Liputan6.com, Jakarta Ketidakpastian ekonomi sering kali membuat banyak orang ragu untuk menabung atau investasi. Namun, menurut Perencana Keuangan Andy Nugroho, justru dalam kondisi seperti ini, pengelolaan keuangan yang bijak menjadi semakin penting.
Bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk memastikan stabilitas finansial di masa depan. Baik dalam kondisi ekonomi stabil maupun tidak, menabung dan berinvestasi tetap harus menjadi prioritas dalam pengeluaran kita.
Advertisement
Baca Juga
"Sebenarnya dalam kondisi yang sedang stabil pun, menabung dan berinvestasi itu sebaiknya juga tetap menjadi prioritas pengeluaran kita," kata Andy kepada Liputan6.com, Kamis (20/3/2025).
Advertisement
Dalam situasi yang kurang stabil seperti sekarang, lebih bijak jika dana dialokasikan ke instrumen investasi dengan risiko rendah dibandingkan investasi yang berisiko tinggi.
"Mungkin kalimat yang lebih tepat adalah dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti sekarang, dana kita lebih baik ditabung/ diinvestasikan di instrument yang resikonya rendah dibandingkan dengan yang beresiko tinggi," ujarnya.
Idealnya, kata Andy, perlu memiliki dana darurat sebesar tiga kali penghasilan bulanan. Jika belum mampu mencapainya, mulailah dengan konsisten menabung minimal 10% dari penghasilan bulanan. Dengan begitu, kita dapat membangun keamanan finansial secara bertahap.
"Idealnya dana darurat yang kita miliki adalah sebesar 3 kali dari penghasilan bulanan kita. Ditambah dengan investasi dan tabungan, semakin besar angkanya tentu semakin baik," jelas Andy.
Investasi Jangka Panjang: Lebih Menguntungkan di Masa Sulit
Menurutnya, saat kondisi ekonomi tidak menentu, investasi jangka panjang justru lebih menguntungkan karena lebih tahan terhadap volatilitas pasar. Untuk mengoptimalkan investasi dalam kondisi seperti sekarang.
"Justru dalam kondisi yang sedang tidak pasti seperti sekarang, investasi jangka panjang itu lebih menguntungkan karena resikonya lebih rendah serta tidak terimbas volatilitas situasi ekonomi jangka pendek," katanya.
Andy pun memberikan beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam memitigasi risiko investasi di saat kondisi ekonomi yang sedang tertekan:
Pertama, Kenali dan Pahami Profil Risiko. Setiap orang memiliki tingkat toleransi risiko yang berbeda. Secara umum, investor terbagi dalam tiga kategori Agresif: Berani mengambil risiko tinggi demi potensi keuntungan besar.
Kemudian, Moderat yakni bersedia mengambil risiko sedang dengan harapan imbal hasil yang stabil. Lalu, konservatif, yakni memilih risiko rendah dengan fokus pada keamanan dana.
Kedua, pilih Instrumen Investasi yang Sesuai. Setelah mengetahui profil risiko, pilihlah instrumen investasi yang cocok. Saat ekonomi tidak stabil, lebih baik memilih investasi dengan risiko rendah hingga sedang, seperti deposito, obligasi pemerintah, atau reksa dana pasar uang.
Advertisement
Langkah Lainnya
Ketiga, pahami Investasi dengan baik. Sebelum berinvestasi, pastikan Anda memahami cara kerja investasi tersebut, termasuk bagaimana memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian. Jangan hanya tergiur dengan janji imbal hasil tinggi tanpa memahami risikonya.
Keempat, cek Legalitas dan Hindari Investasi Bodong. Pastikan perusahaan investasi yang Anda pilih memiliki izin resmi dan beroperasi secara legal. Hindari skema investasi yang tidak masuk akal atau menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat, karena bisa jadi itu adalah investasi bodong.
Dengan demikian, di tengah ketidakpastian ekonomi, menabung dan berinvestasi tetap harus menjadi prioritas. Kuncinya adalah memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan kondisi pasar saat ini.
Andy menilai, dengan perencanaan yang matang dan keputusan yang bijak, kita tetap bisa mengelola keuangan dengan baik dan mencapai tujuan finansial jangka panjang.
