Vanilla Hijab dan Perjalanan Usaha Busana Muslim yang Dimulai dari 1 Penjahit Keliling

Kesuksesan Vanilla Hijab nyatanya terbangun dari kisah kurang menyenangkan yang dialami sang pendiri.

oleh Asnida Riani diperbarui 06 Mei 2019, 11:02 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2019, 11:02 WIB
Annual Show 2019Vanilla Hijab
Model membawakan busana karya desainer Intan Kusuma dan Atina Maulia di Akuatik GBK Senayan, Jakarta, Kamis (2/5/2019). Sebanyak 30 koleksi busana hijab dengan nama Vanilla Raya diperagakan menyambut bulan suci Ramadan. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada usaha yang mengkhianati hasil. Begitulah keyakinan Atina Maulina ketika merintis bisnis busana Muslim di bawah label Vanilla Hijab sekitar enam tahun silam. Ide membangun usaha ini nyatanya dimulai dari cerita kurang menyenangkan.

"Saya tadinya kuliah di ITB jurusan Teknik Perminyakan. Itu jurusan yang betul-betul saya mau. Sudah bayangin dong kerja di perusahaan asing dengan gaji dolar. Tapi, saya harus berhenti (kuliah) di semester 4," ceritanya di gelaran Annual Show 2019 "Menyapa Senja" Vanilla Hijab di kawasan GBK, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2019.

Keputusan berat ini diambil Atina, lantaran sakit yang membuatnya hanya bisa duduk di kursi roda. Pengobatan yang tak hanya memakan waktu, tapi juga nominal tak sedikit itu membuat Atina tak ingin membebani orangtua ketika kembali mulai kuliah di Jakarta.

"Pilihannya jualan hijab itu karena lebih gampang. Cari yang tidak terlalu cape karena baru sembuh," katanya. Dari niat itu, Atina berkeliling mencari penjahit yang mau membantunya. "Akhirnya, ketemu satu penjahit keliling," kenang perempuan yang memulai bisnis di usia 20 tahun tersebut.

Ia menambahkan, Vanilla Hijab dimulai tanpa modal sepeser pun. Saat itu, Atina menjelajah sejumlah toko kain di Jakarta, izin memfoto kain tersebut, diunggah, dan baru akan dibeli saat sudah ada pesanan masuk.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perkembangan Bisnis Vanilla Hijab

Vanilla Hijab
Cut Meyriska, Nagita Slavina, dan Vebby Palwinta memeragakan busana keluaran Vanilla Hijab di kawasan GBK, Jakarta, 2 Mei 2019. (dok. Vanilla Hijab)

Permintaan pasar yang terus meningkat membuat Atina sukses mengembangkan Vanilla Hijab. Dengan tekun, bisnis ini terus digeluti perempuan 25 tahun itu bersama sang kakak, Intan Fauzia, di tengah kekecewaan sang ayah.

"Waktu saya keluar dari ITB, ayak kecewa banget. Keluarga bahkan sempat tidak percaya dengan niat saya berjualan hijab," tutur Atina. Tapi, kegigihan kakak-beradik dan perkembangan Vanilla Hijab berbicara sebaliknya.

Dimulai dari satu penjahit keliling, karyawan yang membantu Atina dalam produksi, tak hanya hijab, tapi sederet busana Muslim, berkembang jadi 75 orang. Sekarang, brand yang sudah melangsungkan Annual Show selama tiga tahun belakangan ini telah punya dua rumah konveksi di Jakarta dan Tangerang, Banten.

Masih Sering Diremehkan

Vanilla Hijab
Founder Vanilla Hijab Atina Maulia dan Chief Executive Officer Vanilla Hijab Intan Fauzia di konferensi pers Annual Show 2019 Menyapa Senja di Stadion Akuatik, GBK, Jakarta, 2 Mei 2019. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Memulai usaha di usia sangat muda, serta tak memiliki basic di dunia fashion membat Atina dan Intan kerap mendengar perkataan terkesan meremehkan usaha mereka. Komentar macam ini, kata Atina, tak membuat semangat mereka kendur.

"Kalau diremehkan, kami selalu menganggap itu sebagai doa. Supaya bisa berusaha lebih baik lagi, menuangkan ide lebih kreatif, dan selalu punya ide-ide segar untuk dikasih ke konsumen loyal Vanilla Hijab," tutur Atina.

Jadi salah satu lini hijab fashion kenamaan, desain Vanilla Hijab tak luput dari aksi plagiat. Soal ini, Atina mengaku tak terlalu ambil pusing dan enggan mengurusi siapa saja yang meniru rancangan brand miliknya.

Ia mengatakan, waktu akan terbuang banyak jika mengurusi kasus plagiat melibatkan desain brand yang sudah secara resmi jadi partner Swarovski sejak 2017 tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya