Manajer Restoran Cepat Saji Tuntut Polisi Setelah Dituduh Racuni Milkshake

Tuduhan restoran cepat saji meracuni milkshake polisi ini terjadi pada puncak protes kematian George Floyd.

oleh Asnida Riani diperbarui 17 Jun 2021, 06:32 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2021, 06:32 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi gerai Shake Shack. (dok. pexels/Keenan Constance)

Liputan6.com, Jakarta - Manajer restoran cepat saji Shake Shack di Manhattan, New York, Amerika Serikat, dilaporkan menggugat dua serikat polisi setelah petugas menuduhnya meracuni milkshake mereka musim panas lalu. Atas tuduhan itu, mengutip laman Buzzfeed, Rabu, 16 Juni 2021, ia ditangkap, diinterogasi, dan "diejek" oleh polisi selama beberapa jam.

Menurut gugatan pencemaran nama baik yang diajukan pada Senin, 14 Juni 2021, ke pengadilan federal New York, manajer bernama Marcus Gilliam ini mengatakan, ia "ditangkap secara tidak benar, menderita secara emosional dan psikologis, serta reputasinya rusak" sebagai akibat dari insiden Juni 2020, yang terjadi pada puncak protes kematian George Floyd.

Pada Juni 2020, tiga petugas polisi Kota New York mengklaim mereka jatuh sakit setelah minum milkshake yang dibeli di Shake Shack. Setelah mengetahui dugaan penyakit itu, Asosiasi Detektif Detektif (DEA), sebuah serikat detektif NYPD, menulis "pesan keselamatan mendesak" di Twitter bahwa "tiga saudara berbaju biru kita sengaja diracuni oleh satu atau lebih pekerja (Shake Shack)."

Klaim tersebut diperkuat Asosiasi Kebajikan Polisi Kota New York (PBA), serikat polisi terbesar di kota itu, yang menuduh bahwa "zat beracun" yang ditemukan dalam milkshake "diyakini sebagai pemutih."

"Polisi di New York City dan di seluruh negeri diserang 'penjahat kejam' yang tidak menyukai kami hanya karena seragam yang kami kenakan," kata Presiden DEA, Paul DiGiacomo. "Didorong pejabat terpilih yang memperdaya, para pengecut ini akan berusaha keras menyakiti setiap anggota penegak hukum."

Sehari setelah kejadian, NYPD mengatakan mereka telah menyelidiki dan menentukan bahwa karyawan tidak bersalah. Zat yang membuat petugas sakit adalah larutan pembersih yang belum sepenuhnya dibilas dari mesin milkshake. Namun, menurut gugatan, tidak ada petugas yang benar-benar menunjukkan gejala sakit, dan membantah bahwa petugas pernah sakit sama sekali.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Beda Klaim Penyelidikan

Shake Shack
Shake Shack. (dok. Ist)

Gugatan pencemaran nama baik yang diajukan tidak menyebut nama petugas, tapi merujuk mereka yang datang ke gerai Shake Shack hari itu dengan rasa milkshake yang dipesan. Petugas telah memesan minuman di aplikasi seluler, menurut gugatan itu, dan sajian itu sudah dikemas untuk diambil ketika mereka tiba, yang berarti karyawan tidak tahu bahwa pesanan itu untuk petugas polisi.

"Namun demikian, Petugas Strawberry Shake, Vanilla Shake, dan CherryShake salah memberi tahu Sersan mereka bahwa Gilliam telah menaruh 'substansi beracun', mungkin pemutih, dalam milkshake mereka," kata gugatan itu. Meski membuat klaim ini, petugas "tidak menyimpan shake sebagai bukti, tapi melemparkannya ke tempat sampah."

Sekitar pukul 9 malam, dua jam setelah kejadian, sekitar 20 petugas polisi muncul di lokasi dan menahan Gilliam, serta karyawan toko lain. Gilliam bekerja sama dengan penyelidikan, menurut gugatan itu, dan mengizinkan petugas menggeledah gerai, meninjau rekaman CCTV, mewawancarai karyawan, dan menggeledah barang-barang pribadi mereka.

Selama penyelidikan, seorang petugas diduga bertanya pada Gilliam "kapan Anda menambahkan pemutih" ke milkshake. Ia juga diduga mengatakan, "Anda membuat tiga polisi saya (terbaring) di rumah sakit," kata gugatan itu. Namun, menurut gugatan itu, petugas yang menuduh telah keluar dari rumah sakit dan tidak menunjukkan gejala apa pun.

Tuntutan Manajer Restoran Cepat Saji

Ilustrasi
Ilustrasi restoran cepat saji. (dok. pexels.com/@davideibiza)

Unit Layanan Darurat NYPD juga menguji milkshake yang dibuang petugas sebagai bagian dari penyelidikan, dan "tidak menemukan bukti pemutih atau zat 'beracun' lainnya." Namun, seorang letnan NYPD mengirim email ke DEA dan PBA, mengatakan bahwa para petugas itu "mulai muntah setelah meminum minuman yang mereka dapatkan dari 'gubuk goyang' di 200 Broadway." Kedua serikat pekerja kemudian memperkuat klaim tersebut di media sosial, berkicau bahwa mereka telah "sengaja diracuni" dan petugas "diserang."

Gilliam juga ditangkap dan dibawa dengan mobil polisi ke kantor polisi untuk diinterogasi, di mana ia "diinterogasi selama kurang lebih satu hingga dua jam" dan "diejek ... tentang memasukkan pemutih ke dalam milkshake" sebelum dibebaskan sekitar pukul 1.30, kata gugatan itu.

Hanya beberapa jam kemudian, sekitar pukul 4 pagi, Kepala NYPD Rodney Harrison berkicau bahwa penyelidikan tidak menemukan Gilliam atau karyawan Shake Shack lain bersalah.Melalui gugatan ini, Gilliam menuduh polisi telah "menahan dan mencemarkan nama baik secara tidak benar," dengan mengatakan bahwa mereka "tidak memiliki alasan" untuk menangkapnya.

Gilliam menuntut ganti rugi finansial dalam jumlah yang tidak ditentukan, serta biaya pengacara.

Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari COVID-19

Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya