Catatan Kebangkitan Sederet Rumah Mode Mewah, Penjualannya Lampaui Pra-Pandemi

Penjualan produk sejumlah rumah mode mewah diperkirakan akan tetap mengandalkan pasar lokal hingga tahun depan.

oleh Asnida Riani diperbarui 04 Agu 2021, 08:02 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2021, 08:02 WIB
Louis Vuitton
Louis Vuitton luncurkan face shield dengan harga fantastis pada Oktober 2020. (Louis Vuitton)

Liputan6.com, Jakarta - Industri fesyen mewah jadi salah satu yang harus menelan pil pahit dampak pandemi COVID-19. Pasang-surutnya soal penutupan gerai, sementara maupun permanen, sampai beralih ke penjualan online. Namun di tahun ke-2 pandemi, kebangkitannya mulai terlihat, kendati masih krisis karena pembatasan perjalanan.

Raksasa industri, melansir laman AFP, Selasa (3/8/2021), melaporkan tingkat penjualan produk mereka naik, bahkan melampaui pra-pandemi. Dalam semester pertama tahun ini, LVMH, rumah bagi merek Louis Vuitton, Moet, Fendi, dan Kenzo, mencatat kenaikan penjualan 11 persen.

Pihaknya melaporkan pendapatan 28,7 miliar euro (Rp488 triliun) dengan laba 5,3 miliar euro (Rp90 triliun), meningkat 64 persen dari 2019. Arnaud Cadart, manajer aset Flornoy, menjelaskan bahwa pembelian ini dilakukan "kelas menengah atas, orang kaya, dan ultra kaya yang tidak tersentuh krisis."

"Mereka tidak dapat bepergian atau makan di luar, akhirnya membeli barang-barang mewah," ucapnya. Konsumen asal Tiongkok, "yang mewakili 35 hingga 40 persen" pelanggan mewah, masih penting, tambah Cadart.

Tapi, sementara pembeli China melakukan banyak pembelian saat mengunjungi Eropa sebelum pandemi, mereka sekarang melakukannya di dalam negeri. Faktanya, "yang mengejutkan bukanlah pemulihan di China, tapi di Amerika Serikat," kata Erwan Rambourg, seorang analis sektor dan penulis Future Luxe: What's Ahead for the Business of Luxury.

"Dibanding pemulihan krisis sebelumnya, serangan teror 11 September atau krisis ekonomi 2008 misalnya, perasaan bersalah, gagasan bahwa tidak pantas membeli barang mewah, menghilang," kata Rambourg. "Ada generasi muda di Amerika Serikat yang merasa nyaman dengan pembelian barang mewah, khususnya di antara populasi Afrika-Amerika, Hispanik, dan Asia."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Andalkan Pasar Lokal

20170602-Tas Hermes Termahal, Terjual dengan Harga 5 Miliar-AFP
Model menunjukkan tas Hermes Birkin Himalayan Crocodile berhias ratusan berlian di Balai lelang Christie’s, Hong Kong, 4 Mei 2017. Tas Hermes Birkin Himalayan Crocodile dengan harga fantastis ini dibuat pada 2014 dari kulit buaya. (ISAAC LAWRENCE/AFP)

Kepala eksekutif Hermes Axel Dumas mengatakan, "Kami melihat peningkatan yang sangat kuat dalam aktivitas di Amerika Serikat dari klien setia kami, serta klien baru yang datang berkat pemasaran digital." Penjualan Hermes di Amerika Serikat tercatat melonjak seperempat dari sebelum pandemi.

Analis Citigroup Thomas Chauvet mencatat fakta bahwa gemuruh pasar saham di Negeri Paman Sam membuat banyak orang Amerika lebih kaya, setidaknya di atas kertas, juga memberi dorongan psikologis untuk konsumsi.

Di Eropa, kinerja sektor ini lebih baik dari yang diharapkan, mengingat tidak adanya turis yang biasanya menghasilkan setengah dari penjualan.

Rambourg menambahkan, "Yang mengejutkan semua orang, para brand menemukan bahwa dengan merangsang pelanggan lokal melalui jejaring sosial, orang Prancis, Italia, dan Spanyol ternyata merespons lebih dari yang diharapkan."

Namun, Chauvet memperingatkan bahwa "melonjaknya permintaan lokal masih belum mengimbangi hilangnya wisatawan." Rumah mode mewah tetap akan didominasi pembeli lokal setidaknya untuk satu tahun lagi menurut perkiraannya.

Fokus pada Tas Tangan Branded

Deretan Koleksi Terbaru di Gucci Aria Shanghai Fashion Show
Memilih nuansa netral, Zhuang Dafei mengenakan sweater rajut ivory dari Gucci Ouverture dengan bordir belah ketupat dan detail pita. Dipadukan dengan jeans putih, sepatu kulit hitam dengan tas mini Gucci Diana yang feminin (Foto: Gucci)

Sejak pertengahan tahun lalu, melansir Channel News Asia, sebenarnya jumlah penjualan tas mewah lewat online platform telah memperlihatkan kenaikan di wilayah Asia-Pasifik. Ini berdasarkan data laman jual beli, Net-a-Porter.

Menurut mereka, peningkatan sebanyak 261 persen terjadi hingga 4 Mei 2020. Dibanding baju atau sepatu, pembelian tas mewah secara online dianggap jauh lebih mudah dan aman. Tidak seperti baju atau sepatu yang harus dicoba, konsumen dapat membeli tas setelah melihat fotonya.

"Visual dua dimensi dari tas sudah cukup menunjukkan bagaimana tampilannya saat digunakan, sehingga risiko pembelian lebih kecil," kata Kapil Tuli, profesor Lee Kong Chian School of Business di Singapore Management University.

"Ini seperti terapi belanja. Saat interaksi sosial hampir hilang dan stres meningkat, pembelian barang mewah termasuk mekanisme bertahan diri, sama seperti tingkat konsumsi es krim yang naik," ucapnya.

Menurut Net-A-Porter, kebanyakan konsumen memilih tas mewah berukuran kecil hingga sedang. Tas tangan keluaran Bottega Veneta, Gucci, dan Saint Laurent jadi yang terlaris.

Infografis Kesalahan Ketika Gunakan Masker Cegah COVID-19

Infografis Yuk Hindari 9 Kesalahan Ketika Gunakan Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Hindari 9 Kesalahan Ketika Gunakan Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya