Liputan6.com, Jakarta - Salah satu jenis destinasi yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Yogyakarta adalah wisata kuliner. Banyak tempat menawarkan menu enak hingga lokasi yang unik di tempat yang tak biasa. Salah satunya JiwaJawi Resto.
Mengungsung konsep filosofi Jawa, restoran mulai beroperasi pada 1 Februari 2019. Lokasinya sejuk dengan pohon-pohon rimbun menaungi. Tepatnya di Banyutemumpang, Bangunjiwo, Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Advertisement
Baca Juga
"JiwaJawi adalah resto yang dirancang bukan hanya untuk pemenuhan kenikmatan badan (makan dan minum), tapi juga untuk ketenangan batin," kata Scholastica Puan Maharani, Marketing JiwaJawi, kepada Liputan6.com, Selasa, 26 Januari 2021.
Nama JiwaJawi bermakna ‘jiwanya masyarakat Jawa’. Hutan kecil sengaja dipilih sebagai lokasi agar mereka yang datang juga dapat mengapresiasi keindahan alam. Lebih jauh, sang pemilik resto, Leire Siwi Mentari juga merupakan penggemar seni.
Kesenangannya itu lah yang membuat restorannya tak sekadar tempat makan. JiwaJawi juga berfungsi sebagai tempat pertunjukan seni dengan sederet program kesenian rutin setiap bulan.
"Sering ada acara musik, pembacaan puisi, dan pameran yang diberi tajuk Pajang Karya," ujar dia.
Selain itu, JiwaJawi Resto berfungsi sebagai galeri. Scholastika mengatakan sering mengajak para seniman untuk memajang karya mereka di tempat tersebut.
"Jadi, mereka mendapat ruang untuk karya yang terkurasi. Sementara, kami juga jadi tidak sekadar menawarkan pengalaman kuliner ke para tamu, tapi juga pengalaman mengapresiasi seni," sambungnya.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Disambut Gerbang Unik
Saat menyambangi Jiwajawi Resto, Anda akan disambut dengan keberadaan gerbang unik. Gerbang tersebut mengingatkan tamu saat berkunjung ke keraton, Taman Sari, ataupun bangunan-bangunan lawas di Kotagede.
Pada gerbang Jiwajawi Resto terdapat lambang tiga lingkaran spiral yang sukses membuat siapa pun penasaran. Usut punya usut, lambang di gerbang tersebut adalah simbol "Lung", yang mewakili falsafah Jawa "mulur-mungkret". Secara luas, simbol itu menandai pertumbuhan, kebaruan, kelembutan, keluwesan beradaptasi, dan gerak menggapai cahaya.
Budaya Jawa yang kental juga terlihat pada bangunan utama yang berbentuk rumah joglo yang dibuat terbuka, seakan menyambut hangat para pengunjung. Selain itu, ada pula bangunan dua lantai dengan material didominasi batu gamping di dinding. Konsepnya tetap terbuka dan memasukkan unsur Jawa lewat penggunaan gebyok di pintu masuk utama.
Tetapi, restoran tentu tak sekadar menjual tempat. Beberapa menu yang dihadirkan juga menggoda untuk dicicipi. Mayoritas adalah menu makanan Indonesia, seperti Iga Bumbu Rujak, Pepes Ikan Kemangi, Ayam Tangkap, Ayam Goreng Laos, Pecak Ikan Asap, Rawon, Nasi Campur Vegan, Ayam Suwir Kecombrang, dan Tuna Woku.
Bila sekadar ingin ngemil, Anda bisa memilih rondo royal, pisang goreng, dan dawet ireng tape ketan untuk menyenangkan lidah. Tersedia pula deretan minuman, mulai dari beragam teh, kopi, kombucha, wedang uwuh dan kawista yang jadi rekomendasi. Kawista merupakan campuran sirup, soda, jeruk nipi, dan tangkai sereh.
"Menu yang menjadi unggulan kami antara lain Iga Bumbu Rujak, Ayam Suwir Kecombrang, Tuna Woku. Minuman antara lain Es Kawista dan aneka kopi dengan biji pilihan dari berbagai daerah di Indonesia juga. Lalu, untuk harga relatif mulai dari Rp10 ribu sampai Rp75 ribu saja," kata Scholastika.
Pada masa pandemi ini, pastikan saat berkunjung di tempat makan ini tetap melakukan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yaitu dengan mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. (Melia Setiawati)
Advertisement