Debut 2 Seniman Lokal Desain Batik di Guinness One Indonesia

Darbotz (artis grafiti) dan Ykha Amelz (ilustrator) mendesain kemasan edisi terbatas Guiness One Indonesia dengan motif batik modern

oleh Novi Nadya diperbarui 15 Okt 2017, 08:03 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2017, 08:03 WIB
Darbotz dan Ykha Amelz
Darbotz (artis grafiti) dan Ykha Amelz (ilustrator) mendesain kemasan edisi terbatas Guiness One Indonesia dengan motif batik (Foto: Liputan6.com/Novi Nadya)

Liputan6.com, Jakarta Darbotz (artis grafiti) dan Ykha Amelz (ilustrator) menjadi dua local artist pertama yang berkesempatan mendesain kemasan edisi terbatas Guiness One Indonesia menggunakan motif batik. Ini adalah tahun ketiga Guinness membuat edisi terbatas Guinnes One Indonesia dalam kampanye Together We Are More. Sebelumnya, desain edisi kemasan terbats dibuat oleh seniman luar negeri.

Peluncuran Guinness One Indonesia Edition pun bertepatan dengan bulan Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 5 Oktober. Di tengah isu lunturnya kebhinekaan, batik dianggap sebagai pemersatu Indonesia sebagai simbol warisan yang menonjolkan persamaan dalam keberagaman.

"Tahun ini, kami merayakan batik sebagai 'seragam' persatuan Indonesia dengan mempertemukan dua desainer Indonesia yang luar biasa berbakat untuk mendesain kemasan Guinness edisi terbatas yang ketiga," ujar Assistant Chief Representative Officer for Diageo in Indonesia, Adrienne Gammie di Jakarta belum lama ini.

Guinness One Indonesia Edition terinspirasi oleh prinsip Pancha Mahabutha yang menggabungkan unsur-unsur bertolak belakang. Seperti Api (Teja) dengan Air (Apah) dan Bumi (Perthiwi) dan Udara (Bayu) untuk menciptakan pola harmonis dan menyatu.

 

Proses Kreatif Mendesain Batik

Darbotz dan Ykha Amelz
Darbotz (artis grafiti) dan Ykha Amelz (ilustrator) mendesain kemasan edisi terbatas Guiness One Indonesia dengan motif batik (Foto: Liputan6.com/Novi Nadya)

Darbotz dan Ykha Amelz pun mengawali proses mendesain dengan lebih dulu mempelajari berbagai motif dan filosofi batik dalam sebuah workshop selama satu bulan. Keduanya pun mengaku baru pertama kali menggambar dengan tema batik.

"Setelah melakukan riset, saya memilih batik motif parang. Kebetulan parang itu melambangkan air, dan saya kebagian elemen air dan api. Ada juga visual lain yang ditambahkan sesuai dengan style saya. Meski tuntutannya harus batik, ada ego saya di sini," ujar Darbotz saat ngobrol dengan Liputan6.com, di Applebee's, Plaza Senayan, Jakarta belum lama ini.

Darbotz (artis grafiti) dan Ykha Amelz (ilustrator) mendesain kemasan edisi terbatas Guiness One Indonesia dengan motif batik (Foto: Liputan6.com/Novi Nadya)

Sementara itu, Ykha Amelz mewakili unsur bumi dan udara yang juga memiliki tantangan sendiri dalam pengerjaan desainnya. Ia harus keluar dari zona nyaman saat menggambar dengan batik.

"Tetapi saya sangat menikmati prosesnya, belajar tentang gimana menerapkan ideologi batik serta makna dari elemen yang saya wakili. Apalagi ada misi untuk mempererat keutuhan Indonesia dengan batik. Senang banget saat ditawarin dan mendapat kepercayaan ikut campaign ini," ujar Ykha saat ditemui di tempat yang sama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya