Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran beragam brand skincare lokal saat ini tak hanya menambah variasi produk dan menjawab kebutuhan masyarakat, tetapi juga ada cerita panjang di dalamnya. Salah satu kisah datang dari pionir kecantikan, Martha Tilaar Group yang menaungi label Sariayu Martha Tilaar yang berdiri sejak 1970 silam.
CEO Martha Tilaar Group Kilala Tilaar menyampaikan Martha Tilaar Group sejak pertama bediri menyoroti dua fokus yang menjadi benang merah pihaknya hingga kini. Pertama, pihaknya menggali kekayaan alam Indonesia dan keilmuan pengobatan serta kosmetika lokal.
"Jadi, kearifan budaya dan kekayaan alam Indonesia menjadi core grup kita sejak 52 tahun lalu. Kita konsentrasinya menciptakan produk-produk dari Indonesia untuk kulit Indonesia," kata Kilala saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 7 Oktober 2022.
Advertisement
Baca Juga
Kilala menyebut, semangat ini merujuk pada era 70-an banyak produk-produk asing masuk ke Indonesia yang tidak begitu cocok dengan iklim dan kulit orang Indonesia. Pihaknya lantas memformulasikan dengan mengambil dari kearifan budaya Indonesia dan menggali yang digunakan oleh nenek moyang, namun dikemas seperti produk-produk luar.
"Produk life cycle sangat cepat berganti, enggak bisa formula yang sama bertahun-tahun itu saja karena kita mengikuti tren dan maunya konsumen. Kita bertahan selama 52 tahun karena kita selalu updating formulations dan updating tampilan, itu namanya rejuvenation process. Just being relevant, kalau enggak relevan kepada konsumen brand akan ditinggalkan," tambahnya.
Selain itu, Martha Tilaar Group tak hanya menggali kekayaan alam dan budaya Indonesia, tetapi juga terjun pada research and development untuk produk kosmetik dan skincare. Kilala menjelaskan, sejak 1999, pihaknya telah berinvestasi pada banyak mesin penelitian dengan meneliti bahan baku asli Nusantara dengan ragam alat, termasuk alat uji efikasi.
Clean Beauty
"Kita tahu pegagan atau Centella asiatica bagusnya buat apa, kita punya paten sejak 2002, sedangkan ngetop di Korea 2014. Kita menghasilkan 38 paten tentang penggunaan asli Indonesia untuk digunakan kepada kosmetik, applied science research memformulasikan produk supaya bisa bersaing dengan produk Eropa, Amerika atau Korea yang disesuaikan dengan kulit Indonesia," lanjut Kilala.
Pada 2011, dikatakan Kilala, pihaknya juga sudah menjadi pionir clean beauty movement. Ada tiga pilar dari gerakan ini, yakni clean ingredients, clean enviroment, dan clean skin.
"Clean ingredients karena banyak formulasi yang menggunakan kimia yang berbahaya, paraben itu pengawet termurah di dunia dan ternyata menurut riset, paraben kontribusi terhadap beberapa penyakit, seperti kanker. Kita harus lebih clean dari ingredients yang disinyalir berbahaya untuk kesehatan," terangnya.
Kemudian, pihaknya juga tetap konsisten menggunakan bahan alami pada semua produk yang dapat dilihat dari kemasan. Kilala mengatakan, persentasi penggunaan bahan alami dalam produk itu disertakan pada kemasan produk skincare.
"Seperti facial foam Hydro Glow 78 persen natural ingredients, minyak zaitun kita 100 persen natural ingredients, setiap produk yang kita keluarkan kita mau kasih tahu persentasi natural, tidak bisa bohong karena di-approve Badan POM yang mempunyai guidelines yang strict kalau kita overclaim," tuturnya.
Advertisement
Bisnis Maklon
Dari sisi clean enviroment, pihaknya sejak 2000 telah mendukung pencapaian millennium goals dari United Nations. Selain itu juga berfokus pada petani-petani lokal dan melatih mereka menghasilkan bahan yang berstandar baku.
