Konsumsi Fermentasi Kedelai Dapat Mengurangi Kematian Dini

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa fermentasi kedelai, seperti tempe, dapat mengurangi kematian dini.

oleh Komarudin diperbarui 03 Feb 2020, 08:03 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2020, 08:03 WIB
Tempe
Ilustrasi tempe. (Wikimiedia/Creative Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar gembira bagi Anda yang suka mengonsumsi produk-produk fermentasi kedelai seperti tempe, miso, atau natto (makanan tradisional Jepang yang terbuat dari biji kedelai yang difermentasi dengan Bacillus subtilis). Sebuah penelitian mengungkapkan, mengonsumsi secara teratur produk fermentasi kedelai dapat mencegah risiko kematian dini.

Dalam penelitian terbaru itu, para peneliti di Jepang menganalisis kebiasaan makan dan hasil kesehatan lebih dari 90 ribu orang berusia antara 45 dan 74 tahun, seperti dilansir dari Metro, Sabtu, 1 Februari 2020.

Mereka menemukan asupan yang lebih tinggi produk fermentasi kedelai dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih rendah. Para peneliti mempromosikan manfaat mengonsumsi kedelai melalui proses fermentasi yang panjang yang diklaim membuatnya lebih mudah dicerna.

Pria yang mengonsumsi setidaknya 50,2 g dan wanita yang mengonsumsi setidaknya 46,6 g kedelai per hari sekitar kurang dari 10 persen kemungkinannya untuk meninggal dalam 14,8 tahun ke depan, dibandingkan dengan mereka yang makan dalam jumlah sangat kecil.

Makan 26,2 g natto per hari dikaitkan dengan risiko kematian 24 persen lebih rendah dari penyakit kardiovaskular pada pria dan risiko 21 persen lebih rendah pada wanita. 

Produk kedelai yang difermentasi lebih kaya serat, kalium, dan komponen bioaktif daripada produk non-fermentasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Banyak Penelitian

Rupiah Melemah, Harga Kedelai Merangkak Naik
Pekerja sedang membuat tempe di kawasan Kemayoran, Jakarta, Kamis (6/9). Harga bahan baku kedelai untuk produksi tempe meningkat dari Rp 6.500 menjadi Rp 7.700 pascanilai tukar dolar mengalami kenaikan terhadap rupiah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Perlu dicatat, bahwa sejumlah faktor lain mungkin ikut berperan. Jadi, jangan buru-buru mengubah diet Anda secara radikal menjadi rutinitas yang berfokus pada kedelai.

Penelitian yang dipublikasikan di British Medical Journal, itu juga menyebutkan mungkin mereka yang makan banyak fermentasi kdelai juga lebih banyak berolahraga, atau lebih sedikit mengonsumsi daging merah.

Tetapi para peneliti mengatakan bahwa berbagai faktor yang tidak terukur dapat memengaruhi hasil penelitian, sehingga dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk menentukan sebab dan akibat, seperti dilansir dari Independent.

Meskipun demikian, Norie Sawada dari National Cancer Centre di Jepang mengatakan bahwa ia akan merekomendasikan mengonsumsi kedelai fermentasi untuk dampaknya pada penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab utama kematian di AS. Sementara itu, di Inggris, penyebab utama kematian adalah kanker.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya