Klarifikasi Kemenpar soal Insiden Salah Pasang Foto Raja Ampat di Bandara Soetta

Foto Phi Phi Island yang dilabeli Raja Ampat dan diberi logo Wonderful Indonesia menarik perhatian warganet setelah terpasang di area Bandara Soekarno Hatta. Apa yang terjadi sebenarnya?

oleh Dinny Mutiah diperbarui 19 Feb 2019, 14:45 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2019, 14:45 WIB
Klarifikasi Kemenpar soal Insiden Salah Pasang Foto Raja Ampat di Bandara Soetta
Foto Phi Phi Island yang dilabeli Raja Ampat dan diberi logo Wonderful Indonesia menarik perhatian warganet setelah terpasang di area Bandara Soekarno Hatta. (dok. Twitter @ikrargilang/https://twitter.com/ikrargilang/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Warganet geger setelah sebuah akun Twitter @ikrargilang mengunggah foto Phi Phi Island yang dilabeli Raja Ampat dipasang di area Terminal II Bandara Soekarno Hatta (Soetta), pada 15 Februari 2019. Pemilik akun menyebut Kementerian Pariwisata RI bertanggung jawab atas insiden itu.

Unggahan itu sontak mengundang perhatian. Tak sedikit yang kemudian berkomentar memojokkan Kementerian Pariwisata karena dianggap memalukan. Terkait hal itu, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti menyampaikan klarifikasinya.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Guntur menegaskan persoalan salah pasang gambar Phi Phi Island itu bukan dilakukan Kemenpar. Materi yang dipasang juga bukan materi promosi resmi dari kementeriannya.

Insiden tersebut juga sudah diklarifikasi kepada pihak Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soetta. Begitu informasi itu viral, pihak bandara langsung mencopot gambar tersebut.

"Bukan kita yang membikin, bukan pekerjaan promosi, bukan permintaan Kemenpar, dan gambar MMT itu tidak di ruang reklame. Saya ingin mendudukkan masalah yang sebenarnya ya, biar tidak simpang siur," kata Guntur.

Berdasarkan investigasi, secara internal diketahui belum ada pekerjaan promosi outdoor dengan menggunakan MMT di Bandara Soekarno Hatta. Sementara secara eksternal, Kemenpar sudah berkoordinasi dengan AP2.

"Ternyata, MMT yang bergambar bukan Raja Ampat dengan logo yang juga salah itu, hanya untuk menutup pekerjaan lift, agar rapi, tidak berantakan, ditutup dengan multipleks putih dan diberi digital printing (MMT) itu. Tujuan vendor atau kontraktor, agar kelihatan rapi, bersih, dan nyaman di pandang," tutur Guntur.

Ia melanjutkan, pihak vendor lah yang mencari, mengunduh, mendesain, mengambil logo, hingga menempel gambar tersebut tanpa meminta persetujuan kepada AP2 maupun Kemenpar. Lokasi pemasangan juga bukan titik promosi, melainkan hanya untuk menutupi lift yang sedang dibangun.

"Pekerjaan kontraktor itu juga tidak menggarap bidang promosi. Jadi terlalu prematur kalau mencibir, mencaci maki, merendahkan Kemenpar dan AP2, dari case yang seperti ini," katanya.

Sering Terjadi

Wonderful Indonesia Menjaring Turis di Arena Piala Eropa 2016
Logo Wonderful Indonesia lengkap dengan gambar atraksi alam dan budaya Indonesia rajin bolak-balik Kota Paris dengan menumpang bus city tour

Guntur mengakui kejadian salah gambar tersebut banyak sekali terjadi. Ia mencontohkan kasus pemasangan logo Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia yang terpasang di banyak bus pariwisata di Indonesia, ternyata logo lama. Selain itu, kegiatan pariwisata di daerah juga seringkali salah memasang logo pada backdrop.

"Bak belakang truk yang kata-katanya lucu-lucu itu juga banyak yang membuat gambar Wonderful Indonesia, dan tidak standar. Warung-warung, kaus, topi, banyak, kalau mau mencari kesalahan," katanya

Meski begitu, ia membantah bila Kemenpar tak menyosialisasikan informasi tersebut. Menurutnya, pihaknya bahkan membentuk tim Brand Guardian yang bertugas menjaga, melaporkan, dan mengoreksi jika ada unsur penting dalam branding Wonderful Indonesia terganggu.

"Kita menjaga itu, agar country branding kita terus naik. Sekarang peringkat 47, menuju 30 besar dunia," kata dia.  

Ia berharap semua pihak bersama-sama menaikkankan kesadaran logo Wonderful Indonesia kita yang sudah menjadi Country Branding Indonesia di mana saja di seluruh dunia, dalam TTI, Tourism, Trade, Investment. Ia juga tidak melarang masyarakat yang ingin memasang logo tersebut secara sukarela.

"Makin banyak masyarakat yang cinta pariwisata, dengan sukarela menggunakan logo-logo pariwisata, itu makin bagus," kata Guntur.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya