Danau Toba Dinilai Pantas Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia

Danau Toba Pantas Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2019, 02:24 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2019, 02:24 WIB
Kuliner Danau Toba Samosir
Kuliner Danau Toba Samosir. (Foto: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Polemik tentang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan memprioritaskan Bali dan Danau Toba menjadi destinasi wisata ramah muslim akhirnya mereda. Wishnutama Kusubandio sebagai Menteri menyesalkan bahwa telah terjadi salah persepsi di masyarakat sehingga menimbulkan kesimpangsiuran.

"Saya tidak pernah berpikir untuk mengembangkan pariwisata ke arah agama tertentu," ucap Wishnutama, Rabu, 13 November 2019. "Kelebihan kita sebagai bangsa dengan multi-kultur dan kearifan lokal yang kaya justru menjadi daya jual utama," tambahnya.

Wishnutama bahkan menegaskan bahwa keberhasilan pariwisata tak hanya bisa dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan asing setiap tahunnya. Kualitas pariwisata juga diukur dari lama tinggal dan besarnya pengeluaran wisatawan dalam sekali kunjungan. Peningkatan kualitas inilah yang akan menjadi fokus utama Kemenparekraf dalam lima tahun ke depan.

"Kalau bicara grand design, bagaimana meningkatkan kualitas wisatawan itu lebih penting. Sehingga spending mereka lebih tinggi," ujar Wishnutama usai Rakor Indonesia Maju di Sentul, Bogor, 14 November 2019.

"Sekarang spending wisman kita sekitar 1.220 dolar AS, sedangkan New Zealand hampir 5.000 dolar AS per arrival, artinya apa? Kualitas wisatawan New Zealand lebih tinggi walaupun jumlahnya hanya 4 juta," lanjutnya lagi.

Mendatangkan turis asing premium tak hanya baik untuk ekonomi, melainkan ada dampak positif secara sosial-budaya. Pria yang akrab disapa Tamma ini menyebut premium tourism akan lebih bisa mengapresiasi kelestarian alam dan kultur masyarakat lokal. Aspek adat dan kultur daerah wisata juga dinilai sebagai daya tarik bagi wisatawan.

"Apalagi di Bali dan Toba misalnya. Dia punya karakter, adat istiadat, kearifan lokal, budaya, justru harus kita jaga. Pariwisata akan berhasil kalau kita bisa menjaga itu semua dan menggelontorkan semua potensi ekonomi kreatif," jelas Wishnutama.

Menanggapi hal tersebut, Pakar Ekonomi Kerakyatan dan Koperasi Milenial, Frans Meroga Panggabean, MBA mengatakan bahwa pemerintah mendesak untuk segera membuat tagline atau jargon untuk setiap destinasi wisata prioritas dan super prioritas. Urgensi tagline tersebut agar positioning setiap destinasi jelas dan otomatis strategi komunikasi pun akan berdasarkan diferensiasi dan kekuatan yang akan ditonjolkan.

Danau Toba
Pembahasan wisata Danau Toba. foto: istimewa

"Untuk Danau Toba, kami yakin tagline paling tepat adalah "Enjoy Thousand Eden Experience of Toba," ujar Frans usai membawakan Kuliah Umum di Akademi Pariwisata ULCLA Toba di Tarutung, Tapanuli Utara pada 15 November 2019.

"Tagline tersebut akan sangat powerful untuk menarik minat wisatawan mancanegara kelas premium seperti keinginan Bang Wishnu, karena definisi surga di sini bukan hanya keindahan alam dan peninggalan sejarah, tapi juga kekayaan budaya, musik, dan kuliner di mana semuanya adalah kekuatan ekonomi kreatif," jelas Frans yang juga Dewan Pembina Akademi Pariwisata ULCLA Toba itu.

Frans Meroga yang juga Ketua Harian Generasi Optimis (GO) Indonesia menjelaskan bahwa Danau Toba dengan daerah sekelilingnya benar-benar menawarkan ribuan pengalaman surga. Danau Toba sendiri diyakini tidak kalah dari Danau Wakatipu di Selandia Baru yang sudah lebih dahulu mendunia dengan keindahan pemandangan danau dan pegunungan.

Belum lagi sensasi pemandangan dari Huta Ginjang dan Bukit Beta masih dapat bersaing dengan legendarisnya keindahan alam Switzerland. Keindahan alam lain adalah Hot Spring Sipoholon dengan segala macam keunikannya dipercaya tidak kalah dari Pamukkale di Turki.

"Segera kita rancang sedemikian rupa agar investor tertarik untuk meningkatkan kualitas Access dan Ammenities Danau Toba untuk menarik minat wisman premium agar betah lama tinggal yang otomatis semakin banyak devisa yang dapat diperoleh," terang lulusan MBA dari University of Grenoble, Perancis ini.

Frans menambahkan bahwa kekuatan ekonomi kreatif yang menonjolkan kekayaan seni budaya, musik, dan kuliner akan menjadi revitalisasi faktor Attractions dan Activities guna menciptakan sensasi pengalaman surga selain keindahan alam Danau Toba itu sendiri.

Danau Toba
Pembahasan wisata Danau Toba. foto: istimewa

Hal ini pun diyakini secara konkrit berdampak pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar Danau Toba. Harus dilakukan penguatan di berbagai aspek sebelum para pelaku UMKM berbasis ekonomi kreatif tersebut dilibatkan secara aktif untuk menggaet para wisman premium.

"Sekarang kita bandingkan, terus terang Arsik itu lebih enak daripada Tom Yum Thailand dan Naniura bisa kita kemas seperti Sushi Jepang. Jadi kearifan lokal kuliner Batak pun harus ditonjolkan karena tidak kalah dengan kuliner lain yang sudah lebih dulu mendunia," tegas Frans lagi penuh semangat.

Vice President Nasari Cooperative Group ini pun mendesak pemerintah harus adanya komitmen tinggi dan harmonisasi lintas sektoral antar kementerian guna akselerasi perwujudan visi besar tersebut.

Implementasi tagline "Enjoy Thousand Eden Experience of Toba" membutuhkan sedikitnya komitmen dan kerjasama dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Badan Koordinasi Penanaman Modal.

"Kami melihat mendesak untuk segera dirumuskan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Bang Tama sebagai Menparekraf dengan Bang Bahlil sebagai Kepala BKPM juga dengan Chief Teten sebagai Menkop untuk payung hukum harmonisasi lintas kementerian guna akselerasi perwujudan Danau Toba sebagai destinasi wisata super prioritas kelas dunia," pungkas Ketua Harian Generasi Optimis (GO) Indonesia ini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya