Tanjakan Emen Merenggut Nyawa Saudara Kami

Kecelakaan Tanjakan Emen mengubur keinginan rombongan Koperasi Permata Legoso sebelum sampai di lokasi wisata Sari Ater

oleh Novi Nadya diperbarui 14 Feb 2018, 08:15 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2018, 08:15 WIB
Kecelakaan Tanjakan Emen
Suasana lokasi kecelakaan Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, Sabtu 10 Februari 2018 (Liputan6.com/Pool/Neneng Y)

Liputan6.com, Jakarta Kecelakaan Tanjakan Emen mengubur keinginan rombongan Koperasi Simpan Pinjam Permata Legoso untuk berwisata ke Sari Ater, Subang, Jawa Barat, 10 Februari 2018. Belum sampai di lokasi piknik, 26 orang warga Legoso tewas dan puluhan lainnya luka-luka karena bus yang mereka tumpangi kecelakaan di Tanjakan Emen.

Sebelum petaka Kecelakaan Tanjakan Emen terjadi, rombongan sudah lebih dahulu melaksanakan Rapat Akhir Tahun (RAT) di rumah makan mi Jawa di daerah Lembang, Jawa Barat dan membeli oleh-oleh Tahu Susu yang lokasinya tidak terlalu jauh dari lokasi pertama, baca di sini.

Rombongan yang berada dalam tiga bus melanjutkan perjalanan ke Sari Ater. Berikut kisah maut menjemput sebelum sampai tujuan yang dituturkan salah seorang rombongan yang berada di bus tiga, persis di belakang bus yang mengalami kecelakaan Tanjakan Emen.

Peringatan Hati-Hati Sering Terjadi Kecelakaan

Kecelakaan Tanjakan Emen
Suasana lokasi kecelakaan Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, Sabtu 10 Februari 2018 (Liputan6.com/Pool/Neneng Y)

"Bus yang kutumpangi berjalan dengan kecepatan sedang menuju lokasi piknik terakhir di pemandian air hangat Sari Ater. Tentunya dengan muatan yang sudah bertambah dengan oleh-oleh tahu susu," kenang Neneng Yunengsih kepada Liputan6.com.

"Kami melewati jalan pegunungan yang indah dengan pemandangan pohon cemara. Medan yang kami lalui mulai berkelok dan menurun. Di kiri jalan ada beberapa papan peringatan hati-hati sering terjadi kecelakaan," sambungnya.

"Selain itu, ada juga mobil jenis sedan ringsek yang dipajang dengan tulisan jangan ikuti jejak saya. Ngeri juga hati ini. Mobil terus bergerak dengan kecepatan sedang karena jalanan yang menurun dan berkelok."

"Saya melihat seorang bapak melambai-lambaikan tangannya di depan warung pinggir jalan. Ia seperti ingin memberi tahu sesuatu, tapi saya tidak jelas apa yang dikatakannya. Saya menafsirkan mungkin ada longsor di depan. Hati-hati, mungkin ada longsor di depan kata saya sambil khawatir."

Perih, 10 Korban Meninggal Adalah Famili

Duka Selimuti Penguburan Massal Korban Kecelakaan Tanjakan Emen
Proses penguburan massal korban kecelakaan bus Tanjakan Emen Subang di TPU Legoso Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (11/2). Sopir bus maut masih menjalani pemeriksaan intensif. (Liputan6.com/JohanTallo)

"3 detik kemudian saya melihat pemandangan yang begitu mengerikan. Pemandangan ini yang mengisi ingatan saya sampai sekarang. Sontak saya berteriak keras dan menangis."

"Ya Allah ada kecelakaan. Astagfirullahaladziim, itu mayatnya banyak banget. Dan di antara mayat ada seorang anak kecil yang sedang menangis."

"Mobil terus melaju mungkin karena sopir tidak menyadari jika bus yang kecelakaan adalah rombongan kami. Tapi kemudian di depan kami ada seorang pria yang melambaikan tangan seolah menyuruh berhenti, otomatis sopir mengerem dan menepikan bus di pinggir kiri jalan."

"Kami semua tak menyangka, ternyata bus yang kami lihat terguling adalah salah satu dari rombongan kami. Apalagi kemudian setelah kami mengetahui, jumlah korban yang tewas setengah dari penumpang bus. Yang lebih perih lagi, ternyata 10 dari korban meninggal adalah famili saya. Dan ada seorang kakak yang sampai saat ini masih kritis di RS Fatmawati."

Begitulah takdir, kita tidak pernah tahu, ternyata sebelum sampai tujuan wisata, maut telah lebih dulu menjemput.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya