Liputan6.com, Jakarta - Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap 8 Maret menjadi momentum untuk merayakan dan mengapresiasi perempuan. Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) Aryana Satrya menyebut perayaan ini juga diperingati untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik perempuan.
"Serta menandai ajakan untuk bertindak mempercepat adanya kesetaraan perempuan. Ini adalah merayakan kesetaraan yang berkeadilan," terang Aryana dalam acara "Women's Leadership in Public Health" oleh Takeda dan PKJS UI di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis, 23 Maret 2023.
Baca Juga
Aryana melanjutkan peran perempuan salah satunya di bidang kesehatan, menurut statistik sekitar 70 persen tenaga medis di dunia didominasi oleh perempuan. Dominasi serupa juga tak jauh berbeda dengan di Indonesia.
Advertisement
"Menurut data Kementerian Kesehatan 2019, sekitar 70 persen dari dari sekitar 1,2 juta tenaga medis di Indonesia adalah perempuan, perempuan banyak menempati posisi dokter umum, ahli gizi, dokter spesialis anak, perawat, bidan, dan bantuan tenaga medis lainnya," katanya.
Meski begitu, proporsi tenaga kesehatan perempuan yang mampu menempuh jenjang dokter spesialis ternyata lebih sedikit dibandingkan laki-laki, sekitar 12 ribu banding 17 ribu. "Peran perempuan di akar rumput sangat penting dalam mendorong kesehatan keluarga," terang Aryana.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Siti Nadia Tarmizi menjelaskan Kementerian Kesehatan berupaya dalam menjalankan transformasi kesehatan. Ada enam pilar transformasi penopang sistem kesehatan Indonesia.
Â
Peran Perempuan di Layanan Kesehatan Primer
"Transformasi layanan primer, tranformasi layanan rujukan, tranformasi sistem ketahanan kesehatan, dan nomor 4, 5, 6 adalah tentunya yang mendukung ketiga sistem di atasnya, yakni transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan," ungkap Nadia.
Dikatakan Nadia, hal yang harus dilakukan perempuan sejalan dengan transformasi layanan primer. Hal tersebut dikarenakan paling banyak urusan perempuan di transformasi nomor pertama itu.
"Perempuan itu peranannya sangat penting. Makanya kenapa kita melakukan transformasi layanan primer adalah kita akan mengupayakan promosi kesehatan, pencegahan, deteksi dini, dan layanan kesehatan untuk semua siklus kehidupan," ungkapnya.
Nadia menjelaskan, ada tiga program utama penguatan upaya preventif di layanan primer:
1. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin dari 11 menjadi 14 jenis vaksin, yakni BCG, DPT-Hib, Hep B, MMR/MR, Polio (OPV-IPV), TT/DT/td, JE, HPV, PCV, Rotavirus.
Kanker serviks adalah kanker yang bisa dicegah dengan imunisasi Human Papillomavirus (HPV). Pneumonia dan diare adalah 2 dari 5 penyebab tertinggi kematian balita di Indonesia yang dapat dicegah dengan imunisasi (PCV dan Rotavirus).
Advertisement
2. 14 Screening Penyakit Prioritas
Screening penyakit penyebab kematian tertinggi di setiap sasaran usia, yakni hipotiroid kongenital, thalasemia, anemia, stroke, serangan jantung, hipertensi, penyakit paru obstruksi kronik, tuberkulosisi, kanker paru, hepatitis, diabetes, kanker payudara, kanker serviks, dan kanker usus.
3. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
Mengenai peningkatan kesehatan ibu dan anak, perlu adanya pemantauan tumbuh kembang anak di posyandu dengan alat antropometri terstandar, pemeriksaan kehamilan (ANC) dari 4 kali menjadi 6 kali, termasuk 2 kali USG dengan dokter pada trimester 1 dan 3. Screening kanker payudara dengan USG, serta screening penyakit jantung bawaan di puskesmas dengan pulse oxymetry neonatus.
Nadia menyebut, merujuk data statistik, perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Bicara usia produktif, perempuan berperan sebagai tulang punggung keluarga, aset negara, penggerak ekonomi bangsa, paling penting melahirkan atau pencetak generasi penerus bangsa.
Sementara, dikutip dari BBC, sejarah Hari Perempuan Internasional tumbuh dari gerakan buruh menjadi acara tahunan yang diakui oleh PBB. Bermula pada 1908 silam, ketika 15 ribu perempuan berjalan menyusuri New York dengan beberapa tuntutan.
Mereka menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak untuk memilih. Setahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional pertama.
Seorang aktivis komunis dan pembela hak-hak perempuan bernama Clara Zetkin yang mengusulkan pembentukan hari internasional. Ia mengajukan idenya ke Konferensi Internasional Perempuan Pekerja di Kopenhagen pada 1910.
Â
Sejarah Hari Perempuan Internasional
Kala itu, ada 100 perempuan di sana yang berasal dari 17 negara, menyetujuinya dengan suara bulat. Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada 1911, di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss.
100 tahun Hari Perempuan Internasional dirayakan pada 2011 dan jadi tahun ini secara teknis merayakan hari jadi yang ke-111. Beberapa hal dibuat resmi pada 1975 ketika PBB mulai merayakan hari itu.
Tema pertama yang diadopsi pada 1996 adalah "Celebrating the Past, Planning for the Future" atau "Merayakan Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan". Hari Perempuan Internasional telah menjadi tanggal untuk merayakan seberapa jauh perempuan ambil bagian dalam masyarakat, politik dan ekonomi.
Sementara akar politik dari perayaan ini berarti aksi protes diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran akan ketidaksetaraan yang berkelanjutan. Gagasan Clara untuk Hari Perempuan Internasional tidak memiliki tanggal yang pasti.
Momentum ini tidak diformalkan sampai pemogokan masa perang pada 1917, ketika perempuan Rusia menuntut "bread and peace", empat hari setelah pemogokan, kaisar dipaksa turun takhta dan pemerintah sementara memberikan hak pilih kepada perempuan.Â
Aksi mogok dimulai pada 8 Maret dan ini menjadi tanggal Hari Perempuan Internasional dirayakan. Sementara, ungu, hijau dan putih adalah warna peringatan ini, menurut situs Hari Perempuan Internasional.
"Ungu melambangkan keadilan dan martabat. Hijau melambangkan harapan. Putih melambangkan kemurnian, meskipun konsep kontroversial. Warnanya berasal dari Serikat Sosial dan Politik Perempuan (WSPU) di Inggris pada 1908," kata mereka.
Â
Advertisement