Cerita Akhir Pekan: Apa Itu Skinimalism yang Sedang Jadi Tren?

Skinimalism hampir senada dengan tren 'no makeup makeup' yang juga pernah booming.

oleh Henry diperbarui 09 Okt 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2022, 10:00 WIB
skincare-kezo
ilustrasi produk untuk mengangkat minyak diwajah/unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Konsep minimalis dalam menggunakan skincare atau makeup tengah menjadi mode belakangan ini. Dalam mengaplikasikan makeup ini dengan sedikit pulasan, wajah terlihat glowing atau juga dikenal dengan teknik skinimalism. Istilah ini juga merujuk pada perawatan kulit yang minimalis dan lebih efektif sesuai kebutuhan kulit.

"Skinmalism ini kan singkatan dari skincare dan minimalism, yaitu meminimalisir penggunaan produk skincare yang berlebihan hingga berlapis-lapis. Cara penerapannya dengan memilih produk yang tepat atau ingredients aktif sesuai kebutuhan kulit," terang dokter. Nofrina Arifin Dipl. AAAM, pada Liputan6.com, Jumat, 7 Oktober 2022.

Saat yang tepat untuk menjalani praktik skinimalism ini menurut dr Nofrina adalah ketika menggunakan daily routine skincare pada pagi dan malam hari sebelum tidur. Semua jenis kulit termasuk mereka yang acne-prone atau rawan terkena jerawat juga bisa menerapkan skinimalism.

Tiap perawatan atau cara apa pun yang kita pilih untuk merawat wajah tentu ada keuntungan dan kerugiannya. Begitu pula dengan skinimalism.  Menurut dr Nofrina, kKeuntungannya pasti lebih hemat, dan pemakaian produk skincare untuk kulit juga sesuai kebutuhan dan tipe kulit tersebut.

"Kerugiannya jika dibeli bebas tanpa mengetahui tipe dan kebutuhan kulit maka target atau hasil yang didapat tidak sesuai harapan. Jadi untuk menerapkan ini sebaiknya kenali dulu tipe/jenis kulit dan kebutuhan kulit," terang dr Nofrina yang berpraktik di The Aesthetics Skin Clinic ini.

"Tren ini sebenarnya sudah lama, jadi pada prinsipnya less is more dan hal ini juga berlaku untuk makeup, pakai apa saja yang perlu. Jadi karena banyaknya trik marketing, banyak banget yang jual daily routine skincare sampe isinya sebenernya mirip-mirip," sambungnya.

Ia memberi contoh perawatan rutin untuk melembapkan kulit. Banyak yang menawarkan sederet produk yang diklaim harus digunakan, seperti facial wash hydrating, toner, essence, serum, gel, moisturizer sampai sunscreen.

"Padahal sebenarnya jika menggunakan aktif ingredients yang tepat, cukup pakai sabun toner moisturizer dan sunscreen saja. Bahkan sekarang juga sudah ada sunscreen yang mengandung moisturizer," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menyederhanakan Penggunaan Makeup

6 Cara Menggunakan Fact Mist Untuk Peroleh Banyak Manfaat dengan Satu Produk
Ilustrasi mengaplikasikan face mist dalam skincare rutin. (Copyright: Pexels.com/Karolina Grabowska)

Pendapat hampir senada datang dari Arinda Christie, infuencer kecantikan yang juga Editor in Chief Female Daily.  Menurut Arinda, skinimalism adalah sebuah tren yang refreshing di tengah-tengah maraknya produk skincare yang hadir di Indonesia. Ia mengacu pada tren senada yang pernah booming yaitu tren "no makeup makeup" yang menyederhanakan penggunaan makeup. Bedanya kali ini banyak orang memulai untuk lebih menyederhanakan penggunaan skincare mereka.

"Menurut saya, ini bukan sekadar tren, tapi juga sebuah kesadaran dari para beauty enthusiast akan kesehatan kulit mereka sendiri. Konsumen juga sudah semakin pintar karena banyak membaca dari beragam sumber, bahwa inti dari kesehatan kulit adalah menjaga kondisi skin barrier mereka. Kalau penggunaan produk terlalu banyak (dan belum tentu cocok/hanya ikut2an trend) itu justru bisa compromise skin barrier mereka dan menimbulkan permasalahan baru," terangnya pada Liputan6.com, Sabtu, 8 Oktober 2022.

