Liputan6.com, Jakarta Meskipun sudah dilontarkan sejak awal tahun 1970-an, pengembangan gagasan teori dan kritik sastra loka atau sastra tempatan, yakni teori dan kritik sastra yang berpijak pada budaya dan penggalian unsur-unsur kedaerahan, belum banyak kemajuan.
Kegelisahan terhadap “dominasi” teori dan kritik sastra yang berasal dari Barat masih terus bergulir. Di antara kita masih ada kesan bahwa kajian-kajian sastra dari Timur hanya menjadi “makmum” dan Barat menjadi “imam”-nya.
Hal inilah yang kemudian menjadi fokus dalam Seminar Antarbangsa Kesusasteraan Asia Tenggara (SAKAT), yang digelar Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), 11-14 September 2017 di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta.
Mengusung tema besar “Teori dan Kritik Sastra Loka (Sastra Tempatan)”, Mastera nampaknya ingin menyebarluaskan kembali hasil pengembangan teori dan kritik sastra loka yang sudah dilakukan sejak 2012. Tak hanya itu, poin penting lain dari kegiatan ini adalah tolok ukur seberapa jauh teori dan kritik sastra loka telah berkembang dan diterima oleh masyarakat sastra di Asia Tenggara.
Seminar ini sendiri menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri yang membahas berbagai topik, mulai dari teori nilai sastra dari Sutan Takdir Alisyahbana, sastra profetik dan sastra berasaskan Islam, estetika paradoks Jakob Sumardjo, teori SUKUT, hingga estetika dan nilai lokalitas dalam sastra dunia secara umum.
Di dalam acara Pembukaan SAKAT akan diumumkan pula para pemenang Penghargaan Sastrawan Muda Mastera 2017 dari Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Penghargaan dari Mastera Indonesia ini rencananya akan diberikan oleh Mendikbud.
Di SAKAT juga akan diluncurkan beberapa buku produk Mastera hasil Program Penulisan Mastera, antara lain Kritik Sastra Lintas Budaya Serantau: Puisi, South East Asia Literary and Cultural Rendezvous (Penerjemahan Esai Terpilih), Nasihat Murang-Maring Pengarang Seksi (Antologi Esai Mastera), Setrika Kabut (Antologi Puisi Mastera), Demit dan Mikrocip (Antologi Drama Mastera).
Simak juga video menarik berikut ini:
Advertisement
Tentang SAKAT
SAKAT merupakan salah satu program Mastera yang diadakan setiap tahun dan dilaksanakan secara bergilir oleh negara anggota Mastera (Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand). Pada tahun 2017 ini, Indonesia menjadi tuan rumah SAKAT ke-13 sekaligus menjadi tuan rumah Sidang Ke-23 Mastera yang akan dilaksanakan pada tanggal 13—14 September 2017. Sidang Ke-23 ini akan mengevaluasi program kerja Mastera tahun 2017 dan membahas program selanjutnya, seperti Kuliah Sastra Bandingan, Program Penulisan Mastera, dan berbagai penerbitan (buku, jurnal, majalah, dan lembar sisipan Mastera).
Mastera yang didirikan pada tahun 1995 ini merupakan majelis kerja sama negara Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam bidang pengembangan dan pembinaan kesastraan. Keanggotaan Mastera ini diwakili oleh lembaga-lembaga kebahasaan di tiap negara. Mastera Indonesia direpresentasikan oleh Badan Bahasa, Kemendikbud.