Liputan6.com, Jakarta - Bakat dan minat anak sudah seharusnya difasilitasi semaksimal mungkin. Namun sebelum sampai ke tahap itu, orang di sekitarnya, termasuk orangtua dan guru, harus lebih dulu mengenali kelebihan anak tersebut.
Pendiri Yayasan Guru Belajar, Najeela Shihab, mengatakan bahwa banyak contoh yang disediakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengidentifikasi minat dan bakat anak.
Advertisement
Baca Juga
"Fungsi asesmen di sini sangat esensial," katanya dalam talkshow "Merdeka Belajar: Mendidik dengan Hati, Memberi Inspirasi untuk Negeri" saat acara pembukaan Wardah Inspiring Teacher (WIT) 2022, akhir pekan kemarin.
"Dulunya, kurikulum terbatas di materi. Tapi, satu hal yang kemudian jelas pada Kurikulum Merdeka adalah isinya banyak otonomi," ia menyambung. "Perlu memperbaiki proses asesmen yang selama ini tidak merdeka. Asesmen seharusnya tidak hanya muncul di akhir untuk mengevaluasi murid, namun menggagas asesmen yang sifatnya umpan balik."
Asesmen, Najeela menyambung, akan mengetahui tingkat kesiapan anak dan apa yang bisa dilakukan guru dan orangtua terhadap itu. "Pengenalan minat dan tingkat kesiapan anak ini bukan proses yang sifatnya melabel kemampuan anak, tidak hanya di ujung," ia mengatakan.
Pasalnya, anak diberi ruang untuk mengenali minat, mendapat pengalaman, dan menentukan yang ia paling suka atau bisa. "Itu yang selama ini jarang terjadi di ekosistem pendidikan kita. Proses pembelajaran berpusat pada anak akan lebih mengendalikan proses belajar itu sendiri. Anak akan jadi pembelajar sepanjang hayat," ujarnya.
Mendengar Aspirasi
Lebih lanjut Najeela mengatakan, pengenalan ini kemudian tidak semata minat dan bakat, tapi juga aspirasi. "Cita-citanya apa. Inginnya apa. Ini proses jangka panjang, karena cita-cita anak tidak langsung muncul. Mungkin ada yang baru terlihat pada yang tahap pendidikan menengah."
"Bakat itu ada terdeteksi dini, tapi ada juga yang harus melalui penataran dulu, jadi bukan takdir dari lahir," ia mengutarakan. "Tugas kita membuat murid punya aspirasi tinggi dan cita-cita beragam."
"Pemberian umpan balik secara terus-menerus dari semua pihak, tidak hanya guru, namun juga teman sebaya, itu juga akan memengaruhi minat dan bakat anak," katanya.
Sejalan dengan gagasan tersebut, Plt. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., mengatakan bahwa Kurikulum Merdeka memungkinkan proses belajar berpusat pada murid. "Kelebihannya, Kurikulum Merdeka ini lebih sederhana, namun lebih mendalam," katanya di kesempatan yang sama.
Ia menyambung, "Artinya, materinya lebih esensial dan berfokus pada pengembangan peserta didik. Pendidik maupun orangtua bisa mengidentifikasi minat dan bakat anak yang kemudian dikembangkan dengan pelajaran maupun tugas yang relevan."
Â
Advertisement
Butuh Waktu
Di sisi lain, Dr. Nunuk memahami bahwa mengubah perspektif akan cara pengajaran anak yang kontras dalam Kurikulum Merdeka memang membutuhkan waktu. "Pelatihan tidak lagi cukup untuk para guru. Butuh waktu untuk mengasah diri, tapi kami yakin mereka bisa, karena mendidik itu adalah panggilan jiwa, yang diasah melalui hati nurani," tuturnya.
Dengan beban materi yang berkurang, dalam hal ini mengerucut pada yang esensial, Najeela mengatakan, ada ruang untuk guru menciptakan dan mengkontekstualisasi materi sesuai kondisi kelas atau daerah masing-masing. "(Materi) seragam yang esensial saja, tapi penting untuk memperkaya materi yang paling dekat dengan kehidupan dan minat anak," katanya.
Dengan begitu, Najeela menjelaskan, anak-anak jadi merasa belajar sesuatu yang relevan dengan mereka. "Fokusnya kemudian jelas pada substansi, tidak hanya administrasi," tuturnya.
Ia mengatakan, syarat utama Merdeka Belajar adalah bagaimana para guru berdaya untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai proporsi masing-masing. "Cita-cita guru harus yang besar, jangan cuma sederhana. Bukan cuma hari ini kelas lewat, selesai, tapi menggerakkan perubahan di masyarakat. Itu semua mulainya dari guru," ucapnya.
Wardah Inspiring Teacher 2022
Mendukung semangat itu, Paragon Technology and Innovation (Paragon) kembali menggagas Wardah Inspiring Teacher (WIT) tahun ini. Acara pembukaannya dilaksanakan secara virtual dan dihadiri dua ribu guru peserta, dari jenjang PAUD hingga SMA/sederajat yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia.
Acara pembukaan ini dilaksanakan sebagai rangkaian awal untuk menyambut para guru yang tergabung dalam program WIT 2022 sebelum nantinya akan menjalani proses belajar bersama. Dalam sambutannya, EVP & Chief Administration Officer Paragon, Miftahuddin Amin, berkata, "Wardah Inspiring Teacher merupakan program apresiasi bagi guru inspiratif yang diberikan dalam bentuk beasiswa untuk mengikuti rangkaian pelatihan dan pendampingan."
Ia menyambung, "Melalui Wardah Inspiring Teacher, Paragon ingin meningkatkan kapasitas para guru dalam proses belajar mengajar, khususnya di era student-centric education ini, agar dapat mendorong kualitas pendidikan bangsa ke depannya."
Sebelumnya, pendaftaran WIT 2022 telah dibuka pada 22 Agustus--11 September 2022. Sebanyak enam ribu pendaftar diseleksi hingga terpilih dua ribu guru untuk mengikuti rangkaian pelatihan hingga akhir Desember mendatang.
Program pelatihan mengangkat tema "Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar." Selama empat bulan, para guru terpilih akan menjalani tiga tahapan pembelajaran yang terdiri dari "Memahami Profil Murid Merdeka Belajar dan Asesmen Formatif Merdeka Belajar," "Pembelajaran Berbasis Proyek dan Merdeka Belajar," serta "Mendesain Panduan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Penulisan Praktik Merdeka Belajar."
Selama program berlangsung, para guru mendapat pendampingan dan mentoring hingga akhir program yang dilaksanakan secara hybrid.
Advertisement