Prediksi Standar Baru Dunia Penerbangan Setelah Pandemi Corona COVID-19 Berlalu

Industri penerbangan harus putar otak demi pulih dari dampak pandemi corona COVID-19.

oleh Asnida Riani diperbarui 17 Apr 2020, 08:34 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2020, 07:02 WIB
Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. (Dewi/Liputan6.com)
Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. (Dewi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kebutuhan membuat semua penumpang yang tiba di Hong Kong mesti menjalani tes virus corona baru akan tetap berlaku ke depan, begitulah keterangan resmi Dinas Kesehatan setempat.

Mengutip laman South China Morning Post, Kamis, 16 April 2020, para ahli memprediksi bahwa praktik tersebut akan jadi standar baru bandar udara (bandara) di seluruh dunia, selagi industri penerbangan kembali normal usai pandemi COVID-19.

Pemerintah Hong Kong kini sudah mengubah bandara jadi garis pertahanan pertama dalam memerangi penyebaran corona COVID-19. Larangan masuk untuk non-residen dan penumpang transit, juga memberi gelang yang terhubung dengan aplikasi di ponsel pintar untuk mengonrol kesehatan telah berlaku.

Orang yang datang dari daratan utama Tiongkok, Makau, dan Taiwan juga dilarang masuk bila dalam kurun waktu dua minggu baru pulang dari negara lain. Strategi agresif ini diambil untuk mencegah naik tajam catatan kasus corona COVID-19.

Kendati otoritas kesehatan juga telah berulang kali memperingaktkan tentang penularan domestik, Hong Kong telah memperlihatkan pengurangan laporan kasus corona COVID-19 cukup signifikan selama bulan ini.

"Tes yang sudah berlaku di Hong Kong, kami percaya harus terus ada untuk beberapa waktu ke depan," ucap Dr Wong Ka-hing dari Centre for Health Protection Hong Kong. "Tes ini tak akan hilang begitu saja, bahkan di masa depan."

 

Beri Rasa Aman

Perlindungan Ekstra Penumpang Cegah COVID-19 di Bandara Hong Kong
Penumpang mengenakan pakaian pelindung saat tiba di Bandara Internasional Hong Kong, Hong Kong (19/3/2020). Covid-19 yang menginfeksi lebih dari 200.000 orang terus menimbulkan kekhawatiran. (AFP/Anthony Wallace)

International Air Transport Association telah menyadari bahwa pemantauan komprehensif bakal jadi kondisi normal yang baru setelah pandemi bisa dikenalikan. "Jelas bahwa memantau kondisi kesehatan penumpang adalah elemen utama dalam memulai kembali industri ini," kata Association Chief Alexandre de Juniac.

Impilkasi di masa depan juga bisa tentang bagaimana orang bepergian. Industri penerbangan melihat tes COVID-19 dan pemeriksaan temperatur sebagai kemungkinan pemeriksaan pra-penerbangan. sanitising gel, masker, dan social distancing saat terbang pun akan dipraktikkan dengan standar tertentu.

Hong Kong dikatakan menawarkan contoh langka bagaimana pemerintah mengubah pemantauan corona COVID-19 jadi pusat tes. Pelancong diminta menuju AsiaWorld-Expo di dekat bandara setelah mendarat dan harus menunggu di sana selama lebih dari 12 jam untuk mendapatkan hasil tes.

Beberapa bandara dikatakan beruntung punya prosedur yang sama, kendati pihak Dinas Kesehatan setempat mengatakan, pihaknya hanya bisa melakukan tes tersebut pada satu penerbangan, mengingat harus memberlakukan physical distancing.

Kapasitas ini juga jadi isu seksi pemberlakukan tes di bandara di Amerika Serikat dan Inggris Raya. Sedangkan, Seoul Incheon, bandara besar lain di Asia, menyediakan pusat tes di ruangan terbuka untuk memeriksa lebih dari 2.000 kedatangan Eropa setiap hari.

Monty Brewer, mantan Chief Executive Air Canada, mengatakan pada webcast terbaru FlightGlobal diungkap bahwa perasaan aman saat terbang sangat dibutuhkan agar perjalanan udara kembali menarik dilakoni.

"Bagaimana kita memastikan konsumen merasa aman terbang bersama orang lain. Yang paling aman memang setelah ada vaksin, tapi kita harus siap dengan perubahan baru di standar penerbangan udara," ucap Brewer.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya