 dikatakan Arief bukan merupakan target Menpar, melainkan target langsung dari Presiden Republik Indonesia.

“Konsekuensinya kalau itu target Presiden Republik Indonesia, maka seluruh Kementerian atau lembaga wajib mendukung. Apa saja yang diputuskan oleh Presiden langsung ditindaklanjuti di tingkat Kementerian secara incorporated. Atau yang sering saya sebut sebagai Indonesia incorporated,” ujar Arief.

Indonesia incorporated harus juga terjadi di daerah, terutama yang mempunyai potensi pariwisata dan sudah menempatkan diri sebagai destinasi pariwisata. Arief bersama Presiden adalah orang-orang yang yakin bahwa ekonomi kreatif. termasuk pariwisata di dalamnya, akan menjadi koor ekonomi bangsa. 

“Jadi, beruntunglah Pak Presiden kita commited terhadap pariwisata. Kita harus gunakan momentum yang sangat baik ini (untuk) membangun pariwisata,” ucap Arief.

Presiden, imbuhnya, sebelumnya telah dua kali mengapresiasi kinerja Kementerian Pariwisata. Sampai bulan Juni, pertumbuhan wisatawan mancanegara mencapai 22,4 persen.

Seberapa besar pertumbuhan itu?

Dibanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang 5,01 persen, maka terbilang pertumbuhan wisman yang identik dengan penerimaan devisa, naik empat kali lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional.

“Saya sering katakan "kenali musuhmu, kenali dunia. Kenali dirimu maka kamu akan memenangi peperangan." Kita tumbuh 22 persen, ASEAN tumbuh enam persen, dan dunia tumbuh lima persen. Kita jauh lebih cepat dari regional dan global,” kata Arief.

Walaupun begitu, ia mengingatkan untuk tetap mengenali “musuh”, dalam arti pesaing, yaitu Vietnam yang bersama Indonesia masuk ke dalam “Top 20 the Fastest Growing Destination in the World”.

“Vietnam tumbuh 24 persen dan kita 22 persen, dan itu kita harus akui. Rahasia suksesnya Vietnam, mereka melakukan deregulasi,” ujar Arief.

Dalam hal branding, pada 2017 Wonderful Indonesia berada di urutan 47 dan masuk cluster 1. Amazing Thailand ada di ranking 68 dan Truly Asia Malaysia di ranking 85.

Namun, untuk mencapai tingkatan itu tentunya tidak mudah. Harus membawa tatanan bekerja untuk bangsa dan negara.

Arief telah berkali-kali mengatakan bahwa spirit lebih hebat dari strategi. Spirit terkait dengan ruh dan karakter, sedangkan strategi terkait dengan rasio dan kompetensi. Kenyataanya, ruh dan karakter akan membawa pengaruh besar pada kesuksesan.

Arief telah mengimplementasikan budaya kerja yang disebut Win Way, Corporate Culture di lingkungan Kementerian Pariwisata. Budaya kerjanya, salah satunya adalah menyangkut gotong royong tadi, yaitu solid serta ditambah speed dan smart.

“Kerja bersama itu solid. Pihak yang memenangkan peperangan bukan pasukan yang banyak, bukan senjatanya yang tajam, tetapi kesatuan. Jadi, jika tidak ada kesatuan, tidak ada unity, tidak ada soliditas, tidak ada kerja bersama, maka tidak akan ada speed dan tidak akan pernah ada smart. Karena itu adalah modal dasar,” ucap Arief.

Presiden juga telah mengingatkan sebelumnya bahwa hanya bangsa yang cepat bergerak yang akan memenangkan persaingan.

“Dalam bahasa saya, bukan yang besar akan makan yang kecil, melainkan yang cepat akan makan yang lambat. Jadi, selain kita bersatu, juga harus dapat bergerak cepat,” ucap Arief.

Ia melanjutkan, untuk bergerak dengan sangat cepat, lakukanlah deregulasi. Jangan buat birokrasi-birokasi baru yang akan membuat Indonesia semakin tidak bisa berkompetisi.

“Kuncinya sangat mudah, buatlah orang masuk ke Indonesia lebih mudah. Buatlah orang berinvestasi di Indonesia lebih mudah, sesederhana itu,” kata Arief.

“Dengan semangat persatuan Indonesia, saya yakin akan mampu menjalankan tugas konstitusional kita menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang mandiri, berdaulat dan berkpribadian,” ujar dia.

Dirgahayu Republik Indonesia, Dirgahayu Negeri Pancasila, Salam Pesona Indonesia.


(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya