Liputan6.com, Batam Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Kiranya itulah yang mendasari penamaan Masjid Agung Batam II dengan nama Sultan Mahmud Riayat Syah. Raja kedelapan sekaligus raja terakhir dari Kesultanan Melaka ini nyatanya juga turut mengangkat senjata melawan pasukan Belanda di Tanjungpinang.
Kepala Dinas dan Kebudayaan Kota Batam Ardiwinata mengatakan, Sultan Mahmud Riayat Syah lahir pada tahun 1760. Ia telah diangkat menjadi sultan menggantikan ayahnya sejak usia 2 tahun. Ayahnya wafat ketika ia masih kecil, sehingga mendapat pendidikan di bawah bimbingan paman-pamannya. Antara lain Daing Kamboja dan Raja Haji.
Baca Juga
“Sejak muda Sultan Mahmud Riayat Syah sudah ikut berperang melawan Belanda. Puncaknya pada tanggal 6 Januari 1784, ketika ia dan pasukannya berhasil mengalahkan Belanda. Perang ini dikenal juga dengan nama Perang Riau I,” ujarnya, Kamis (19/9).
Advertisement
Perang Riau II terjadi pada tahun 1787. Saat itu pasukan Sultan Mahmud Riayat Syah bergabung dengan pejuang dari daerah lain. Ia secara rahasia meminta bantuan kepada Raja Tempasuk di Kalimantan yang memiliki pasukan laut yang kuat. Bantuan itu terdiri dari 90 kapal perang dengan kekuatan 7.000 prajurit. Maka, pasukan yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Riayat Syah berhasil mengalahkan Belanda.
“Sultan Mahmud Riayat Syah sangat gigih berjuang melawan Belanda. Gubernur Jenderal VOC Belanda di Batavia terpaksa mengakui kedaulatan Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang di bawah pimpinan Sultan Mahmud Riayat Syah. Inggris yang menduduki Malaka pun mengakui hal yang sama,” bebernya.
Pada tanggal 9 September 1795, pasukan Belanda ditarik dari Riau. Benteng Belanda yang ada di sana pun dibongkar. Selain mempertahankan wilayah kesultanannya sendiri, Sultan Mahmud Riayat Syah juga membantu daerah lain untuk mengusir penjajah. Ia mengirimkan sebuah kapal perang lengkap dengan prajurit dan persenjataannya ke Sumatera Timur, Sumatra Selatan, dan Bangka Belitung.
Sultan Mahmud Riayat Syah wafat pada tanggal 12 Januari 1812. Makamnya berada di Daik Lingga di Riau. Sultan Mahmud Riayat Syah mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau Boeralimar menambahkan, nama Sultan Mahmud Riayat Syah sangat tepat diabadikan sebagai nama Masjid Agung Batam II. Masjid ini digadang-gadang menjadi masjid terbesar di Sumatera, yang bisa menampung ribuan umat muslim untuk beribadah.
Mengadopsi arsitektur dari Masjid Nabawi Madinah, masjid ini didesain dengan konsep perpaduan Arab dan Melayu. Berdiri di atas lahan seluas 4,2 hektare, tempat ibadah ini diperkirakan mampu mendatangkan jutaan wisawatan. Kemegahan dan keunikan masjid ini bisa dinikmati lewat ornamen-ornamen yang ditempel pada dinding bercorak Melayu.
“Masjid Sultan Mahmud Riayat Syah akan diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jumat (20/9). Masjid ini akan menjadi salah satu ikon Kota Batam dan bakal menjadi daya tarik bagi wisman, khususnya untuk wisata religi,” jelasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, hadirnya Masjid Sultan Mahmud Riayat Syah akan menambahk atraksi wisata di Kota Batam. Dengan kata lain, destinasi wisata di Batam semakin beragam dan komplit.
“Pergerakan muslim traveler di dunia semakin luar biasa. Tak heran jika Indonesia juga punya komitmen tinggi untuk mengembangkan wisata religi. Tentu saja, ini merupakan semangat dan ide brilian karena Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia,” tandasnya.
(*)