Liputan6.com, Jakarta - Machu Picchu, benteng suku Inca di Peru diperkirakan berusia lebih tua dari perkiraan semula. Studi terbaru menemukan salah satu keajaiban dunia itu sudah ditempati sejak 1420--1530 setelah Masehi, beberapa dekade lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Tim peneliti yang dipimpin profesor antropologi dari Yale University, Richard Burger, menggunakan penanggalan radiokarbon untuk mengungkap jejak awal Kerajaan Pachacuti, pendiri Machu Picchu. Berdasarkan rilis yang dipublikasikan Selasa, 3 Agustus 2021, kerajaan itu berkuasa lebih awal dari yang dipikirkan.
Ini menandakan Pachacuti menaklukkan tempat itu lebih awal. Informasi tersebut membantu menjelaskan bagaimana Kerajaan Inca menjadi yang terbesar dan terkuat di masa pra-Columbia Amerika.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan dokumen sejarah, Machu Picchu diperkirakan dibangun setelah 1440, atau bahkan pada 1450. Tetapi, hasil penelitian Burger dan tim yang menggunakan accelerator mass spectometry (AMS), alat penera usia, menemukan gambaran yang lebih akurat.
Dilansir CNN, Rabu (4/8/2021), AMS bekerja bahkan di material organik berjumlah sedikit yang memperbesar ukuran kerangka yang bisa dipelajari. Tim meneliti 26 jasad di kuburan di Machu Picchu yang digali dari tempat itu selama ekskavasi pada 1912.
Jasad itu terkubur dalam batu-batu besar, tebing menjorok atau gua dangkal, disegel dengan dinding batu. Penelitian juga menemukan sejumlah barang disertakan, seperti keramik, pin selendang perunggu dan perak.
"Ini studi pertama berdasarkan bukti ilmiah yang memberikan perkiraan pendirian Machu Picchu dan durasi pendudukannya," kata Burger dalam rilis tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Catatan Penjajah Spanyol
Selama ini, sumber riset yang sering digunakan dalam meneliti seputar sejarah Inca adalah catatan yang ditulis penakluk dari Spanyol menyusul pengambilalihan seluruh kawasan itu. Hasil riset mempertanyakan penarikan kesimpulan yang didasarkan pada dokumen itu.
Di sisi lain, meski studi menyadari limitasi penanggalan radiokarbon, tim peneliti menyatakan bukti dokumenter itu tidak bisa diandalkan.
"Mungkin waktunya sudah tiba bagi bukti radiokarbon untuk dijadikan prioritas asumsi dalam merekonstruksi kronologi Kerajaan Inca dan tanggal situs monumental Inca, seperti Machu Picchu," demikian pernyataan dalam studi tersebut. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam Jurnal Antiquity.
Machu Picchu disebut sebagai salah satu situs arkeologi terbesar di dunia yang berada di antara dua pegunungan. Situs itu terbuat dari sekitar 200 batu dengan dinding granit masih terjaga dengan baik meski atapnya sudah lama hilang.
Di situs ini terdapat pemandian untuk upacara, kuil, lumbung, dan saluran air. Satu yang dikenal sebagai Gubuk Penjaga Batu Pemakaman diperkirakan pernah digunakan sebagai tempat pembalsaman jasad bangsawan.
Advertisement
Buka Terbatas
Sementara itu, kawasan Machu Picchu kembali dibuka untuk kunjungan wisatawan mulai 15 Juli 2021. Pengelola menawarkan Inca Trail klasik dengan menerima hanya setengah dari jumlah pengunjung biasanya pada 2021.
Dilansir Lonely Planet, paket tur itu hanya bisa diakses melalui tur yang terorganisir. Agen perjalanan resmi pun diizinkan untuk menjual tiket, memberi pendaki akses izin empat atau lima hari untuk rute 1, 2, dan 3 dari Inca Trail sekali seumur hidup. Pihak agen perjalanan itu akan membawa pendaki melewati hutan awan dan melewati gunung untuk mencapai benteng Machu Picchu yang berusia 550 tahun.
Di bawah aturan baru, Inca Trail akan dibuka dengan pengurangan kapasitas 50 persen untuk selama musim 2021 untuk memungkinkan penerapan jarak sosial. Dengan hanya 250 izin yang tersedia per hari, operator tur itu mendesak pendaki untuk merencanakan secepat mungkin.
Warisan BJ Habibie untuk Indonesia dan Dunia
Advertisement