Liputan6.com, Jakarta - Salah satu penginapan Airbnb, yang disebut "kabin budak tahun 1830-an," telah dihapus dari situs persewaan setelah video TikTok tentang properti itu jadi viral. Perusahaan pun meminta maaf atas adanya akomodasi di Perkebunan Belmont di Greenville, Mississippi, AS tersebut, awal pekan ini, melansir CNN, Rabu (3/8/2022).
"Properti yang sebelumnya menampung para budak tidak memiliki tempat di Airbnb," perusahaan itu mengatakan. "Kami mohon maaf atas trauma atau kesedihan yang ditimbulkan tempat ini, dan lainnya seperti itu, dan bahwa kami tidak bertindak lebih cepat untuk mengatasi masalah ini."
Advertisement
Baca Juga
Mereka mengatakan akan menghapus daftar lain yang mencakup bekas tempat perbudakan di AS dan sedang mengembangkan kebijakan baru. Pemiliknya juga telah meminta maaf, mengatakan bahwa kabin adalah "sisa dari pemilik sebelumnya." Akomodasi itu sebelumnya telah dikunci dari akun media sosial dan situs web penyewaan properti sampai unggahan TikTok jadi viral.
"Sebagai pemilik baru The Belmont selama tiga minggu di Greenville, Mississippi, saya meminta maaf atas keputusan memberikan tamu kami tempat menginap di 'kabin budak' di belakang rumah sebelum perang tahun 1857 yang sekarang jadi tempat tidur dan sarapan," Brad Hauser mengatakan.
Ia menyambung, "Saya juga minta maaf karena menghina orang Afrika-Amerika yang nenek moyangnya adalah budak." Ia juga mengatakan bahwa ia diberitahu ketika membeli pondok itu bahwa itu bukan tempat tinggal budak karena bangunan itu tidak cukup tua untuk menampung orang-orang yang diperbudak.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bakal Tetap Disewakan?
Dalam video promosi yang diunggah di YouTube pemilik sebelumnya, kabin tersebut dikatakan telah dipindahkan beberapa tahun lalu ke perkebunan dari Panther Burn, Mississippi. Juga, kabin dengan dua kamar tidur itu sempat diubah jadi kantor dokter.
Hauser mengatakan, ia "sangat menentang keputusan pemilik sebelumnya memasarkan bangunan itu sebagai tempat di mana para budak pernah tidur setelah bekerja keras di ladang kapas dalam perbudakan manusia." Ia mengaku tidak memiliki rencana untuk menyewakan kabin lagi.
Joshua B. Cain tercatat sebagai pemilik sebelumnya. Hauser mengatakan, Cain tidak mengalihkan kepemilikan aset iklan online yang terkait perkebunan sampai setelah kontroversi dimulai. Pemilik sebelumnya belum berkomentar terkait kontroversi terkini.
"Ini tidak okay sedikit pun," kata Wynton Yates akhir pekan lalu dalam video TikTok-nya. Yates mengetahui akomodasi Airbnb ketika saudaranya membagikannya di obrolan grup keluarga mereka.
"Bagaimana mungkin seseorang berpikir menyewakan ini, tempat di mana manusia dijadikan budak, menyewakan ini sebagai bed and breakfast?" tanya Yates, seorang pengacara hiburan di New Orleans, dalam unggahan viralnya.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Upaya Memberi Laporan Sejarah yang Akurat
Yates mengatakan pada CNN bahwa menyewakan kabin yang telah direnovasi adalah "peningkatan yang mengerikan dari kekejaman tidak menghormati dan mengolok-olok apa yang merupakan pengalaman budak karena kita berada di negara di mana kita masih menaggung akibat perbudakan."
Dalam video TikTok tentang properti tersebut, Yates mengatakan bahwa ia sangat kecewa dengan ulasan tamu. "Kami tinggal di kabin dan itu bersejarah, tapi elegan," tulis seorang tamu dalam ulasan yang ditampilkan dalam tangkapan layar dalam video dan dibacakan Yates.
"Kabin budak itu elegan," ulangnya seolah tidak percaya. "Sejarah perbudakan di negeri ini terus-menerus dibantah, dan sekarang diolok-olok dengan dijadikan tempat liburan mewah," katanya di TikTok.
Sementara beberapa pengguna telah menyerukan agar bangunan tersebut dihancurkan, Yates mengatakan dalam unggahan berikutnya bahwa ia percaya bangunan ini harus tetap ada. Pada CNN, ia menyebut terserah pemilik perkebunan atau mereka yang ingin membelinya untuk meneliti orang-orang diperbudak yang tinggal dan bekerja di tanah itu, sehingga perhitungan sejarah yang akurat dapat diinformasikan.
Ia mengatakan, serangan terhadap pengajaran sejarah perbudakan yang akurat dan upaya menghapus sejarah akan menyebabkan generasi mendatang berpikir perbudakan adalah mitos. Hauser, pemilik baru, mengatakan bahwa ia sedang bekerja untuk menemukan ahli yang dapat membantunya mengidentifikasi orang-orang yang pernah hidup dan diperbudak di Perkebunan Belmont untuk memberikan laporan sejarah yang akurat.
Tutup di Tiongkok
Sebelum ini, Airbnb telah menutup listing-nya di China setelah dua tahun penguncian "tanpa akhir yang terlihat" di negara itu, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut pada CNN, 24 Mei 2022.
Perusahaan berbagi akomodasi mengambil keputusan berdasarkan tren penurunan bisnis di pusat ekonomi terbesar kedua di dunia, dan kendala operasi "mahal dan kompleks" yang diperparah dampak COVID-19, sumber itu mengatakan. Mulai musim panas ini, Airbnb akan menghapus daftar dan penawarannya di Tiongkok.
Menurut sumber itu, pihak perusahaan tidak akan menghentikan operasinya di negara itu sepenuhnya. Perusahaan akan terus memiliki kantor di Beijing dengan ratusan karyawan yang akan fokus pada pelancong asing dan proyek global. Perusahaan multinasional merasakan perlambatan di China karena terus jadi salah satu tempat terakhir di Bumi yang mengejar kebijakan "nol Covid."
Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan kota di China daratan telah dikunci karena pihak berwenang bekerja untuk membasmi virus corona baru. Pendekatan tersebut merusak perekonomian dan mengganggu hampir semua lini bisnis utama, dari Big Tech hingga barang konsumsi.
Merek internasional, dari Apple (AAPL) hingga Estee Lauder (EL), telah memperingatkan dampak finansial dari pembatasan tersebut. Airbnb tercatat diluncurkan di China pada 2016. Seperti industri lain, perjalanan ke luar negeri oleh pelanggan China, sebagian besar ke tujuan lain di sekitar kawasan Asia Pasifik, merupakan peluang besar bagi perusahaan.
Advertisement