Liputan6.com, Jakarta - Anak-anak di Gaza dilaporkan menggelar jumpa pers di luar rumah sakit Al-Shifa pada Selasa, 7 November 2023. Mereka memohon agar dunia mengambil tindakan karena Israel terus mengebom kantong wilayah Palestina itu.
Sekelompok anak-anak berdiri di belakang beberapa mikrofon yang diletakkan di atas meja kayu di halaman luar rumah sakit, tempat puluhan ribu orang mencari perlindungan dari serangan udara dan darat, lapor New Arab, seperti dikutip Kamis, 9 November 2023.
"Sejak 7 Oktober (2023), kami telah menghadapi pemusnahan, pembunuhan, pemboman, semua ini terjadi di hadapan dunia," salah satu dari anak dari rombongan itu berkata, pertama dalam bahasa Arab kemudian dalam bahasa Inggris. "Kami datang ke Al-Shifa untuk mencari perlindungan, namun kami menghadapi kematian lagi ketika mereka (militer Israel) menargetkan rumah sakit (untuk dibom)."
Advertisement
"Kami hadir sekarang untuk berteriak, meminta Anda melindungi kami. Kami ingin hidup, kami ingin perdamaian, kami ingin keadilan bagi para pembunuh anak-anak. Kami ingin tempat tinggal, makanan, dan fasilitas pendidikan. Kami ingin hidup seperti anak-anak lain," imbuhnya
Anak-anak menanggung dampak buruk dari perang Israel di Gaza, di mana jumlah mereka adalah setengah dari total penduduk Gaza. Hampir setengah dari lebih dari 10 ribu orang yang terbunuh sejak Israel mulai membom wilayah tersebut pada 7 Oktober 2023 adalah anak-anak.
Seorang anak terbunuh setiap 10 menit selama serangan gencar tersebut, kata kantor media Gaza, pekan lalu. Rumah sakit, yang sering kali jadi tempat perlindungan selama perang bagi mereka yang terpaksa meninggalkan rumah akibat pemboman, juga tidak luput dari perhatian Israel.
Pesan Para Dokter di Gaza
Serangan udara terhadap rumah sakit Al-Ahli pada 17 Oktober 2023 menewaskan hampir 500 orang. Disusul serangan terhadap ambulans di luar Al-Shifa pekan lalu yang menewaskan 15 orang.
Para dokter di Gaza telah merekam pesan untuk para dokter Israel setelah mereka menulis surat yang menyerukan pemboman semua rumah sakit di daerah kantong Palestina itu. Rekaman ini jadi viral setelah dibagikan di dunia maya.
"Kami sebagai dokter adalah duta perdamaian. Kami menyelamatkan nyawa. Para dokter Israel yang menandatangani surat yang mempromosikan pemboman rumah sakit yang berisi pasien telah melakukan pengkhianatan terhadap profesi mulia mereka dan memikul tanggung jawab," kata para dokter di Gaza, dirangkum Dawn, 8 November 2023.
Para dokter meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kelompok hak asasi manusia yang bekerja di bidang layanan kesehatan untuk membantu meminta pertanggungjawaban pihak yang menandatangani surat tersebut. Surat menyerukan pengeboman, yang beredar luas pada akhir pekan kemarin, dilaporkan ditandatangani sekitar 100 anggota kelompok yang disebut Dokter untuk Hak-Hak Tentara Israel.
Advertisement
Surat Para Dokter Israel
Keberadaan surat tersebut pertama kali dilaporkan publikasi Israel HaMedash, Minggu, 5 November 2023. Para dokter mengklaim pemboman Rumah Sakit al-Shifa, fasilitas medis terbesar di Gaza, adalah "hak sah" Israel karena itu berfungsi sebagai basis bagi "kelompok bersenjata Palestina."
"Penduduk Gaza menganggap perlu mengubah rumah sakit jadi sarang teroris untuk mengambil keuntungan dari moralitas barat, merekalah yang membawa kehancuran pada diri mereka sendiri; terorisme harus dihilangkan di mana-mana," bunyi surat tersebut. "Menyerang markas teroris adalah hak dan kewajiban tentara Israel."
Konvoi ambulans di luar rumah sakit dibom Jumat lalu, 3 November 2023, dan Israel mengklaim ambulans membawa pejuang Hamas. Para pejabat di al-Shifa mengatakan konvoi tersebut membawa warga sipil yang terluka ke Mesir melalui perbatasan Rafah untuk mendapat perawatan, karena pasokan medis sangat sedikit di Gaza.
Setidaknya 15 warga Palestina tewas dan 60 lainnya luka-luka dalam pemboman tersebut. Para penandatangan surat Israel, kata para dokter di Gaza, "bertanggung jawab penuh jika, amit-amit, terjadi sesuatu pada rumah sakit."
Lalai dalam Tugas Melindungi Nyawa Manusia
Suara Yahudi untuk Perdamaian (JVP), yang memimpin protes terhadap pemboman Israel di Gaza dan telah lama menyerukan diakhirinya kebijakan apartheid di wilayah pendudukan Palestina, mengatakan para dokter yang menandatangani surat tersebut "lalai dalam tugas mereka" untuk melindungi nyawa manusia.
"Kami ingin membangun dunia yang menjunjung kesucian hidup, secara setara, bagi semua orang, bukan dunia yang mendukung pemusnahan warga Palestina," kata JVP. "Kami tidak akan berhenti berjuang sampai kami mendapatkan keadilan, bagi rakyat Palestina dan seluruh rakyat."
Jurnalis Al Jazeera, Sana Saeed, mengatakan pemboman Israel dan klaim bahwa rumah sakit adalah sarang teroris sangat tidak memanusiakan para pekerja medis karena mereka telah "mempertaruhkan nyawa mereka" bagi lebih dari 2 juta orang, yang mana setengahnya adalah anak-anak, yang tinggal di Gaza.
"Kami bersumpah untuk melindungi nyawa manusia," kata para dokter di Gaza. "Karena itu, (kami) tidak boleh mengkhianati sumpah dan profesi."
Â
Advertisement