Belajar dari Pionir Merek Cokelat Premium Lokal Legendaris yang Muncul karena Kekecewaan

Chocolate Monggo, yang didirikan pada 2005, merupakan salah satu merek cokelat lokal yang masih eksis sampai sekarang. Simak bagaimana mereka bisa bertahan di tengah deretan tantangan bisnis.

oleh Asnida Riani diperbarui 15 Jul 2023, 19:19 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2023, 10:00 WIB
Chocolate Monggo
Pionir merek cokelat premium lokal, Chocolate Monggo, yang sudah berdiri sejak 2005. (dok. Instagram @chocolatemonggo/https://www.instagram.com/p/CiHxPMsrcKH/)

Liputan6.com, Jakarta - Di antara sederet bisnis kuliner baru, ada juga merek yang sudah lama eksis. Berbicara tentang cokelat lokal legendaris, tidak afdal rasanya tanpa menyinggung Chocolate Monggo, pionir cokelat lokal asal Yogyakarta.

Business Development and Company Relationship Chocolate Monggo, Tri Widiantoro, bercerita bahwa eksistensi merek cokelat lokal ini berawal dari keresahan pendirinya, Thierry Detournay, pria asal Belgia yang kecewa dengan kualitas kurang baik dari cokelat yang ia temukan di Indonesia pada 2001.

"Ia memutuskan membuat kreasi cokelat sendiri berdasarkan spesifikasi cokelat Belgia yang akhirnya dijual dengan merek 'Monggo,'" katanya melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 14 Juli 2023.

Chocolate Monggo terbuat dari biji kakao yang sudah difermentasi yang bersumber dari pertani lokal di seluruh Indonesia, serta menggunakan 100 persen mentega kakao murni dan bahan-bahan alami untuk isian cokelatnya, klaimnya. "Chocolate Monggo bekerja sama dengan petani kakao lokal dan pemasok bahan baku lokal yang alami dan berkualitas untuk turut serta menyejahterakan petani Indonesia," imbuhnya.

"Chocolate Monggo mengandung antioksidan dan kaya vitamin, serta mengandung 100 persen mentega kakao yang merupakan ciri cokelat couverture," ujar dia. "Kami juga memperhatikan dampak lingkungan. Karena itu, kami menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang dan meminimalkan penggunaan plastik."

Inovasi pun dimanfaatkan pihaknya untuk tetap relevan dengan preferensi konsumen. "Kami sangat memperhatikan kualitas produk dan keinginan pelanggan agar selalu memberi produk dan pelayanan yang memuaskan," sebut Tri.

Selain cokelat bar dan cokelat tablet, Chocolate Monggo juga memiliki produk biskuit, gelato, minuman cokelat, camilan cokelat, waffle cokelat, dan cokelat untuk bahan membuat kue. "Kami pun selalu meghadirkan cokelat dengan tema yang sedang berlangsung, seperti cokelat edisi Imlek, Valentine, Lebaran, Hallowen, juga pastinya cokelat untuk Natal dan Tahun Baru," paparnya.  

Relevan dengan Pasar

Chocolate Monggo
Pionir merek cokelat premium lokal, Chocolate Monggo, yang sudah berdiri sejak 2005. (dok. Instagram @chocolatemonggo/https://www.instagram.com/p/CdmiCfXvW_8/)

Tri melanjutkan, "Chocolate Monggo terus belajar dan mengikuti perkembangan zaman, harus selalu adaptif dengan perilaku pelanggan yang berubah setiap waktu. Chocolate Monggo juga menjalin hubungan yang berkesinambungan dengan semua pelanggan setia dengan selalu berusaha memahami dan memberikan yang terbaik."

Apa yang mereka lakukan, katanya, tidak lepas dari nilai perusahaan. Pertama, peduli. Ini dielaborasi jadi kepedulian terhadap alam, lingkungan, budaya lokal, dan produk mereka sendiri.

Lalu, unik, yaitu memadukan tradisi cokelat Belgia dengan warisan budaya Jawa dan berbagai rasa, serta "bahan luar biasa yang dapat ditemukan secara lokal." Ketiga, mendidik. "Chocolate Monggo percaya bahwa kami memiliki tanggung jawab untuk mendidik masyarakat agar menghargai tradisi mereka dan menghargai kualitas sejati cokelat," ucapnya.

Kemudian, asli. Tri berkata, "Misi kami tidak semata-mata hanya untuk mengembangkan bisnis. Melalui Monggo, kami ingin mengangkat cita rasa cokelat asli hasil kekayaan alam Indonesia yang dapat dinikmati semua orang. Semua didasari kecintaan kami terhadap cokelat dan kebudayaan Jawa."

Terakhir, berbagi. "Kami ingin berbagi kenikmatan makan cokelat asli dengan semua orang di Indonesia," sebutnya. "Hal ini selalu jadi misi spiritual kami dan cinta kami terhadap cokelat berkualitas tinggi."

Apa Kabar Cokelat Lokal Sekarang?

Chocolate Monggo
Pionir merek cokelat premium lokal, Chocolate Monggo, yang sudah berdiri sejak 2005. (dok. Instagram @chocolatemonggo/https://www.instagram.com/p/CO-MgzwrNK3/)

Menurutnya, produk cokelat lokal semakin berkembang seiring peluang pasar yang kian meningkat. "Indonesia merupakan salah satu negara dengan hasil kakao terbesar di dunia. Tentunya itu mendorong para pengusaha baru menciptakan produk cokelat lokal," sebutnya.

"Diimbangi juga dengan pecinta cokelat di Indonesia yang tampaknya mulai sadar akan kualitas dan manfaat produk cokelat, sehingga produk cokelat lokal saat ini cukup kompetitif dan terus berkembang," ia melanjutkan.

Pelanggan cokelat, sebutnya, adalah faktor penting dalam keberlangsungan industri cokelat lokal. "Kadang masih banyak stigma negatif bahwa mengonsumsi cokelat dapat membuat badan jadi gemuk atau membuat kadar gula meningkat. Hal tersebut karena yang dikonsumsi merupakan cokelat dengan kadar kakao rendah, namun tinggi gula."

Demi menggerus pemahaman tersebut, Chocolate Monggo membangun museum di Chocolate Kingdom untuk mengedukasi publik dalam mengonsumi cokelat hitam dengan kadar kakao tinggi, kadar gula rendah, dan mengandung mentaga kakao murni. 

"Dengan membeli cokelat lokal, (pelanggan) secara tidak langsung membantu menyejahterahkan petani kakao Indonesia, serta mengembangkan ekonomi dan keberlangsungan produsen cokelat Indonesia," sebutnya.

Ia menyambung, "Berkembangnya cokelat lokal tentu akan membutuhkan sumber daya yang lebih banyak. Hal tersebut akhirnya membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, serta memberi peluang pada pemasok bahan baku lokal yang digunakan untuk isian cokelat lokal."

Mengembangkan Jalur Penjualan

Chocolate Monggo
Pionir merek cokelat premium lokal, Chocolate Monggo, yang sudah berdiri sejak 2005. (dok. Instagram @chocolatemonggo/https://www.instagram.com/p/CTWpt1xBxYv/)

Selain memperhatikan kualitas cokelat terbaik, membesarkan industri cokelat lokal juga berarti mengembangkan jalur penjualan produk. Tri berbagi, "Semakin berkembangnya era digital (membuat) semakin banyak pelanggan memilih membeli cokelat secara online."

"Keterbatasan jarak dengan produsen cokelat sudah tidak jadi masalah. Hanya saja cara mengemas cokelat dan (memilih) jasa pengiriman paket harus sangat diperhatikan," imbuhnya.

"Kami sendiri berusaha menjaga suhu di dalam kemasan paket tetap tejaga dengan bubble envelop, supaya cokelat tidak meleleh dan tidak terkontaminasi. Kami juga melapisi dengan karton supaya paket cokelat kuat dan aman bila terkena benturan. Hal-hal kecil yang mempengaruhi kualitas produk akan selalu kami prioritaskan," klaimnya.

Saat ini, Chocolate Monggo sedang menyempurnakan pabrik mereka dengan mengembangakan infrastruktur dan mesin lebih modern untuk meningkatkan jumlah produksi, serta meningkatkan standar produksi.

"Kami juga sedang berupaya untuk segera mendapatkan sertifikasi HACCP agar dapat memperluas jangkauan pasar hingga mancanegara. Target kami tahun ini dapat ekspor Chocolate Monggo karena permintaan pasar di luar Indonesia juga sangat tinggi," katanya.

"Chocolate Monggo selalu menghadirkan produk baru. Dalam waktu dekat, kami siap launching beberapa produk cokelat biskuit dengan berbagai rasa," ia berbagi, menambahkan bahwa kolaborasi dengan hotel dan kafe maupun restoran juga masih akan berlanjut.

Infografis Merek-Merek Cokelat Lokal
Infografis Merek-Merek Cokelat Lokal. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya