Liputan6.com, Jakarta - Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 bakal segera dijelang. Meski pemerintah melonggarkan sejumlah pembatasan, microtourism diprediksi masih akan mendominasi pola kunjungan wisatawan domestik di masa libur Nataru ini.
"Microtourism itu (definisinya) jaraknya tidak sampai tiga jam (dalam kondisi lalu lintas normal)," kata Jefry Rantung, Sekretaris Jenderal Masata, saat ditemui di Jakarta, Senin (13/12/2021).
Ia menyebut Puncak Bogor, Sentul Selatan, Bandung, dan Sukabumi sebagai contoh destinasi microtourism masih menjadi primadona bagi wisatawan DKI Jakarta. Indikasinya terlihat dari tingkat keterisian akomodasi.
Advertisement
Baca Juga
"Bandung saja occupancy-nya sudah penuh sekali. Sudah tidak ada yang kosong," imbuhnya.
Salah satu faktor yang mendorong berkembangnya microtourism adalah kepraktisan. Wisatawan tak perlu melewati tes Covid-19 saat bepergian ke luar kota bersama keluarga. Berbeda halnya bila sekeluarga berlibur jarak jauh yang butuh menaiki pesawat.
"Jauh bedanya dengan ke Bali. Dari sisi pricing akan mahal, dari sisi spending orang akan hati-hati," ia mencontohkan.
Ia berharap tren microtourism juga berkembang ke daerah lain selain ibu kota. Misalnya, warga Surabaya cukup berlibur ke Malang atau Batu untuk menikmati libur Nataru. Begitu pula dengan warga Medan yang cukup berwisata ke Sibolga atau Danau Toba. Dengan demikian, ekonomi warga di sekitarnya akan berjalan.
"Kalau saya lihat (kenaikan jumlah pelaku microtourism) mungkin 5--6 kali lipat dari tahun lalu," kata dia, seraya menyebut masyarakat saat ini lebih berani berwisata dibandingkan dengan situasi Nataru 2020.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Tantangan Utama
Meski menjanjikan, Jefri menyebut microtourism bukan tanpa tantangan. Ia menyebut penerapan protokol kesehatan yang ketat adalah syarat utama microtourism bisa berjalan tanpa mengabaikan aspek kesehatan.
"Menurut saya, jangan disetop microtourism, sebaiknya didorong tapi dengan protokol kesehatan yang ketat," ujarnya.
Ia berharap masyarakat dan para pelaku sektor pariwisata lebih sadar dalam menerapkan aturan dalam setiap situasi. "Rame atau enggak rame, SOP-nya tetap jalan," kata dia.
Â
Advertisement
Kritik Menparekraf
Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengkritisi soal penggunaan aplikasi PeduliLindungi di lapangan. Ia menemukan bahwa penggunaan aplikasi itu di lapangan belum sesuai harapan. Saat berkunjung ke sebuah mal di bilangan Jakarta Selatan, ia mendapati aplikasi itu tidak bisa diakses dengan baik.
"Temuan tersebut adalah ketidakmampuan aplikasi PeduliLindungi untuk tetap bisa menjaga keandalannya. Beberapa kali down, beberapa kali jaringan juga bermasalah," ia menjelaskan dalam Weekly Press Briefing di Jakarta, Senin (13/12/2021).
Temuan lain yang meresahkannya adalah ketidakpatuhan masyarakat dalam penggunaan aplikasi tersebut. Ia melihat banyak masyarakat yang belum mengunduh aplikasi tersebut, tetapi tidak ditegur petugas untuk segera mengisi aplikasi tersebut. Akibatnya, kontrol kepadatan pengunjung jadi tidak efektif.
"Jadi, ini merupakan satu keterikatan, masing-masing baik dari pengguna, penyelenggara, maupun pemilik destinasi atau mal tersebut. Begitu juga kesiapan dari para petugas yang memastikan, bahwa PeduliLindungi ini diaplikasikan dan diintegrasikan," kata Sandiaga.
Ia menegaskan semua orang bertanggung jawab pada penerapan PeduliLindungi. Meski varian Omicron belum terdeteksi di Indonesia, kewaspadaan dan kehati-hatian harus terus diterapkan agar tidak sampai pelonggaran kebijakan di masa libur Nataru memicu lonjakan kasus Covid-19 baru.
4 Cara Atasi Error Aplikasi PeduliLindungi
Advertisement