Liputan6.com, Jakarta - Sapto Djojokartiko kembali menggelar peragaan tunggal secara langsung sebagai barometer kembalinya berkarya di industri mode Indonesia. Deretan karya desainer Tanah Air itu hadir dalam pagelaran busana yang digelar di Gedung Filateli, Jakarta Pusat, Selasa 27 September 2022, selepas dua tahun berturut-turut absen dan mengalihkan peragaan lewat presentasi film pendek daring.
Koleksi Spring/Summer 2023 karya Sapto itu terinspirasi dari situasi ketidakpastian di dunia. Meski pandemi sudah melandai, keadaan ekonomi yang diharapkan segera pulih malah terusik dengan ancaman perang, krisis energi serta pangan, pemanasan global, hingga ketakutan akan sebuah pandemi baru.Â
Advertisement
Baca Juga
Koleksi ini merupakan refleksi dari kemampuan beradaptasi, pergerakan dan optimisme manusia. Ia menampilkan busana pria dan wanita, deret busana aktif dengan variasi siluet yang dapat dikenakan lintas gender. Ia mengombinasikan potongan busana longgar dan pas badan yang kembali digemari seiring kembali aktifnya kegiatan manusia dalam putaran roda dunia.
Dalam koleksi terbaru ini, desainer kelahiran Surakarta itu memadukan busana rumahan yang nyaman, seperti singlet dan celana-celana boxer dengan berbagai padanan luaran yang longgar dengan imbuhan bordir kompleks dan ragam motif istimewa. Dia kembali memberdayakan motif-motif bordir khas, seperti motif klasik Penara, Darpana yang merupakan ulir pada bingkai cermin. Ada pula Ukelan Ron dari imaji rangkai daun, Ukelan Sekar yang berupa wujud rekah bunga, dan Seligi yang menyalin bentuk tombak.
Â
Detail Koleksi
Pilihan inner wear disajikan lebih bervariatif, antara lain berupa tank suit, sports bra, legging dan bicycle pants. Ia menginjeksi gaya pakaian Athleisure yang tetap harmonis dalam tatanan gaya busana berlapis.
Koleksi ini menjadi momentum Sapto Djojokartiko dalam melintasi batas generasi, di saat dinamika dunia yang sedang penuh ambiguitas yang kini semua bebas dalam mengekspresikan diri. Ungkapan optimisme hadir lewat permainan palet warna neon yang cerah, seperti kuning acid, hijau sitrun, dan pink flambe. Ia juga tetap memasukkan pendar warna pastel lembut yang menjadi ciri khas Sapto.
Dalam jalinan detail intrikasi sulam tangan, ada detai berupa repetisi tumpuk motif, manik-manik, lipat, patchwork, lipit-lipit, rumbai bertumpuk dan modifikasi rajutan. Semua bagian ini mendekatkan esensi matang rancangan Sapto Djojokartiko kepada mereka yang berjiwa muda.
Sapto mengakomodasi tren pakaian sekarang yang kian bersifat unisex dan sonder gender. Meski ada detail ornamen dan bordiran, koleksi itu tetap bisa dipakai lintas gender.
Advertisement
Eksperimen
Sapto bereksperimen dalam untaian elemen-elemen korset, terwujud pada jaket lugas yang dapat diikat dengan tali, berikut garis-garis tulang bustier serta kontur undergarment dalam konstruksi bralette. Paduan apik aksesori-aksesori antik seperti tas dumpling, tas rumbai, dompet manik, sepatu hak dan sandal bersulam bordir melengkapi koleksi ini. Semua paduan tersebut memberikan harapan baru agar persembahan koleksi ini fluid dan tak lekang waktu.
Sapto memilih tempat menampilkan busananya di Gedung Filateli, Jalan Pos Nomor 2, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, lantaran gedung ini merupakan salah satu gedung bersejarah di Jakarta. Berdiri sejak 1860-an, tempat ini juga sempat digunakan sebagai Gedung Kantor Pos pada era Hindia Belanda.
Dalam kemegahan arsitektur historis ini dibuat sedemikian rupa dengan alur berliku, model berjalan dinamis dengan alur yang panjang. Mereka mempresentasikan mobilitas manusia yang mulai bebas dan optimis, diiringi atmosfer musik live modular synthesizer oleh Lie Indra Perkasa.
Â
Pesan Optimisme
Sapto Djojokartiko sebagai direktur kreatif dari rumah mode Sapto Djojokartiko mengungkapkan, "Saya ingin orang menjadi lebih optimis dalam menghadapi apapun yang ada di depan kita, salah satunya dengan penggunaan warna-warni yang cerah dan mempersembahkan presentasi yang lebih berwarna," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa 27 September 2022.
Selama dua tahun awal pandemi, rancangan Sapto lebih mencerminkan keadaan manusia yang ingin mengesampingkan formalitas dengan pakaian yang bervolume nyaman dan relaks. Tetapi setelah protokol kesehatan dilonggarkan dan manusia kembali sibuk beraktivitas, ia berpendapat orang-orang ingin kembali menikmati kebebasan hidup dan kembali ingin mengaktualisasi gaya dalam tatanan kebiasaan baru.
"Dalam koleksi in, saya ingin memberi kebebasan berpakaian dari beragam karakter untuk mengekspresikan individualisme mereka sendiri," tambahnya. Meskipun kondisi sekarang penuh ketidakpastian, dia mengaku tetap ingin membawa hembusan optimisme, karena manusia tercipta dengan intuisi untuk selalu beradaptasi dengan keadaan dan selalu bertahan.
Advertisement