Cerita Akhir Pekan: Kebangkitan Kain Adati Nusantara dan Masa Depannya

Pameran Adiwastra Nusantara 2019 membuktikan kalau kain adati kini bukan hanya diminati aum tua, tetapi juga milenial.

oleh Henry Hens diperbarui 06 Apr 2019, 08:30 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2019, 08:30 WIB
Pameran Adiwastra Nusantara
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana menggelar jumpa pers Pameran Adiwastra Nusantara di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata. (Liputan6.com/ Ahmad Ibo)

Liputan6.com, Jakarta - Pada 20-24 Maret 2019 berlangsung pameran Adiwastra Nusantara 2019. Ini merupakan pemeran kain adati terbesar di Indonesia. Wastra artinya kain dan Adi berarti unggul atau terbaik, sehingga Adiwastra Nusantara berarti pameran kain-kain tradisional unggulan dari seluruh wilayah Indonesia.

Tujuan dari pameran ini antara lain untuk terus mengobarkan semangat pelestarian serta pengembangan kain adati nusantara sebagai kekayaan bangsa yang beragam dan memiliki keindahan serta nilai-nilai filosofis dan kearifan lokal yang tinggi.

Para peserta dan perajin yang tersebar di seluruh Indonesia telah menghadirkan ragam kain di Jakarta Convention Center, Jakarta. Mereka memamerkan kain adati terbaik dari daerah masing-masing. Pameran ini digagas oleh para pencinta dan pegiat kain adati Nusantara yang dimotori Edith Ratna Soeryosoeyarso.

Sejak 2008, Adiwastra Nusantara telah menggelar pameran besar wastra adati Nusantara secara berkala setiap tahun. Pameran ini selalu diikuti oleh tidak kurang dari 400 perajin wastra adati dari seluruh pelosok Nusantara.

Setiap tahun masing-masing perajin berusaha menampilkan rancangan wastra terbaiknya di pameran Adiwastra Nusantara, meliputi batik, tenun, sulam, sasirangan atau jumputan serta berbagai jenis wastra adati lainnya.

Adiwastra Nusantara menjadi referensi utama bagi para penggemar kain adati khususnya serta masyarakat luas pada umumnya untuk memilih dan mendapatkan kain adati nusantara yang bermutu.

Pameran di tahun ini mengusung tema "Wastra Adati Generasi Digital" di mana pencinta kain adati tak hanya datang dari kaum tua, tetapi juga milenial. Kecenderungan ini juga, membuat pemasaran dan penjualan kain adati perkembang pesat secara digital. Bisa dibilang ini merupaka kebangkitan kain adati dan kain tradisional Indonesia.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian mendukung penyelenggaraan Pameran Adiwastra Nusantara 2019. Kegiatan ini sudah terbukti turut berperan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan gairah pasar kain adati dan memberikan dampak ekonomi yang positif, termasuk terhadap usaha para perajin dan pengusaha kain adati yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Ide Segar dan Inovatif

Adiwastra Nusantara 2019
Ulos Koleksi Torang Mt Sitorus dan Devi Luhut Pandjaitan (dok.Liputan6.com/Adinda Kurnia)

Menurut Ketua Panitia Adiwastra Nusantara 2019 Yanti Airlangga, minat masyarakat terhadap kain adati terus meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk busana, interior maupun kebutuhan lainnya.

Menurut Yanti, tren ke arah nuansa etnik atau tradisi serta gaya hidup kembali ke alam, juga banyak dianut para generasi muda sehingga turut mendongkrak pemakaian kain adati, baik batik, tenun maupun jumputan atau sasirangan.

Ia berharap citra kain adati kini tidak hanya monopoli generasi lansia semata, tapi kaum milenial juga sudah mulai menyukai kain tradisi. Selain itu, para perancang busana dari kalangan generasi muda semakin banyak memunculkan ide-ide segar dan inovatif sesuai karakter generasinya.

Salah satunya adalah Lenny Rafael. Ia membuat rancangan dengan tema ‘A Dazzling From Baduy’ dengan desain ready to wear. Targetnya adalah agar anak milenial mau memakai tenun dari Baduy yang tidak kalah bagusnya dengan kain daerah lain.

Dukungan juga diberikan perancang kain tradisional Indonesia, Anna Mariana. Perempuan yang sudah lama berkiprah di bidang tenun dan songket ini menyambut baik kebangkitan kain adati yang merupakan kain tradisional Indonesia.

"Kain tenun sangat dikagumi dan diminati orang luar negeri karena keunikannya, keindahannya dan beragam motif yang etmik dan klasik. Lalu ada nilai sejarah dan filosofi tinggi yang tak dimiliki bangsa lain," tutur Anna pada Liputan6.com melalui pesan singkat, beberapa hari lalu.

Hari Tenun Nasional

Anna Mariana
Anna Mariana. (foto: istimewa)

Perkembangan kain adati dan kain tradisional juga tak lepas dari peran pemerintah.Hal itu dibuktikan dengan dicanangkannya Hari Tenun Nasional tiap tanggal 7 September melalui Keputusan Presiden (Keppres) di tahun ini.

Anna termasuk orang yang ikut memperjuangkan lahirnyaa Hari Tenun Nasional bersama Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI) yang akhirnya disetujui dan disahkan oleh Presiden Joko Widodo.

Anna berharap kain tenun tradisional khas Indonesia akan terus bangkit dan berkembang lebih baik lagi. Lalu industri tenun tradisional menjadi lebih hidup dan bergairah. Dengan begitu para pengrajin akan semakin bersemangat dan bisa tumbuh para pengrajin baru yang akan ikut mengembangkan industri kreatif di Indonesia.

Kalau semua berjalan dengan baik dan konsisten, maka masa depan kain adati dan kain tradisional lainnya akan semakin cerah dan menjanjikan.

"Saya mengajak seluruh masyarakat untuk terus semangat dalam melestarikan dan mencintai serta mau menggunakan budaya Indonesia. Karena kalau bukan kita yang akan melestarikan budaya nya sendri, lalu pada siapa lagi kita berharap?" pungkas Anna Mariana.

Citra kain adati kini tidak menjadi monopoli generasi senior semata, kaum milenial, generasi digital pun mulai banyak menyukai kain tradisi, Kecenderungan ini dengan cepat berkembang didukung oleh sistem pemasaran dan penjualan digital.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya