Heboh Ibu Bentak dan Pukuli Anak di Depan Umum karena Ketinggalan Kereta, Apa yang Harus Anda Lakukan Jika Melihatnya?

Di kasus ibu bentak dan pukuli anak di depan umum, orang-orang di sekitarnya takut mendekati karena khawatir bocah lelaki itu semakin dimarahi.

oleh Asnida Riani diperbarui 29 Jun 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2023, 17:00 WIB
Ibu Marah dan Pukuli Anaknya di Depan Umum karena Ketinggalan Kereta, Warganet Khawatir Nasib Sang Anak
Ibu Marah dan Pukuli Anaknya di Depan Umum karena Ketinggalan Kereta, Warganet Khawatir Nasib Sang Anak. foto: Instagram @mood.jakarta

Liputan6.com, Jakarta - Jagat maya belakangan dihebohkan video seorang ibu yang tega membentak dan memukul anaknya di depan umum karena ketinggalan kereta api. Belakangan, tindakan ibu yang menuai kecaman keras dari warganet ini diketahui berlokasi di Stasiun Purwokerto.

Peristiwa itu diunggah pemilik akun TikTok @maharanisbooks. Dalam klip, ibu tersebut terlihat mengomeli anaknya secara verbal, bahkan melakukan kekerasan fisik. Padahal, menurut si pemilik akun, anak tersebut "tidak nakal dan hanya diam." Teguran petugas untuk "tidak melakukan kekerasan" pun tidak digubris si ibu.

"Ibu ini ketinggalan kereta. Anaknya jadi pelampiasan digebukin, ditonjok perutnya, ditarik tangannya. Lalu, marah-marah bilang enggak ada yang ngasih tahu. Padahal dia sendiri enggak nanya," tulis keterangan dalam video yang diunggah pada 27 Juni 2023.

Bocah laki-laki dalam video tersebut dinarasikan ketakutan karena dimarahi hingga dipukul ibunya. Bahkan, orang-orang yang ada di sekitarnya sampai takut ingin mendekati karena khawatir sang anak semakin dimarahi.

Hingga akhirnya seorang ibu mendatangi anak yang menangis tersebut dan berusaha menenangkannya. Ia terlihat memangku dan memberinya minum untuk menenangkannya. "Udah enggak tega banget buat nenangin," kata pengunggah video itu. Namun, reaksi sang ibu terlihat biasa saja, bahkan terkesan tidak acuh.

"Enggak habis pikir ada ibu yang tega aniaya anak segitunya, verbal, fisik, psikis, di muka umum. Kalau di umum aja begini gimana di rumah?" tandasnya.

Demi meredam amarah ibu dari anak tersebut, ada orang yang dengan sukarela mengganti uang keretanya. Tapi sekali lagi, si ibu terlihat diam saja. Tidak lama kemudian, ibu itu terlihat pergi bersama anaknya dan masih marah-marah. Tidak diketahui apakah ia hanya berpindah tempat atau meninggalkan stasiun. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa yang Harus Anda Lakukan Jika Melihatnya?

Ilustrasi kasus kekerasan perempuan dan anak (Istimewa)
Ilustrasi kasus kekerasan terhadap anak. (Istimewa)

Jadi, bagaimana sebaiknya jika Anda melihat situasi seperti di atas? Melansir New York Times, Kamis (29/6/2023), Dan Duffy, presiden dan kepala eksekutif Prevent Child Abuse America, mengatakan organisasinya sangat percaya bahwa "jika Anda melihat sesuatu, katakan sesuatu."

Kemudian, disarankan intervensi sebelum situasi memburuk, kata Darleen Simmons, seorang pendidik kesehatan masyarakat Saint Paul-Ramsey County Public Health di St. Paul. "Jika Anda menunggu sesuatu jadi lebih buruk sebelum melakukan sesuatu, itu pasti bisa jadi lebih buruk dan jadi lebih sulit untuk terhubung dan membantu," katanya.

Folusho Otuyelu, asisten profesor pekerjaan sosial klinis di Sekolah Pascasarjana Pekerjaan Sosial Touro College di Manhattan, berkata, "Orang lain mungkin tidak cukup berani untuk campur tangan, tapi berpikir seseorang harus terlibat." Orang yang mengintervensi mungkin merasa sendirian, tapi sebenarnya tidak, sebutnya.

Chris Newlin, direktur eksekutif National Children's Advocacy Center, menyarankan Anda melaporkan kasus yang membahayakan anak pada petugas maupun polisi. "Jika seseorang melecehkan seorang anak (termasuk dengan melakukan kekerasan) di depan umum, bayangkan saja apa yang terjadi di balik pintu tertutup," ia menyebut.


Hati-Hati dalam Mengintervensi

Miris, Tanah Timur Indonesia Darurat Kekerasan Seksual pada Anak
Ilustrasi kasus kekerasan pada anak. (Dok. Freepik)

Dr. Jeffrey Gardere, psikolog klinis dan profesor ilmu perilaku di Touro College of Osteopathic Medicine di Manhattan, mengatakan bahwa jika Anda yakin anak tersebut berada dalam "bahaya," Anda dapat menelepon polisi secara anonim.

"Anda mungkin merasa bersalah karena membuat orangtua itu terlibat masalah, atau Anda mungkin membuat kesalahan dan salah menafsirkan situasinya," katanya. "Namun, pikirkan tentang bagaimana kelambanan (tindakan) dapat menyebabkan cedera, bahaya, atau kematian pada anak. Sekarang pikirkan tentang rasa bersalah itu."

Di sisi lain, pakar lain memperingatkan bahwa melibatkan pihak berwenang dapat menyebabkan situasi tegang meningkat. Orangtua mungkin frustrasi atau mengalami hari yang buruk dan tidak selalu kasar.

"Anda perlu mengakui hak orangtua untuk mendisiplinkan anak mereka dalam batas-batas tertentu," Dr. Lolita M. McDavid, direktur medis advokasi dan perlindungan anak di Rainbow Babies and Children's Hospital, rumah sakit anak dari University Hospitals Case Medical Center, di Cleveland, Ohio, mengatakan.


Bagaimana Anda Seharusnya Mengintervensi Situasi Ini?

Ilustrasi Kekerasan Anak
Ilustrasi kasus kekerasan anak. (unsplash.com/Artyom Kabajev)

Jika Anda yakin seorang anak "benar-benar disakiti atau diserang, Anda perlu turun tangan dan melakukan sesuatu tentang hal itu," katanya. Dalam hal ini, tegur orangtua dengan tegas, tapi jika orang itu mengonfrontasi Anda, segera beri tahu satpam atau polisi. "Anda sendiri harus aman," kata Dr. McDavid.

Jadi, bagaimana Anda seharusnya mengintervensi situasi ini? Yang penting, jangan langsung marah konfrontatif, kata Profesor Otuyelu. "Bersikaplah hangat, ramah, dan peduli," sebutnya.

Bicaralah dengan nada datar dan lembut. Lalu, tanyakan dengan sopan apakah orang tersebut membutuhkan bantuan. Tunjukkan dengan lembut, namun tegas bahwa anak tersebut dapat terluka parah dan perilaku orang tersebut harus segera dihentikan.

Namun sebelumnya, tenangkan diri Anda sebelum berbicara dan menahan penilaian, kata Simmons. "Ini benar-benar dimulai dengan (persepsi) tidak ada orangtua yang ingin diberi tahu bahwa mereka melakukan sesuatu yang salah atau mereka adalah orangtua yang buruk," katanya.

Eksploitasi Seksual Anak
Infografis eksploitasi seksual anak (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya