Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kajian yang dilakukan pemerintah Inggris Raya menyebut bahwa gurita, kepiting, dan lobster mampu mengalami rasa sakit atau menderita. Karena itu, pemerintah lokal berencana memasukkan ketiga spesies tersebut ke dalam daftar makhluk hidup yang harus diberi perlindungan Undang-Undang Kesejahteraan Hewan yang baru.
Laporan oleh ahli dari London School of Economic mempelajari 300 penelitian ilmiah untuk mengevaluasi bukti tentang kehidupan beragam spesies sebelum membuat kesimpulan akhir. Di dalamnya termasuk kelompok sepalopoda (contoh: gurita, cumi-cumi, dan sotong) serta dekapoda (contoh kepiting, lobster, dan udang karang).
Advertisement
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa spesies itu masuk dalam makhluk hidup. Hewan vertebrata telah lebih dulu diklasifikasikan sebagai makhluk hidup dalam undang-undang kesejahteraan hewan baru yang saat ini sedang diperdebatkan di Inggris .Â
"Undang-Undang Kesejahteraan Hewan menyediakan jaminan krusial bahwa setiap kesejahteraan hewan diperhitungkan secara benar ketika membuat aturan hukum baru," kata Menteri Kesejahteraan Hewan Inggris Raya Lord Zac Goldsmith dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman CNN, Selasa (23/11/2021).
"Secara ilmiah sekarang jelas bahwa dekapoda dan sepalopoda bisa merasakan sakit sehingga hak mereka benar-benar harus dilindungi undang-undang," imbuhnya.
Undang-undang tersebut berlaku berlaku menjadi hukum. Namun, dalam undang-undang nanti diamanatkan untuk membentuk Komite Sentimen Hewan yang akan melaporkan bagaimana keputusan pemerintah berdampak pada kesejahteraan hewan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Boleh Direbus Hidup-Hidup
Pembentukan komisi itu merupakan bagian dari Rencana Aksi untuk Kesejahteraan Hewan di Inggris. Dalam laporan itu disebutkan bahwa lobsterdan kepiting semestinya tidak direbus hidup-hidup. Laporan tersebut juga memuat cara terbaik dalam membawa, menidurkan, dan memotong spesies dekapoda dan sepalopoda.Â
Laporan itu menggunakan delapan cara untuk mengukur kehidupan, di antaranya kemampuan belajar, kepemilikan reseptor sakit, koneksi antara reseptor sakit dan area otak tertentu. Selain itu, ada respons terhadap anestesi atau analgesik, serta perilaku yang juga mencakup menyeimbangkan ancaman terhadap kesempatan untuk dapat hadiah, dan proteksi terhadap cedera atau ancaman.Â
Mereka menemukan bukti kehidupan sangat kuat pada oktapoda dan bukti kuat pada kebanyakan kepiting. Tetapi untuk hewan lain yang termasuk kelompok itu, seperti cumi-cumi, sotong, dan lobster, mereka menemukan bukti yang substansial tetapi tidak kuat.
Advertisement
Karakter Gurita
Meski begitu, laporan menyebutkan tingkat bukti yang bervariasi merefleksikan disparitas dalam jumlah perhatian yang diterima hewan-hewan berbeda dari para ilmuwan.Â
"Perhatian ilmiah telah tertarik kepada beberapa hewan saja daripada yang lainnya dengan alasan kepraktisan (seperti hewan yang bisa disimpan dengan baik di laboratorium), dan geografi (seperti spesies yang tersedia di lokasi laboratorium berada). Karena situasi ini, kami pikir tidak tepat untuk membatasi perlindungan hanya untuk sepalopoda tertentu, atau spesifik untuk dekapoda tertentu," jelas laporan itu.
Sebuah serial dokumenter yang tayang di Netflix berjudul My Octopus Teacher menampilkan kemampuan unik dari gurita. Struktur otak gurita sangat berbeda dari manusia, tetapi beberapa memiliki fungsi yang sama dengan otak mamalia, seperti kemampuan belajar, termasuk mampu memecahkan masalah dan kemungkinan bisa bermimpi.
Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19
Advertisement