Liputan6.com, Jakarta - Halloween 2023 semakin dekat. Banyak warga di Korea Selatan, khususnya warga asing, yang masih mengingat jelas tragedi mengerikan yang terjadi di Itaewon, setahun lalu.
"Aku sejujurnya masih mencoba mengatasi hal itu semua," ujar seorang penyintas yang tak disebutkan namanya kepada The Korea Times, dikutip Senin (16/10/2023).Â
Ia mengatakan meski dirasa tidak realistis berharap tak ada perayaan Halloween di Itaewon tahun ini, tapi ia berharap pemerintah, pihak kepolisian, dan para pengusaha melakukan sesuatu untuk menghormati para korban dan semua yang terlibat. "Banyak orang yang memilih untuk tidak pergi ke Itaewon tahun ini, tapi bagi mereka yang melakukannya, saya memperkirakan suasananya akan sangat berbeda, dan memang demikian," kata penyintas itu.
Advertisement
Pendapatnya bisa jadi benar, banyak orang dinilai akan lebih berhati-hati menyambut Halloween. Pertanyaan pun muncul di dunia maya dari warganet tentang apakah mereka perlu memasang dekorasi Halloween di rumah, pergi ke pesta Halloween, atau berpartisipasi dalam acara bertema Halloween di tempat kerja mereka.
Seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah dasar di Korea Selatan, Stan mengungkapkan bahwa rekan-rekannya sesama guru menanyainya apakah tepat menggelar kegiatan bertema Halloween pada para siswanya tahun ini. Rekannya, kata dia, menganggap Halloween masih menjadi isu sensitif bagi sejumlah orang.
"Kami biasanya merencakan pelajaran khusus, seperti Halloween dan Natal, untuk memastikan kami memiliki sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan oleh para siswa," katanya.
Untuk mendapatkan konsensus, ia pun menggelar polling di akun grup Facebook 'Every Expat in Korea' pada 14 September 2023. Hasilnya, 57 persen dari 502 responden yang berpartisipasi memilih 'merayakan Halloween tahun ini', sedangkan sisanya tidak.
"Aku cukup terkejut bagaimana banyak orang mengikuti polling tersebut," kata Stan. Sebagai warga Afrika Selatan, ia mengaku tak merayakan Halloween kecuali di dalam kelas.
"Polling itu jelas menampilkan bahwa banyak orang masih memiliki emosi mentah terkait tragedi Halloween Itaewon, dan siapa yang disalahkan. Ada perasaan 'apakah tidak sensitif merayakan Halloween ketika begitu banyak orang meninggal tahun lalu?"
Sejarah Halloween di Korea Selatan
Warga asing disebutnya lebih sensitif merespons tragedi yang merenggut 159 korban jiwa pada akhir Oktober 2022 itu, meski mayoritas korban adalah warga Korea Selatan. Halloween makin banyak dirayakan oleh generasi muda Korea sejak beberapa puluh tahun terakhir, tapi secara umum dipandang sebagai hari libur asing.
Menurut Robert Neff, Halloween pertama kali dirayakan di Korea oleh sejumlah misionaris dan keluarga mereka sejak seabad lalu. Tradisi itu berlanjut di berbagai tempat seperti SD Amerika Seoul di Yongsan Garrison dan Seoul Union Club pada 1960-an.
"Untuk beberapa alasan, Halloween adalah hari libur besar bagi kami. Halloween adalah waktunya berpesta," kata Bill Morgenstein yang berdinas di Yongsan pada 1957.
Tapi, Halloween tidak dirayakan mayoritas warga Korea hingga beberapa waktu terakhir. "Teoriku adalah Halloween masuk ke Korea via pesta hagwon Halloween pada akhir 1990an hingga awal 2000an," kata warga Kanada yang menetap di Korea, Rob Ouwehand, operator blog Roboseyo.
Para siswa yang diperkenalkan dengan liburan Barat yang menyenangkan ini telah tumbuh dewasa, dan melanjutkan perayaan dalam suasana yang lebih dewasa. "Itu adalah hari libur anak muda. Sepuluh tahun yang lalu, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk Halloween. Kami tidak mempunyai banyak hari libur di Korea yang mendorong orang untuk bersenang-senang," kata Joe McPherson, seorang warga Amerika yang tinggal di Korea.
