Liputan6.com, Jakarta - Industri pariwisata menjadi salah satu sektor bisnis yang paling terdampak dalam pandemi Covid-19 yang melanda dunia hampir sepanjang 2020 ini. Selama delapan bulan terakhir, angka kunjungan wisatawan domestik dan asing di Indonesia menurun drastis dan menyebabkan krisis yang tak terduga.
Memasuki masa adaptasi kebiasaan baru, tak hanya pemerintah, berbagai pihak telah berupaya untuk membangkitkan kembali industri pariwisata di Indonesia, salah satunya bidang pariwisata ramah muslim. Upaya ini tentu harus didorong oleh banyak pihak, termasuk pelaku usaha, organisasi, hingga masyarakat Indonesia sendiri.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, sebagai salah satu upaya membangkitkan industri pariwisata halal, Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) kembali mengusung The 2nd International Halal Tourism Summit (IHTS). Acara ini berlangsung dalam rangkaian The 7th Indonesia Sharia ECONOMIC Festival (ISEF) 2020 dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan pada 27 hingga 30 Oktober 2020.
Bersama dengan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Panitia Pelaksana IHTS 2020 dan The 7th ISEF 2020 menggelar konferensi internasional bertajuk “Strategic Innovation for Sustainable Muslim Friendly Tourism”. Riyanto Sofyan, Chairman PPHI & Chairman SofyanCorp Indonesia, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya para pelaku dan pegiat wisata ramah muslim agar tetap optimis pada masa depan industri tersebut.
“Berbagai acara telah kami lakukan bersama dengan panitia ISEF dan Bank Indonesia, seperti pameran virtual bagi pelaku usaha wisata, diskusi dan temu ramah dengan pemangku kepentingan pariwisata di Indonesia, dan juga beberapa kali kami melakukan sharing business dengan pelaku usaha lainnya dalam mencari strategi terbaik untuk bertahan di tengah krisis saat ini,” jelasnya.
Riyanto menambahkan, para pelaku pariwisata ramah muslim di Indonesia juga turut merasakan dampak krisis akibat pandemi COVID-19 ini.
Tidak hanya berkurang secara pendapatan, bahkan sebagian usaha perjalanan wisata, hotel, penginapan ramah muslim, hingga restoran dan destinasi wisata harus tutup operasional dalam jangka waktu yang cukup lama. Tentu hal ini akan berdampak pada keberlanjutan bisnis para pelaku usaha di bidang pariwisata nantinya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Upaya Membangun Citra Positif
Ketua pelaksana IHTS 2020, Noveri Maulana juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan konferensi internasional ini sekaligus sebagai upaya meneguhkan kembali semangat kebangkitan industri pariwisata halal di Indonesia.
“Kita harapkan, melalui konferensi internasional ini, kita bisa mendapatkan banyak insight bisnis dan strategi terkait pengembangan usaha di bidang industri pariwisata halal di Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, acara ini juga diharapkan dapat membentuk citra pariwisata ramah muslim yang lebih positif dari sudut pandang internasional. “Acara ini kita harapkan juga bisa memberi citra positif bagi Indonesia di mata turis muslim internasional dan diharapkan nanti kunjungan wisatawan mancanegara juga perlahan akan semakin meningkat,” imbuhnya lagi.
Konferensi Internasional Pariwisata Halal ini akan menghadirkan beberapa pembicara dari dalam dan luar negeri untuk berbagi strategi dan prediksi dalam menghadapi fenomena baru selepas pandemi nanti. Beberapa di antaranya, yaitu Fadjar Hutomo (Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf), Dr. Sugeng (Deputi Gubernur Bank Indonesia), Reem Elshafaki (Senior Associate Dinarstandard USA), Ufuk Secgin (Chief Marketing Officer HalalBooking.com UK), Mikhail Melvin Goh (Chief Operating Officer Have Halal Will Travel Singapore), dan Riyanto Sofyan (Chairman PPHI & Chairman SofyanCorp Indonesia).
Konferensi internasional ini akan dilaksanakan secara virtual pada Kamis, 29 Oktober 2020, pukul 09.00 WIB, melalui laman www.isef.co.id dan terbuka untuk publik. Bagi peserta yang ingin menghadiri konferensi ini, bisa melakukan pendaftaran pada situs tersebut. (Brigitta Valencia Bellion)
Advertisement