Kisah Haru Pengungsi Asal Irak di Inggris yang Diterima di Cambridge University

Seorang pengungsi asal Irak di Inggris berhasil masuk di salah satu kampus bergengsi, Cambridge University.

oleh Komarudin diperbarui 15 Agu 2020, 05:03 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2020, 05:03 WIB
Ilustrasi mahasiswa
Ilustrasi mahasiswa (Dok.Unsplash/ Matese Fields)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pengungsi asal Irak diterima masuk Cambridge University, sebuah kampus bergengsi di Inggris untuk belajar di bidang kedokteran. Ia meninggalkan Irak saat masih balita untuk menjalani perawatan medis di Inggris.

Buraq Ahmed berusia 18 tahun menderita sakit pinggul ini pindah ke Inggris pada usia tiga tahun untuk menjalani operasi. Ia dan neneknya Saadiyah Khattab yang 69 tahun ke Inggris saat perang berkecamuk di Irak. Ia tak dapat melihat orangtuanya selama sepuluh tahun perang, dilansir dari laman Metro, Jumat, 14 Agustua 2020.

Meski dalam kondisi sakit, ia mampu meraih nilai tertinggi. Remaja bahkan tak pernah melupakan perawatan kelas dunia yang ia peroleh dan juga kebaikan dari petugas medis yang membantunya.

Sekarang, ia mengidam-idamkan menjadi seorang dokter di National Health Service (NHS), Inggris. Ia remaja cemerlang dalam pelajaran biologi, kimia, ekonomi, dan matematika dan semuanya meraih nilai A, mengalahkan semua siswa.

Saat tiba di Inggris, Buraq dan neneknya tak bisa bahasa Inggris. Awalnya, ia hanya datang ke sana untuk waktu yang terbatas, namun Perang Irak dan serangan terorisme ISIS membuat mereka tak bisa kembali ke negaranya.

"Seiring bertambahnya usia, saya menyadari betapa mengkhawatirkan saat itu, bagi orangtua saya dan ketiga adik laki-laki saya yang lahir setelah saya meninggalkan Irak dan sekarang tinggal di Belgia. Setelah menghabiskan begitu banyak waktu di rumah sakit, saya sangat bahagia dirawat oleh perawat NHS yang luar biasa., Saya memutuskan ingin membantu orang lain yang menderita," tutur Buraq.

Orangtua Buraq, Duraid Abdullah berusia 49 tahun dan Ruaa Yousif berusia 38 tahun. Mereka terpaksa menjual rumahnya di Irak pada 2005 agar anaknya itu bisa terbang ke Inggris untuk menjalani operasi yang sangat dibutuhkannya.

Setelah melarikan diri dari kekerasan perang, Buraq dan keluarganya yang lain diberi status pengungsi dan dapat membangun kehidupan di Cardiff. Buraq menjalani operasi penggantian pinggul kanan pada Agustus 2019, dan sedang menunggu operasi lain, yang tertunda karena pandemi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini :

Pujian

Ilustrasi mahasiswa dan mahasiswi universitas.
Ilustrasi mahasiswa dan mahasiswi universitas. (iStockphoto)

Di Inggris, Buraq bersekolah di sekolah menengah dan merupakan pesepakbola berbakat yang dipilih untuk bermain di Akademi Kota Cardiff. Namun, karena kondisinya semakin parah, gerakan fisiknya menjadi kaku dan ia tak bisa bermain. Akhirnya, ia lebih banyak waktu untuk fokus pada studinya.

Gareth Collier, kepala sekolah di Cardiff Sixth Form College, mengatakan, Buraq adalah siswa luar biasa yang mampu keluar dari kesulitannya. Collier sangat menyukai Buraq saat di sekolah.

Di mata Collier, meskipun awal ia sangat traumatis, terus berpisah dari orangtuanya dan memakai obat untuk mengatasi rasa sakit sehari-harinya, tapi Buraq tak pernah mengeluhkan kesulitan itu.

"Justru hal itu membuatnya tangguh, bertekad untuk sukses, dan mengambil setiap peluang yang ada di sekolah. Ia benar-benar layak mendapatkan nilai bagus dan tempat di Cambridge. NHS kami membutuhkan orang-orang seperti Buraq dan saya benar-benar senang kepadanya," pujinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya