Alasan Warga Belanda Tak Suka Menutup Tirai Jendela

Tradisi warga Belanda yang jarang menutup tirai jendela dinilai tak sesuai dengan kebiasaan masyarakat Eropa pada umumnya yang sangat menjaga privasi.

oleh Henry diperbarui 17 Apr 2020, 08:45 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2020, 03:03 WIB
Ilustrasi Jendela
Ilustrasi jendela (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Tiap bangsa dan masyarakat di dunia tentu punya tradisi dan kebiasaan berbeda-beda. Termasuk di Belanda. Warga di negara Eropa ini punya satu tradisi unik yaitu tak menutup tirai jendela rumah di malam hari sehingga aktivitas mereka bisa ditonton dari luar.

Mereka sama sekali tak merasa risih. Kebiasaan itu kabarnya sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, sejumlah rumah di Amsterdam atau kota-kota kecil lain tak memiliki tirai.

Tidak diketahui secara pasti awal munculnya jendela-jendela tak bertirai di Belanda. Tradisi itu bahkan dinilai tak sesuai dengan kebiasaan masyarakat Eropa pada umumnya yang sangat menjaga privasi.

Dilansir dari CNN Travel, Kamis, 16 April 2020, ada beberapa pemerhati berpendapat kebiasaan itu muncul karena anggapan tidak ada yang perlu disembunyikan.

Ada juga yang mengatakan kalau itu pertanda keinginan agar orang lain melihat apa saja yang mereka miliki dan bisa lakukan. Selain itu, kebiasaan tersebut dikaitkan dengan tradisi keagamaan Calvinisme, yang menegaskan bahwa warga negara yang jujur tidak perlu menyembunyikan apa-apa.

Karena itu, menutup tirai mengindikasikan sebaliknya. Dengan membiarkan orang melihat ke dalam, Anda memberi tahu mereka: 'Lihat, saya orang yang baik'.

Keinginan untuk memamerkan harta juga bisa menjadi penjelasan. Ketika standar kehidupan meningkat dari waktu ke waktu, bahan dan interior menjadi kian mewah.

Menghiasi Jendela

Ilustrasi Jendela
Ilustrasi jendela (dok. Pixabay.com/StockSnap/Putu Elmira)

Bahkan, sekarang warga suka memamerkan dapur terbuka yang dibuat khusus, sofa mewah atau TV layar datar model terbaru. Tradisi itu bahkan menjadi konsumsi wisata Amsterdam.

Beberapa pemandu kota menjelaskan keterbukaan sebagai cara bisnis dilakukan di masa lalu. Orang akan membiarkan tirai terbuka untuk memamerkan ruangan yang penuh dengan perabot, dekorasi, dan seni terbaik sebagai cara untuk membuktikan kepada pedagang bahwa mereka dapat dipercaya.

Ada juga yang berpendapat kalau itu adalah tradisi lama di era 1950-an yang kembali popular. Antropolog Hilje van der Horst dan Jantine Messing meneliti fenomena ini pada 2006 dan mengamati bahwa orang-orang di lingkungan yang erat cenderung membiarkan tirai mereka terbuka.

Bahkan ada yang menghiasi jendela mereka dengan patung, vas, dan bunga imitasi. Alasan lain, tentu saja, adalah keinginan penduduk untuk menyaksikan dunia luar bergeliat.

Merasa Terkungkung

Ilustrasi Jendela
Ilustrasi jendela (dok. Pixabay.com/GuentherDillingen/Putu Elmira)

Biasanya warga Belanda menyukai menatap situasi di luar rumah, lampu-lampu, keramaian, dan hiruk pikuk jalanan, serta orang-orang yang lewat. Interaksi antara di dalam dan luar rumah membantu menumbuhkan budaya terbuka yang sangat Belanda.

Menurut Astrid Brokke, 68 tahun, yang tinggal di lantai 1 di De Jordaan di distrik kelas pekerja Amsterdam, saat ia pindah ke tempat tinggalnya sekarang pada 1987, ia sudah mencoba memasang tirai.

Namun ia merasa seperti terkungkung dan kemudian melepaskannya. Jalanan di sana cukup sempit dan 10 tahun yang lalu, Astrid tidak punya tetangga yang berseberangan.

"Hanya garasi di bangunan rendah dan bangunan perusahaan di kejauhan. Jadi tidak perlu penutup. Selain itu, saya tidak suka memakai tirai," tutur Astrid.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya