Turis Asal AS Dipenjara Usai Beri Ulasan Negatif Atas Layanan Hotel di Thailand

Turis asal AS itu dituntut mencemarkan nama baik setelah memberi ulasan negatif pada Sea View Resort di Koh Chang, Thailand.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2020, 08:08 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2020, 08:04 WIB
Sea View Resort Koh Chang, Thailand.
Akibat menulis ulasan negatif terhadap Sea View Resort Koh Chang,Thailand, pria ini ditahan polisi. (dok. TripAdvisor/ https://www.tripadvisor.com/Hotel_Review-g580110-d594766-Reviews-Sea_View_Resort_Spa_Koh_Chang-Ko_Chang_Trat_Province.html/ Brigitta).

Liputan6.com, Jakarta - Pria berkebangsaan Amerika Serikat ditahan polisi Thailand setelah dianggap memfitnah sebuah hotel resor bernama Sea View Resort di kawasan Koh Chang, Thailand. Sebelumnya, Wesley Barnes menulis beberapa ulasan yang kurang menyenangkan terkait pelayanan staf resor yang tidak ramah melalui platform TripAdvisor dan Google Review.

Melansir laman The Thaiger, Selasa, 29 September 2020, pihak resor memutuskan untuk menanggapi kembali ulasan negatif Barnes yang diklaim tidak benar dengan menuntut pria tersebut. Tuntutan tersebut dilakukan setelah mereka berulang kali mecoba menghubungi Barnes untuk bernegosiasi, tetapi tidak pernah dijawab. Barnes disebut terus menuliskan ulasan negatif lainnya berulang kali.

Melengkapi informasi tersebut, Pihak Sea View Resort Koh Chang merilis lima halaman pernyataan terkait setelah tuntutan hukum tersebut mengundang perhatian banyak orang pada Sabtu, 26 September 2020. Pernyataan itu dipublikasikan melalui media sosial Richard Barrow, seorang travel blogger asing dengan 167 ribu pengikut Twitter.

Dalam lembar pernyataan itu, dikatakan Barnes dan seorang temannya menginap di resor pada 27 Juni 2020. Kemudian mereka menemukan bahwa Barnes menulis ulasan yang tidak menyenangkan di laman ulasan TripAdvisor terkait resor tersebut pada 20 Juli 2020.

"Staf tidak ramah dan manajer restoran yang mengerikan. Staf tidak ramah, tidak ada yang pernah tersenyum. Mereka bersikap seolah tidak ingin ada pengunjung di sana. Manajer restoran adalah yang terburuk. Dia berasal dari Republik Ceko. Dia sangat kasar dan tidak sopan kepada tamu. Cari tempat lain. Ada banyak staf yang lebih baik yang senang Anda tinggal bersama mereka," tulisnya dalam ulasan tersebut.

Sea View Resort dengan 156 kamar di kawasan Pantai Kai Bae didirikan pada 1989 dan menempati peringkat ke-10 dari 85 penginapan di Koh Chang, Thailand yang telah diulas di TripAdvisor, mengutip Bangkok Post. Resor ini telah menerima 1.922 ulasan, dengan 1.090 di antaranya menilai resor ini sangat baik, 580 sangat baik, 170 rata-rata, 48 buruk, dan 32 sangat buruk.

Pihak resor mengatakan bahwa mereka tidak menuntut Barnes hanya karena ulasan negatifnya, melainkan beberapa hal lainnya yang dilakukan Barnes saat menginap di resor. Salah satunya saat Barnes dan rekannya menolak untuk membayar denda sejumlah 500 baht karena membawa dan mengonsumsi minuman keras dari luar restoran di resor tersebut.

Selain itu, Barnes menuliskan beberapa ulasan negatif dengan unsur kalimat yang terkesan menjatuhkan staf resor berperilaku buruk terhadap tamu dan karyawan mereka sendiri. Tindakan Barnes dianggap merusak citra resor tersebut, terlebih dalam keaadaan serba sulit akibat pandemi COVID-19.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pernyataan Weasley Barnes

Unggahan blogger Richard Barrow
Cuitan travel blogger Richard Barrow terkait pernyataan Barnes. (dok. Twitter @RichardBarrow/ https://twitter.com/RichardBarrow/status/1309817382559391745/ Brigitta Bellion)

Sebagai tindak lanjut dari perkara tersebut, Barnes yang bekerja di Thailand itu ditangkap oleh polisi imigrasi dan dibawa ke Koh Chang pada 12 September 2020 untuk diadili dan kemudian ditahan selama dua malam sebelum dirinya dibebaskan.

Menyangkut pernyataan dan tuntutan Sea View Resort, Barnes juga menceritakan pengalamannya melalui akun Twitter blogger Richard Barrow. Ia menjelaskan bahwa pengalamannya selama menginap di resor itu memang buruk adanya.

Para staf resor ia anggap sangat tidak ramah dan tidak memberi pelayanan yang diharapkan. Saat ia dan rekannya berada di restoran dengan membawa botol minuman tersebut, mereka terkejut saat diminta membayar denda atas hal itu. Awalnya, rekannya berniat membayar denda 500 Baht itu, hanya saja sikap manajer restoran membuat Barnes geram dan beragumen dengan manajer tersebut hingga mereka akhirnya sepakat tidak membayar denda.

Selama dirinya menginap di sana, Barnes juga mendengar manajer resor sempat memaki staf hotel. "Dia (manajer) berteriak dan berperilaku sangat agresif. Dari sanalah saya memutuskan untuk menulis ulasan tentang tempat ini ketika saya pergi. Dengan manajer itu, saya rasa ada sebuah mental majikan/budak yang terjadi. Jadi di ulasan asli saya (yang tidak pernah diunggah), saya menyebutnya sebagai perbudakan modern," tulisnya.

Dia menganggap ulasannya tersebut menggambarkan tentang apa yang terjadi sepenuhnya saat ia berada di resor itu. Ia mengaku menerima beberapa email dari pihak resor dan awalnya menganggap itu hanya ancaman biasa, menurut pemahamannya sebagai orang berbudaya barat. Tak lama, ia ditangkap untuk menghadiri persidangan dan dijatuhkan denda 100 ribu baht.

“Saya tidak bisa membayarnya, dan saya ditahan di penjara lokal dengan 1150 narapidana,” tulisnya lagi. Jika dirinya dinyatakan bersalah, Barnes harus menjalani hukuman selama satu tahun penjara di Thailand dalam tuduhan hukum pencemaran nama baik.

Hukum yang Sering Salah Digunakan

Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)
Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)

Netizen menanggapi dengan pro kontra terhadap kasus ini. Banyak yang mengatakan bahwa tuntutan yang dilakukan Sea View Resort dianggap konyol hanya karena tidak menerima ulasan negatif dari tamu mereka. ” Masih tampak seperti reaksi berlebihan (untungnya menjadi bumerang) untuk membuat pelanggan mengubah pengalaman negatif mereka. Staf membiarkan ini meningkat dan dari pengalaman pribadi saya, ketika ada masalah, orang Thailand sangat buruk dalam mengambil tanggung jawab dan mencoba menyalahkan pelanggan,” komentar akun @Sr__Juan__dalam unggahan Richard Barrow.

Tetapi, ada pula akun @MattersProtocol yang mengkritik tindakan Barnes. “Wesley (Barnes) tampaknya tinggal lama di sini tetapi tidak tahu apa-apa tentang negaranya. Dilihat dari pengetahuan yang buruk tentang tata bahasanya sendiri, dia terdengar seperti orang yang tidak diunggulkan di AS, dan merasa lebih unggul di sini (Thailand).”

Kenyataannya, hukum pencemaran nama baik yang berlaku di Thailand memang tak jarang mengundang kontroversi akibat sering disalahgunakan. Banyak kasus yang hampir sama persis dengan apa yang dialami Barnes.

Hukum ini sering digunakan oleh pebisnis dan tokoh berpengaruh, seperti politikus untuk menuntut berbagai kritik yang mengintimidasi mereka, lapor Bangkok Post. Hukuman maksimal yang dapat diterima akibat tuntutan pencemaran nama baik ini adalah dua tahun penjara dam denda sebesar 200 ribu baht. (Brigitta Valencia Bellion)

 

[INFOGRAFIS] Kutukan Kudeta di Negeri Gajah Putih
Kudeta terjadi lagi di Thailand setelah status darurat diberlakukan. Ini bukan kali pertamanya militer menggulingkan pemerintahan sipil.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya