Liputan6.com, Jakarta - Hitung mundur perayaan Iduladha hampir mendekati akhir. Seperti hari raya pada umumnya, Lebaran Haji juga tidak lengkap tanpa deretan sajian khas. Kendati, jangan sampai kebiasaan ini justru jadi medium melanggengkan eksistensi sampah makanan.
Jordan Mordhekai, Community Project Coordinator Komunitas Surplus, menjelaskan, fenomena berkurban setiap tahunnya memang tidak luput dari isu limbah makanan. Dalam setiap distribusi pasokan daging, setidaknya menyisakan bagian potongan hewan yang tidak dimanfaatkan, seperti darah dan kantong empedu.
"Semua limbah ini tentunya akan bermuara pada persoalan baru, seperti pencemaran air, karena perilaku masyarakat yang tidak ramah lingkungan. Pola pembuangan kumpul-angkut-buang menyebabkan penumpukan sampah," katanya melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 16 Juli 2021.
Advertisement
Risiko limbah makanan, sambung celebrity chef, Vania Wibisono, juga terkait kultur menyajikan makanan bersantan saat Iduladha. Pasalnya, jenis sajian yang dimaksud cenderung cepat basi. "Tidak tahan lebih dari sehari," ungkap chef Vania lewat pesan suara, Kamis, 15 Juli 2021.
Baca Juga
Agar sajian tidak terbuang percuma, Dewi Purnama Sari, Community Leader Komunitas Surplus, menyarankan, itu berawal dari cara menyimpan, mempersiapkan olahan, dan memasak daging secara tepat. Kuncinya ada pada higienitas. "Daging yang higienis artinya bebas dari kontaminan, termasuk kuman dan bakteri pembusuk," katanya.
Merujuk pada rekomendasi Prof. Nurliyani dari Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM), Dewi menguraikan, langkah penyimpanan daging kurban yang benar, yakni bersihkan daging dengan baik. Daging sapi dan kambing tidak perlu dicuci karena justru akan merusak.
Simpan daging pada suhu di bawah lima derajat celcius. Daging mentah dapat bertahan di kulkas selama 3--5 hari. Jika disimpan di freezer, daging sapi dapat bertahan selama empat hingga enam bulan, sedangkan daging kambing enam sampai sembilan bulan.
Juga, disarankan untuk menyimpan daging dalam kemasan kecil dan langsung habis dimasak ketika dikeluarkan dari freezer. "Daging yang sudah dikeluarkan dari freezer hendaknya tidak dimasukkan lagi untuk disimpan karena akan menurunkan kualitas daging," paparnya.
Mengemas daging sesuai porsi dan jenis olahan juga sangat sangat direkomendasikan agar tidak bingung ketika akan memasak. Itu juga menghindari penggunaan daging secara berlebihan, yang berujung pada risiko adanya sampah makanan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Meminimalisir Limbah Makanan
Sementara, chef Vania menyarakan mengadopsi konsep fine dining. "Jadi, satu piring, satu orang," katanya. Namun, ia mencatat, tidak semua orang mau mengubah kebiasaan bersantap kuliner Iduladha yang umumnya disajikan dalam wadah-wadah besar di tengah meja makan.
"Kalau begitu, bisa dengan dikeluarkan sedikit demi sedikit. Taruh di piring-piring cantik di tengah. Nanti kalau habis, boleh ditambah lagi," ucapnya. "Jadi, dandang di belakang masih bisa dihangatkan kembali, belum keacak. Selain, tidak ada double dip yang berisiko membuat bakteri masuk, virus masuk, makanan juga cepat basi."
Dewi menyambung, jika ingin memasak "makanan basah," seperti rendang, tongseng, satai, maupun barbeque, pastikan untuk memilih teknik memasak secara tepat. "Adapun teknik memasak daging di antaranya roasting, grilling, merebus, menumis, menggoreng, slow cook, dan presto. Masing-masing memiliki suhu dan durasi optimal yang berbeda," tuturnya.
Selain itu, gunakan air, alat memasak, dan bahan lain yang aman. "Kalau ingin memasak kuah atau mengambil kaldunya, gunakan air dingin agar pori-pori daging terbuka terlebih dulu dan minyak lemaknya keluar. Namun, jika ingin menjaga daging agar tetap juicy, langsung gunakan air mendidih," urainya.
Tips terakhir, sebelum memasak, keluarkan daging beku dari freezer dan masukkan ke dalam kulkas dulu untuk menjaga kualitas daging agar tidak lembek. Olahan basah tidak tahan lama jika tidak rutin dipanaskan, jadi disarankan dihabiskan hari itu juga. "Sementara, untuk olahan kering dapat disimpan di suhu ruang atau kulkas dan untuk frozen food simpan di freezer," imbuh Dewi.
Karena santan lebih mudah basi, chef Vania mengatakan, bahan itu bisa diganti dengan susu sapi atau susu kedelai. "Rasanya pasti enggak sama, tapi beberapa makanan Timur Tengah justru pakai susu, enggak semua pakai santan," tuturnya.
Advertisement
Tidak Ada Alasan untuk Tidak Mengurangi Sampah
Bila masih ditemui kelebihan, seperti sisa darah dan daging yang tidak bisa dimanfaatkan, Jordan mengatakan, itu dapat diolah jadi kompos dan pakan ternak. "Artinya, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengurangi sampah. Semua sudah ada arahan dan panduannya," ucapnya.
Alya Fatina Diandari, Community Manager Komunitas Surplus, menambahkan, perlu diingat pada Alquran surat Al-A'raf ayat 31 yang menyebut, "Makan dan minumlah kalian, namun jangan berlebih-lebihan karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan."
Perayaan Iduladha yang masih berada di masa pendemi, kata chef Vania, sebaiknya juga dijadikan momen untuk menunjukkan solidaritas sosial. "Alangkah baiknya jika ada kelebihan (makanan), bisa dibagikan ke teman-teman yang lagi isoman, atau memang lagi kangen masakan rumah, tapi enggak bisa pulang," tuturnya.
"Semoga kebahagiaan Iduladha enggak cuma dengan makan besar, tapi juga berbagi dengan orang yang sedang kurang beruntung," tandasnya.
Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi
Advertisement