Advertisement
Opini Warga Asing di Korea Jelang Halloween
McPherson yang memiliki usaha operator tur The Dark Side of Seoul Ghost Walk itu menyebut bahwa tragedi Itaewon memengaruhi bisnisnya. Usahanya selama tiga tahun terakhir untuk memperkenalkan tur Sisi Gelap Itaewonkini terpaksa dihentikan.
"Kami menunda debutnya karena takut orang-orang salah paham," kata dia.
Sementara, warga Amerika yang juga menetap di Korea lainnya, Michael Hurt menyebut bahwa Itaewon resmi berhantu. Kawasan itu juga menjadi tempat traumatik nasional, bahkan berskala global.
"Jadi itu akan benar-benar mematikan acara tahun ini, permainan kata-kata yang agak disengaja. Singkatnya, rasanya 'terlalu dini' untuk melihat perayaan apa pun terjadi di sana selain tindakan mengenang atau gerakan mengenang lainnya," katanya.
Sementara, Sarah, warga asing yang tinggal di Haengbangchon meyakini bahwa bakal banyak warga yang akan beraksi bak 'citizen journalist'. Mereka akan mendatangi kawasan tersebut dengan membawa kamera mereka, mencari konten 'buruk' yang bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan agenda politik, agama tertentu, atau bahkan agenda tersembunyi Gen Z.
"Cara tragedi dimanfaatkan politisi di hari-hari berkabung setelahnya benar-benar menjijikkan," ucapnya.Â
"Ketika sebuah tugu peringatan didirikan untuk mengenang mereka, pengunjuk rasa sayap kanan melecehkan orang-orang yang berhenti untuk memberikan penghormatan dan merusak acara tersebut dengan spanduk politik yang penuh kebencian. Saya mendengar orang-orang mencoba menyalahkan tragedi tersebut pada asal muasal Halloween yang 'Setan', pada generasi muda yang ingin pergi keluar dan bersenang-senang, pada orang asing, pada kaum gay… siapa pun dan apa pun, kecuali fenomena aktual dan orang-orang yang bersalah."
Masih Berjuang Tarik Pengunjung
Sekitar 10 bulan insiden berlalu, Itaewon sebagai salah satu distrik kehidupan malam utama di Seoul masih berjuang untuk menarik pengunjung. Tingkat pemulihan yang didorong oleh berbagai proyek untuk menghidupkan kembali kawasan tersebut masih belum merata.
Mengutip dari laman The Korean Times, Kamis, 7 September 2023, jalanan Itaewon sempat ramai dengan staf bar yang mempromosikan pembukaan mereka di sebuah gang di belakang Hotel Hamilton, dekat lokasi tragedi saat Halloween. Jalanan dipenuhi musik keras dan pengunjung, sementara turis asing terlihat berjalan-jalan dan mengabadikan pemandangan yang semarak itu melalui ponsel mereka.
Menurut laporan Kementerian UKM dan Startup Korea Selatan pada Juli 2023, penjualan toko-toko di Itaewon pulih hingga sekitar 85 persen dari tingkat sebelum adanya tragedi yang menandakan adanya perubahan positif. Selain itu, jumlah rata-rata pengunjung ke Itaewon per minggu pada Mei 2023 mencapai 75,6 persen.
Angka tersebut merupakan perbandingan minggu keempat Oktober 2022, satu minggu sebelum tragedi tersebut, berdasarkan statistik operator telekomunikasi KT. Sebagai bagian dari upaya untuk menarik orang kembali ke Itaewon dan menghidupkan kembali bisnis di daerah tersebut, Kantor Yongsan-gu memperkenalkan voucher pada Maret 2023.
Voucher tersebut digunakan untuk memberikan pelanggan diskon 20 persen di bisnis lokal di Itaewon. "Voucher tersebut pernah menyumbang hampir 30 persen dari total penjualan," kata seorang staf bermarga Han di sebuah restoran Meksiko dekat Hotel Hamilton.Â
Advertisement