Liputan6.com, Jakarta - Museum itu membosankan? Ah, belum tentu. Museum bisa jadi gudang ilmu yang seru dan tentu latar foto yang tak pernah membosankan bila didatangi. Begitu pula dengan sejumlah museum di seputar Jakarta berikut ini.Â
Daripada hanya terpaku pada buku atau gadget, bagaimana bila hari ini menyambut ulang tahun Kota Jakarta dengan menyambangi sejumlah museum yang ada. Liputan6.com merangkum enam di antaranya.Â
Advertisement
Baca Juga
1. Museum Sejarah Jakarta
Lebih populer dengan nama Museum Fatahillah, museum ini menjadi destinasi wajib bila ingin mempelajari sejarah Jakarta. Bangunan tempat musem berada, didirikan pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen di awal abad ke-16 dan terletak di Jalan Taman Fatahillah nomor 1, Jakarta Barat. Awalnya, bangunan itu berfungsi sebagai balai kota pada masa pemerintahan VOC di Batavia.
Saat mengunjungi museum ini, kita akan mengetahui sejarah lewat berbagai koleksi yang ada mulai dari zaman prasejarah, kedatangan bangsa Eropa, perlawanan bangsa atas pendudukan VOC, hingga masa sekarang. Beberapa koleksi pedang, prasasti, maupun patung merupakan replika, melengkapi isi museum yang tersebar di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang Batavia.
Bagi yang ingin mengetahui sejarah Jakarta lebih lanjut, Anda dapat mendatangi Museum Sejarah Jakarta ini dengan harga tiket masuk museum ini dikenakan tarif sebsar Rp 2.000 - Rp 5.000/orang. Museum ini buka setiap Selasa - Minggu pada pukul 09.00 - 15.00 WIB. Sementara, Senin dan libur nasional, museum ini ditutup.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
2. Museum Sumpah Pemuda
Jakarta juga dikenal sebagai pusat pergerakan, termasuk saat para pemuda menyatakan komitmennya membangun Indonesia. Jejaknya kini tersimpan di Museum Sumpah Pemuda yang terletak di Jalan Kramat Raya No 106, Jakarta Pusat. Bangunan yang menjadi lokasi pembacaan naskah Sumpah Pemuda ini awalnya adalah rumah milik Sie Kong Liang yang didirikan pada permulaan abad ke-20.
Di gedung ini pernah diselenggarakan Kongres Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, dan PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar di Indonesia). Gedung Kramat 106 kemudian dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda. Peresmian gedung tersebut dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973. Pada 20 Mei 1974 Gedung Sumpah Pemuda kembali diresmikan oleh Presiden RI kala itu, Soeharto.
Koleksi yang ada di museum ini berkaitan dengan sejarah Sumpah Pemuda 1928, juga dokumentasi kegiatan dalam pergerakan nasional kepemudaan Indonesia. mulai dari berbagai pernak-pernik mulai dari patung, stempel, bendera organisasi, lukisan, dan benda-benda bersejarah lainnya.
Museum ini dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI dan dibuka untuk umum setiap hari Selasa hingga Jumat, pukul 08.00 – 15.00, Sabtu dan Minggu pukul 08.00 – 14.00, tutup setiap hari Senin dan hari besar nasional lainnya. Jika anda akan berkunjung ke museum ini dikenakan tarif sebesar Rp1.000 - Rp2.000/orang.
Advertisement
3. Museum M.H Thamrin
Namanya terkenal sebagai jalan protokol di pusat Kota Jakarta. Ternyata, lelaki bernama lengkap Muhammad Husni Thamrin adalah orang Betawi asli.
Museum yang mengabadikan namanya itu terletak di Jalan Kenari II Nomor 15, Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan museum awalnya adalah milik Belanda yang dibangun jelang abad ke-20.
Bangunan tersebut kemudian dibeli MH Thamrin dan sempat difungsikan sebagai Sekretariat Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Koleksi yang ada museum ini seperti foto reproduksi perjuangan MH Thamrin dan pergerakan nasional, suasana kota Jakarta zaman dulu, diorama, serta benda peninggalan MH Thamrin.
Di museum ini juga terdapat koleksi seperti meja kursi khas Betawi, foto dokumentasi, perlengkapan rumah orang Betawi, dan sebagian dari perlengkapan musik Tanjidor. Ada pula perlengkapan musik gambang kromong dan pakaian penari Ronggeng Blantek.
Museum MH. Thamrin buka setiap Selasa-Minggu pukul 09.00 s/d 15.00 WIB, sedangkan untuk hari Senin dan hari besar tutup. Untuk harga tiket masuk ke museum ini juga terbilang sangat terjangkau, hanya Rp 5.000/orang.