"Kalau dari yang saya perhatikan dari obrolan yang ada di Female Daily members, skinimalism yang dijalani adalah kembali ke basic. Clean, Moisture and Protect. Jika kulit bermasalah, barulah mereka menambahkan dengan produk yang bisa treat their problem," lanjutnya.

Arinda menambahkan, kebanyakan beauty enthusiast sekarang sudah tidak akan memaksakan diri untuk melakukan layering skincare terlalu banyak bila merasa kulitnya tidak membutuhkan.  Bagi sebagian orang yang kulitnya tidak terlalu bermasalah, skinimalism ini kata Arinda cocok untuk diaplikasikan.

Namun bila tipe kulitnya memang butuh perawatan ekstra, bisa jadi penggunaan moisturizer saja tidak akan cukup. Intinya adalah mengenal dan mengetahui tipe serta kondisi kulit masing-masing untuk menemukan ritual perawatan kulit yang paling tepat.


Tidak Menghasilkan Sampah Berlebih

Kebiasaan Buruk saat Merawat Kulit
Ilustrasi Membersihkan Wajah Credit: pexels.com/Alena

Ada berbagai keuntungan dengan menerapkan skinimalism. Yang utama tentunya kita tidak perlu terlalu boros membeli produk yang trending tapi tidak kita butuhkan.Selain itu, menurut Arinda, kita juga jadi lebih mindful dalam merawat diri. Beli dan gunakan apa yang kulit kita butuh, serta tidak menghasilkan sampah berlebih, khususnya dari produk-produk yang tidak habis dipakai. Lalu jadi lebih hemat waktu, terhindar dari iritasi yang bisa saja terjadi akibat layering skincare terlalu banyak.

"Sampai saat ini, saya belum menemukan kerugiannya. Karena ritual skincare itu sesuatu yang sangat personal. Mau orang tersebut melakukan skinimalism atau tidak, semuanya tergantung dari kebutuhan masing-masing," tuturnya.  Arinda sendiri mengaku sudah mulai menerapkan skinimalism. Namun memang karena risiko pekerjaan yang mengharuskan untuk mencoba berbagai macam produk, hal ini memang masing menjadi sebuah kendala.

"Namun, kalau dulu saya melakukan ritual bisa sampai 15 menit, sekarang saya sudah bisa memangkasnya menjadi 5-7 menit saja. Walaupun memiliki cukup banyak skincare untuk digunakan, saya tetap menerapkan konsep skinimalism dengan melakukan rotasi produk sesuai dengan kebutuhan kulit pada saat itu. Jadi step yang saya gunakan tidak kompleks meski produknya banyak tersedia," kata Arinda.

Hal itu membuat Arinda meyakini skinimalism akan bertahan lama.. Alasan utamanya, sekarang semakin banyak orang sadar akan kebutuhan masing-masing dan tak sekadar. mengikuti tren.


Produk Berkualitas

skincare-kezo
ilustrasi rekomendasi makanan yang bisa menghilangkan bekas jerawat/pexels

Selain itu, awareness tentang sustainability pun semakin tinggi, tentu akan lebih banyak orang yang ingin menggunakan produk seperlunya (namun memiliki efek yang tepat bagi kulit mereka), menggunakan produk sampai habis, dan tentunya lebih hemat di kantong. Menurut Arinda, skinimalism bukan sebuah cara untuk mendapatkan kulit yang sempurna dan tanpa cela, tapi lebih ke arah produk berkualitas apa yang kita pilih untuk menghasilkan kulit yang sehat.

"Dari sini, saya rasa produsen kosmetik juga harusnya bisa membaca apa keinginan market. Artinya, produsen harus lebih memikirkan kualitas produk mereka dibandingkan kuantitasnya atau ikut-ikutan tren saja," ujarnya.

Produsen juga tak akan kehilangan pelanggan dengan adanya skinimalism ini, dengan catatan, produk mereka harus berkualitas. Selain itu, masih cukup banyak orang yang tidak bisa melakukan ritual skinimalism karena memang tipe kulit mereka mungkin tidak bisa dirawat dengan cara yang simpel.

"Jadi seharusnya produsen tak perlu khawatir sama kehadiran tren ini, harusnya mereka jauh lebih semangat untuk mengembangkan brand nya dan mengeluarkan produk yang terbaik untuk konsumen. Kalau produknya bagus, konsumen juga pasti akan setia, dengan ataupun tanpa tren skinimalism ini," pungkasnya.

Infografis Tren Perawatan di Klinik Kecantikan Tahun 2022
Infografis Tren Perawatan di Klinik Kecantikan Tahun 2022. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya