Liputan6.com, Jakarta - Ada beragam destinasi untuk mengenalkan sejarah lewat wisata. Satu di antaranya yaitu di Museum Nasional Indonesia. Museum ini menjadi salah satu tempat wisata di Jakarta yang menyuguhkan program dalam bentuk dongeng untuk anak-anak.
Museum Nasional Indonesia memang menjadikan kegiatan dongeng anak sebagai kegiatan rutin di akhir pekan. Kegiatan ini berkolaborasi dengan dapoer dongeng dan Teater Koma untuk menggelar pentas dongeng anak program akhir pekan Museum Nasional season ketujuh.
Advertisement
Baca Juga
Pentas dongeng ini sudah berlangsung sejak tujuh tahun terakhir, dimulai pada 2013, yang mengangkat tema besar yang berbeda setiap tahunnya. Tahun ini, dongeng mengangkat tema Mpu dan Pande setelah tahun lalu mengangkat tema Sultan dan Pangeran yang kiprahnya mengubah sejarah.
Tema ini diangkat untuk mengenal tokoh yang ada dalam cerita, tapi juga membuat anak-anak mengetahui mengapa cerita tersebut dapat terjadi. Cerita ini juga dikemas sangat menarik dan menghibur sehingga anak-anak dapat dengan mudah memahaminya.
"Para tokoh seperti Mpu dan Pande jarang ditulis dalam cerita, padahal kalau melihat catatan kuno misalnya yang ada di catatan ukiran kuno atau prasasti peran-peran Mpu dan Pande sering disebutkan," jelas Yudhi selaku produser Pentas Lakon Dongeng Anak.
"Jadi, kami memilih tema Mpu dan Pande ini karena masih melihat kedekatan terkait dengan program akhir pekan untuk mengajak anak-anak bukan hanya mengenal tokoh, tapi untuk menimbulkan pertanyaan kenapa pada pikiran anak-anak," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Cerita yang Diangkat dan Persiapan Para Lakon
Kali ini, pentas lakon dongeng anak berjudul "Sambang Jiwa Samber Nyawa" yang menceritakan tentang Prajurit Estri yang berperang sambil menari. Lakon ini dipentaskan oleh aktor Daisy Lantang dan Sir Ilham Jambak serta menghadirkan Juru Tari Pura Mangkunegara, yaitu Rambat Yulianingsih.
Cerita ini diangkat karena ingin memberikan pengetahuan kepada anak-anak bahwa tarian bukan sekadar lenggak-lenggok tubuh semata, namun juga dapat dikaitkan dengan kekuatan roh, alam dan juga leluhur. Dalam halusnya gerak tarian juga terdapat kekuatan ribuan prajurit seperti yang dikisahkan oleh Rambat Yulianingsih sebagai Prajurit Estri.
"Selama ini, kita hanya melihat tari hanya di panggung, sebetulnya tarian kalo kita angkat seperti tadi ceritanya maka tari juga punya nilai filosofis dan bukan hanya punya nilai artistik. Kami juga ingin mengangkat soal peran perempuan yang bukan hanya pandai menari tapi juga pandai bertempur seperti dikisahkan dalam pentas tadi," ungkap Yudi.
Setelah selesai menonton pentas lakon dongeng anak, anak-anak diajak berkeliling museum untuk melihat benda-benda bersejarah yang terkait dengan pentas yang telah diselenggarakan.
Para lakon yang memainkan pentas dongeng anak memerlukan waktu kurang lebih seminggu untuk latihan. Namun, pentas ini memerlukan riset yang cukup lama yakni sekitar tiga bulan untuk mengumpulkan berbagai macam data publikasi dan riset yang dilakukan oleh tim dapoer dongeng untuk membaca lebih dari 30 buku penerbit buku, buku sejarah, dan paper penelitian tentang sejarah.
Pada pentas selanjutnya, dongeng anak akan mengangkat tema pujangga yang akan dilaksanakan pada akhir bulan Agustus tahun ini. Berikutnya, pentas dongeng akan mengangkat tema tentang Pande yang membuat keris, kapal dan juga senjata.
Pentas dongeng dapat ditonton gratis. Anda hanya dikenakan biaya Rp5 ribu untuk tiket masuk Museum Nasional Indonesia.
Museum Nasional dibuka pada Selasa hingga Minggu. Jam buka museum ini adalah Selasa--Jumat pukul 8.00--16.00 WIB. Sedangkan, pada Sabtu dan Minggu buka pukul 8.00--17.00 WIB. (Devita Nur Azizah)
Advertisement