4. Museum Taman Prasasti
Museum cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno, koleksi kereta jenazah antik, dan juga miniatur makam khas dari dari berbagai provinsi di Indonesia. Museum ini berlokasi di Jalan Tanah Abang Nomor 1, Jakarta Pusat. Museum ini didirikan di bekas pemakanan kuno yang bernama Kebon Jahe Kober dengan luas 5,5 hektare dan juga dibangun pada 1795.
Museum ini dahulu adalah sebuah pemakaman yang diperuntukkan bagi para bangsawan dan pejabat tinggi Belanda pada masa VOC berkuasa di Batavia. Sejak 1975, pemakaman ini kemudian ditutup lalu diresmikan kembali penggunaannya sebagai museum pada 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.
Pada Agustus 2003, Museum Taman Prasasti menjadi bukti sisa taman pemakanan umum dari akhir abad ke-18, dengan koleksi nisan makam abad ke-16 dan ke-17, sangat berharga sebagai tempat yang memberi kesaksian tentang komposisi penduduk Batavia yang berasal dari seluruh dunia.
Bagi kalian yang ingin mengunjungi museum ini, anda bisa datang pada Selasa sampai Minggu dengan waktu buka pukul 09.00 sampai dengan 15.00. Sedangkan, pada Senin dan juga hari libur nasional, Museum Taman Prasasti ini tutup. Harga tiket masuknya adalah untuk dewasa Rp 5.000, mahasiswa Rp 3.000 dan pelajar Rp 2.000.
Advertisement
5. Museum Nasional Indonesia
Museum Nasional Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama Museum Gajah ini terletak di Jl. Medan Merdeka Barat No.12, Gambir, Jakarta. Museum ini meupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Berdirinya Museum Nasional Indonesia diprakarsai oleh berdirinya asosiasi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Asosiasi ini didirikan oleh pemerintah koloni Belanda pada 24 April 1978.
Salah satu pendiri asosiasi tersebut bernama JCM Radermacher lalu memberikan rumahnya beserta koleksi buku dan benda-benda budaya yang sangat penting yang menjadi dasar pendirian museum. Karena semakin banyak koleksi yang terkumpul, Belanda lalu membuat bangunan itu sebagai museum pada 1862 dan dibuka secara resmi pada 1868. Kemudian, nama museum tersebut menjadi Museum Nasional Indonesia.
Museum Gajah banyak mengoleksi benda kuno dari seluruh Nusantara termasuk arca, prasasti, barang kerajinan, dan benda-benda bersejarah lainnya. Museum ini juga memiliki lebih dari 140.000 koleksi yang terdiri dari koleksi prasejarah, koleksi arkeologi, koleksi keramik asing, numismatik/koleksi heraldik, koleksi kolonial, etnografi, dan koleksi geografis.
Jika tertarik mengunjungi museum ini, Anda dapat mendatanginya pada Selasa hingga Minggu. Jam buka museum ini adalah Selasa – Jumat : 08.00 – 16.00 WIB. Sedangkan, pada hari Sabtu – Minggu : 08.00 – 17.00 WIB. Harga tiket sebesar Rp 5.000 untuk dewasa per orang dan Rp2.000 untuk anak-anak.
6. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Museum Perumusan Naskah Proklamasi adalah Museum yang menjadi bukti sejarah Perumusahan Naskah Proklamasi yang berada di Jl. Imam Bonjol No.1 Menteng, Jakarta Pusat. Pada masa pendudukan Jepang, museum ini adalah rumah Laksamana Maeda yang menjadi tempat berkumpulnya tokoh-tokoh berjasa dalam kemerdekaan Indonesia.
Museum yang disingkat Munasprok ini merupakan gedung yang dibangun untuk mengingatkan seluruh warga Indonesia mengenai proses perumusan naskah proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pada 17 Agustus 1945. Perumusan Naskah Proklamasi sendiri melalui berbagai proses yang cukup panjang melibatkan tokoh-tokoh kemerdekaan penting, seperti Ir. Soekarno, Moh Hatta, Sayuti Melik, Ahmad Soebardjo, Sukarni, Burhanuddin Muhammad Diah.
Di dalam museum ini terdapat beberapa koleksi seperti, Ruang perumusan naskah proklamasi, ruang pertemuan, ruang pengesahan naskah proklamasi, mesin ketik naskah proklamasi, dan foto para tokoh proklamasi dan naskah proklamasi. Museum ini menjadi sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia dan memberikan pengetahuan tentang proses bersejarah perumusan naskah proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi dibuka dari hari selasa hingga minggu. Adapun untuk tiket masuk Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dikenakan biaya sebesar Rp 2.000 untuk dewasa per orang. Sementara untuk anak-anak dikenakan harga tiket masuknya sebesar Rp 1.000 per orang. (Devita Nur Azizah)
Advertisement