"Kita juga mengukur kadar karbon yang terbuang saat kita memulai bisnis dari hulu sampai hilir. Ketiga pilarnya adalah clean skin, harus mempunyai bukti scientific untuk setiap claim produk yang kita keluarkan," tambahnya.
Di sisi lain, pihaknya juga menjalankan bisnis maklon sejak era 80-an yang kini bernaung di PT. Cedefindo. Selain produksi untuk produk sendiri, juga menawarkan ke pihak lain.
"Proses pertama diharuskan by regulations sama BPOM, kita harus punya legalitas usaha, lalu create formulasi dan mengembangkan. Kalau klien gampang 3--6 bulan, kalau klien sangat detail bisa 1--1,5 tahun (prosesnya)," kata Kilala.
Pihaknya juga memastikan klien memiliki paten yang harus dilindungi. Setelah formula disetujui, berlanjut dengan trial development selama tiga bulan, dan kemudian produksi selama dua bulan paling cepat hingga sampai ke POM.
"Nomor POM dan inventory kita urus. Packaging bisa dari klien kita cuma isi, tergantung klien mau full atau semi service," tutupnya.
NAMA Beauty
Brand skincare lokal beberapa waktu terakhir tiada henti unjuk gigi beragam produk yang diformulasikan. Tak sedikit pula dari label kecantikan ini yang menawarkan deretan kandungan yang punya target khusus untuk masalah kulit.
Salah satunya adalah NAMA Beauty, label kecantikan yang didirikan oleh Luna Maya. Senior Brand Manager NAMA Beauty Wina Sandjaya menyampaikan label ini memiliki rangkaian brightening, mulai dari facial wash, toner, moisturizer, serum, dan facemist.
"Facemist bukan hanya untuk facemist saja, tapi juga bisa jadi setting spray, begitu juga dengan moisturizer selain untuk pelembap juga bisa sebagai primer," kata Wina kepada Liputan6.com, saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Oktober 2022.
Meski begitu, Wina menyebut bahwa skincare yang pertama kali dirilis oleh NAMA Beauty adalah serum. Perilisan serum ini dikatakan Wina mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat.
"Kenapa jadi rangkaian, karena setelah baca data, data serum diterima dengan baik," tambahnya.
Serum NAMA sendiri disebut Wina sebagai produk yang multifungsi. Tak hanya untuk mencerahkan kulit wajah, tetapi juga dapat sebagai anti-penuaan dan melembapkan kulit.
"Kandungan di dalamnya ada niacinamide, hyaluronic acid, dan banyak banget kandungan yang bagus untuk kulit. Harganya cukup affordable Rp129 ribu dan orang menerima dengan baik," ungkap Wina.
Advertisement
Formulasi
Kehadiran serum sebagai awal dari rangkaian ini tentu bukan tanpa alasan. Wina menyampaikan bahwa dari sisi brand, pihaknya membaca pasar dengan serum yang banyak jadi kebutuhan masyarakat.
"Kita enggak mau mengeluarkan produk sembarangan, selalu dermatology tested, melewati produk harus cocok sama kulit orang, kita tes buat all skin type. Walaupun betul kita enggak pernah bisa guarantee misalkan karena sudah melewati dermatology tested jadi 270 juta penduduk Indonesia pasti cocok, enggak. Persentasenya lebih banyak yang cocok di atas 80 persen," terangnya.
Sementara, formulasi skincare NAMA sendiri dilakukan di Korea Selatan, namun dibuat di Indonesia. Luna, Wina, dan tim Research and Development (R&D) mereka terbang ke Negeri Ginseng untuk mencoba langsung formulasi tersebut.
"Karena kita ingin fokus menghadirkan produk clean beauty tapi dengan packaging yang luxurious, tapi harga affordable, sejujurnya susah banget, tapi kita tetap hadirkan untuk konsumen," jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa NAMA Beauty ingin menjadi produk yang affordable, luxurious, dan clean beauty. "Clean beauty kelihatan dari packagingnya dari luar, tapi kalau dari dalam, clean beauty itu paraben-free, cruelty free, sama vegan. Kita mengusahakan terus ke arah sana," tutupnya.