Liputan6.com, Jakarta - Pertama kali ditemukan pada 1800-an, celana jeans telah diadopsi penambang, koboi, legenda Hollywood, pemberontak kontra budaya, bintang rock, dan mode kelas atas selama dua abad terakhir. Kata "jean" pertama kali dikenal pada 1800-an, mengacu pada kain katun twill yang digunakan untuk celana panjang.
Melansir Vogue, Senin (3/10/2022), blue jeans, sekarang disebut "denim," awalnya dibuat dari kain ini dan diproduksi di kota Nîmes, Prancis. Masih ada perdebatan apakah kata "denim" adalah versi bahasa Inggris dari tekstil Prancis atau apakah nama Prancis diberikan untuk produk bahasa Inggris yang sudah ada untuk memberikan prestise.
Advertisement
Baca Juga
Pada abad ke-20, "jean" adalah istilah untuk berbagai celana informal katun atau denim. Jeans klasik yang paling dikenal terbuat dari denim celup indigo dengan saku dan paku keling kokoh yang cocok untuk pakaian kerja.
Desain ini tercatat dipatenkan pada 1873 oleh Jacob Davis, seorang penjahit, dan Levi Strauss, pemilik grosir kain di San Fransisco. Paku keling tembaga yang digunakan untuk memperkuat kantong disambut baik para penambang dan pekerja lain yang mengeluhkan seringnya kantong robek.
Strauss dan Davis awalnya membuat jeans dalam dua jenis kain, brown duck dan blue denim, tapi penciptaan gaya denim 501 pada 1890 membantu kain yang terakhir lepas landas ke pasaran. Selama dekade tersebut, perbaikan desain dilakukan.
Strauss menambahkan jahitan lengkung ganda berwarna oranye untuk penguatan lebih lanjut dan mengidentifikasi mereka sebagai Levi's. Sementara loop sabuk muncul pada 1922 dan ritsleting menggantikan fitur lama pada beberapa gaya sejak 1954.
Perkembangan Jeans
Ketika paten Strauss dan Davis berakhir pada 1890, produsen lain bebas mereproduksi gaya tersebut. OshKosh B'Gosh memasuki pasar pada 1895, Blue Bell (kemudian Wrangler) pada 1904, dan Lee Mercantile pada 1911.
Selama Perang Dunia I, jeans Lee Union-Alls adalah item standar untuk semua pekerja perang. Hollywood membantu meromantisasi blue jeans pada era 1920-an dan 1930-an dengan mengenakannya pada karakter koboi tampan yang dimainkan orang-orang, seperti John Wayne dan Gary Cooper.
Citra baru yang glamor ini berbicara pada konsumen yang mencari pakaian santai untuk dikenakan pada akhir pekan dan hari libur. Foto publisitas aktris, seperti Ginger Rogers dan Carole Lombard mengenakan jeans membantu meyakinkan wanita bahwa gaya itu juga untuk mereka.
Pada 1930-an, Vogue memberikan segel persetujuan mereka, menyebut jeans "Western chic." Pada 1942, desainer Amerika Claire McCardell menjual lebih dari 75 ribu gaun pembungkus denim "Popover" miliknya. Baru pada 1950-an jeans dikaitkan dengan pemuda pemberontak dan anti-kemapanan.
Advertisement
Simbol Budaya Tandingan
Marlon Brando dan James Dean memopulerkan citra idola remaja berpakaian denim dengan daya tarik seks yang besar. Bintang rock' n' roll membantu memperkuat gayanya dengan keren.
Lalu, hippies dan pemrotes anti-perang mengenakan jeans pada 1960-an dan awal 1970-an sebagai cara untuk menunjukkan dukungan bagi kelas pekerja. Sementara feminis memilih blue jeans sebagai cara untuk menunjukkan kesetaraan gender.
Pada 1960-an, jeans telah menjadi simbol budaya tandingan. Beberapa sekolah menengah melarang garmen, yang malah meningkatkan status jeans secara sosial.
Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, fesyen kelas atas juga mulai melirik jeans. Jeans Buffalo 70 dari Fiorucci sangat ketat, gelap, mahal, dan sulit dibeli. Dengan kata lain, itu menampilkan kebalikan dari celana jeans pudar yang disukai kalangan muda.
Mereka jadi hit di antara jet set Studio 54. Pada 1976, Calvin Klein menunjukkan blue jeans di runway, merek desainer pertama yang melakukannya. Gloria Vanderbilt memperkenalkan jeans hit-nya pada 1979.
Citra Lebih Menarik
Jeans desainer ini tidak hanya sukses secara komersial, tapi juga dipasarkan dengan mempertimbangkan citra yang lebih menarik. Pada 1980-an, kampanye Calvin Klein Brooke Shields yang provokatif dan iklan gerah Claudia Schiffer untuk Guess membantu memberi potensi baru yang menggoda untuk blue jeans.
Pada 1990-an, rumah mode seperti Versace, Dolce & Gabbana, dan Dior juga memasuki pasar jean. Selama beberapa dekade, jenis dan gaya jeans jadi bertingkat di antara kelompok dan subkelompok: gaya hip-hop awal 1990-an dicirikan jeans longgar yang terlalu besar, sedangkan intelektual dan hipster beralih ke denim gelap sebagai cara untuk kembali ke akar gaya.
Juga, bintang pop menyukai gaya sandblasted Diesel, penggemar membayar harga tinggi untuk Levi's vintage, serta rilisan Jepang yang diwarnai dengan tangan. Saat ini, hampir semua label mewah dan desainer mode tinggi telah mengirimkan jeans ke landasan,
Item itu tersedia di kedua ujung spektrum harga, dalam banyak gaya: lebar, kurus, berpinggang tinggi, rendah, terang, gelap, atau berwarna. "Saya sering mengatakan bahwa saya ingin menemukan blue jeans," kata Yves Saint Laurent pada New York Magazine, November 1983. "Mereka memiliki ekspresi, kesopanan, daya tarik seks, kesederhanaan, semua yang saya harapkan dalam pakaian saya."
Advertisement