Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Andini Aisyah Hariadi atau lebih dikenal dengan Andien, mengaku mengurangi produk hewani,terutama susu, karena memiliki intoleransi laktosa. Dia pun saat ini menjalani flexitarian diet atau diet flexitarian.
Gejala intoleransi laktosa pada umumnya adalah rasa tidak nyaman pada pencernaan, bahkan diare, setelah mengonsumsi susu atau produk olahan susu lainnya.
Baca Juga
"Aku setiap mengonsumsi produk hewani atau turunannya itu biasanya begah, perut kayak kembung, sampai mual," tuturnya kepada awak media di sela acara peresemian Gedung Radjawali Semarang Cultural Center, Semarang, Jawa Tengah, 15 Mei 2023.
Advertisement
Orang dengan intoleran laktosa biasanya menghindari produk berbahan hewani untuk mencegah masalah kesehatan muncul. Contohnya Andien yang mengaku menerapkan diet flexitarian sebagai solusi untuk intoleran laktosa yang dimilikinya.
"Jadi buat mengurangi produk hewani, aku menjalani flexitarian diet, itu diet semi-vegan," ungkap penyanyi sekaligus penulis lagu ini.
Flexitarian diet merupakan gabungan kata dari fleksibel dan vegetarian. Diet ini fokus memperbanyak konsumsi makanan nabati dan mengurangi makanan berbahan dasar hewani. "Sekarang aku udah flexitarian. Hanya pola makan, flexitarian itu berarti aku makannya lebih fleksibel," ujar Andien.
Kebiasaan makan yang fleksibel ini mulai diterapkannya sejak hamil anak kedua. Andien beralasan, saat mengandung anak pertama semua jenis makanan ia konsumsi. Namun ketika mengandung anak keduanya, Tabi, timbul kesadaran untuk bertransformasi agar pola makannya menjadi lebih baik.
Alternatif Bagi Penderita Intoleran Laktosa
"Waktu itu akhirnya aku nggak bisa jadi vegan sama sekali. Aku makan daging selama hamil sampai 6 bulan. Begitu sudah 6 bulan, aku makan lagi daging sedikit-sedikit, bisa. Jadi sekarang lebih fleksibel," terang penyanyi berusia 37 tahun ini.
Selain menjaga pola makan, Andien yang memiliki tubuh ideal ini selalu berolahraga setiap hari. "Belakangan ini, olahraga yang hampir aku lakukan setiap hari adalah pilates. Waktunya cukup 20–30 menit saja," ujarnya.
Menurut Angelique Dewi Permatasari, Senior Marketing Representative Nutrifood, plant-based diet bisa menjadi alternatif bagi penderita intoleran laktosa. Plant-based food tidak mengandung bahan-bahan dari hewani, misalnya susu plant-based yang terbuat dari kedelai, kacang mete, atau almond sehingga tidak mengandung laktosa.
"Jadi plant-based ini sangat cocok dan bisa jadi alternatif untuk orang yang memiliki intoleran laktosa," terangnya. Susu plant-based semakin populer di kalangan masyarakat, banyak kafe-kafe dan produk kemasan yang mencantumkan kategori plant-based untuk menarik daya jual produknya.
Advertisement
Sustainability Diet
Menurut Angelique, selain bisa jadi solusi untuk penderita intoleran laktosa, plant-based food atau makanan berbasis tumbuhan juga banyak dikonsumsi oleh mereka menerapkan konsep sustainability diet, atau pola makan yang umumnya sehat dan berdampak rendah terhadap lingkungan.
"Banyak orang-orang yang mulai menyadari pentingnya menjalankan sustainability diet, yaitu cara mengonsumsi makanan secara lebih bijaksana. Makanya, tren plant-based ini populer di Indonesia," jelasnya.
Menurut ahli gizi, intoleransi laktosa dan alergi susu merupakan dua hal yang berbeda. Namun, tak sedikit masyarakat yang kerap salah kaprah antara kedua kondisi tersebut. Ahli gizi dr. Arif Sabta Aji menjelaskan perbedaan nyata intoleransi laktosa dan alergi susu berdasarkan respons tubuh. Selain itu, kondisi ini juga dapat dikenali dengan beberapa tanda.
"Intoleransi laktosa itu kita dilahirkan memiliki kecenderungan enzim laktase itu tidak cukup untuk mengonversi laktosa dari susu sapi untuk diubah menjadi dalam bentuk sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa di saluran pencernaan kita," terang dr. Aji dalam sebuah konferensi pers virtual, Kamis, 13 Januari 2022, mengutip kanal Health Liputan6.com.
Antara Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu
dr. Aji mengungkapkan bahwa intoleransi laktosa tidak bisa diubah dan dimodifikasi karena seseorang terlahir dengan gangguan pencernaan tersebut. Lantas, apa itu alergi susu?
"Kalau alergi susu disebabkan oleh sistem imun tubuh yang berlebihan karena protein susu yang dikonsumsi," jelasnya.
Tak seperti intoleransi laktosa, alergi susu dapat diatasi dan diobati. Alergi susu juga dikatakan dr. Aji akan hilang seiring bertambahnya usia. Ia mengatakan alergi susu paling banyak ditemukan pada fase anak-anak. Hal tersebut dikarenakan anak-anak masih mengalami pertumbuhan, perkembangan, dan sistem imunnya juga masih berkembang.
"Namun ketika sudah beranjak dewasa, lama kelamaan tidak mengalami alergi susu lagi," katanya. Ia menambahkan, perbedaan lain antara intoleransi laktosa dan alergi susu juga diketahui dari tanda dan gejalanya.
Jika alergi susu ditandai dengan ruam-ruam di kulit dan rasa gatal. "Kalau intoleransi laktosa lebih ke arah saluran pencernaan kita. Karena enzim yang mengubah laktosa menjadi bentuk sederhana, yakni glukosa dan galaktosa di dalam tubuh itu tidak cukup," jelas dr. Aji.
Advertisement