Liputan6.com, Yogyakarta Yogyakarta memiliki ribuan pilihan untuk menikmati kopi. Tidak hanya di warung kopi, kedai kopi atau cafe, tapi juga di pinggir jalan.
Jalanan di Yogyakarta juga bisa ditemui penjual kopi yaitu di Gerobak kopi. Gerobak Kopi ini bisa ditemui di beberapa titik di kota Yogyakarta salah satunya di Notoyudan Jogja.
Baca Juga
Dewangga Arya Putra owner Lotse gerobak kopi mengaku sudah terjun di dunia gerobak kopi ini sejak tahun 2013. Namun ia sempat membuka kafe dan kembali lagi ke gerobak kopi tahun lalu.
Advertisement
"Sekarang ada tiga tapi baru satu jalan konsisten. Tapi kita mulai ada di deket BI deket titiknol Malioboro itu," katanya beberapa waktu lalu di Yogyakarta.
Angga memilih menggunakan gerobak untuk jualan kopi karena sesuai dengan passionnya. Ia mengaku lebih menikmati berada di jalan untul melayani pecinta kopi.
"Kebanyakan orang mimpi kayak gitu (punya kafe) kalau saya lebih jibaku di jalan, lebih nyaman dijalan. Karena terbiasa kecil di jalan," ujarnya.
Angga yang pernah punya kedai 2013 lalu yaitu Secret kopi namun kolab ini mengaku jalanan menjadi tempatnya berjualan minum kopi. Langsung turun ke jalan justru memiliki prospek yang bagus menurutnya.
"Rumayan jualannya ada prospek," katanya.
Sebab usaha di bidang ini juga cukup terjangkau bagi penikmat kopi. Karena anak muda yang tidak mau ke kafe atau uang sakunya tidak sampai bisa datang ke Lotse gerobak kopi ini.
"Harganya mulai dari Rp 6 ribu sampai 15 ribu," katanya di Yogyakarta.
Sasar Anak Muda
Angga mengaku ia selalu mangkal di dua tempat yang bisa dijangkau anak muda sebagai segmennya. Pertama ada di Notoyudan depan gang SMP Muhammadiyah 6 dan kedua ada di depan BI.
"Abis Dhuhur sampai malam," katanya.
Menurutnya kopi yang dijual Lotse belum termasuk yang kopi sehat. Artinya bukan kopi tanpa gula karena masih berusaha mengenalkan dahulu kopi sehat ke kalangan anak muda.
"Ya pelan-pelan membudayakan kopi sehat. Susah," katanya.
Makanya ia juga menambahi beberapa menu yang masih ada manisnya dahulu dan bahan lainnya. Seperti green tea, cokelat, kopi susu.
"Pakai gula lama-lama juga ke kopi yang sehat. Green tea pakai daun, cokelat ambil dari Gunung Kidul," katanya.
Menurutnya saat ini setidaknya masyarakat mulai mengetahui kopi yang sehat seperti apa. Sehingga ia tetap menyediakan kopi sehat juga dengan harga terjangkau anak muda.
"Varian kopi yang dijual dan harga pelajar bisa ngerasain kopi yang lebih murah tetap sehat dengan kualitas baik," katanya.
Advertisement
Mulai Banyak Saingan
Gerobak kopi seperti Lotse menurutnya juga tampil lebih merakyat. Menurut dengan jualan kopi dengan gerobak kopi juga menguntungkan dia sebagai pengusaha.
"Sekarang mulai banyak di bantul juga ada. Gerobak pit ternyata lebih nyaman di sini lebih seru ngurangi biaya sewa tempat," katanya.
Usaha di bidang kopi di Yogyakarta harus memiliki keunggulan tidak hanya karakter tapi juga ciri khas. Sebab jika tidak memiliki hal itu dapat berujung pada kebangkrutan.
"Saya pernah punya 10 orang buka kedai kopi dan semuanya kolab. Kalo ga punya karakter susah bertahan," katanya.
Ia bermimpi suatu saat ia akan memiliki usaha ini di luar kota juga. Sebab ia berharap agar usaha ini dapat menciptakan lahan kerja.
"Jelas berharap punya banyak cabang karena aku bukan untuk saya sendiri, saya juga orang sosial," katanya.
Ia beruntung juga karena bergabung dalam komunitas kopi nusantara. Karena komunitas ini juga ikut membantu pemberdayaan coffee shop sebagai dunia penyaji kopi selain petani kopi.
"Salah kaprahnya orang membuat coffee shop untuk memberdayakan petani lokal. Sebanarnya lebih ke coffee shop karena banyak orang punya duit bayar mahal tapi beli green bean saja nawar," katanya.