Liputan6.com, Jakarta - Tren di media sosial termasuk TikTok kerap mencuri perhatian. Belakangan ini ada tren makanan yang disebut sebagai “Hahu Hoheng”. Fenomena ini menjadi viral karena dianggap lucu tapi juga menantang oleh para pengguna media sosial (medsos).
Viralnya tren Hahu Hoheng banyak dibuat dalam konten video pendek di mana para pengguna TikTok memasak tahu goreng. Proses pembuatannya cukup simpel. Kita cukuo menggoereng tahu dalam minyak panas dan setelah itu langsung dimakan dalam keadaan masih panas dengan tambahan bubuk cabai yang super pedas.
Baca Juga
Sejumlah konten kreator, salah satunya Nanakoot, juga membuat konten yang mempopulerkan tren Hahu Hoheng ini. Warganet pun mulai penasaran dengan nama Hahu Hoheng.
Advertisement
Menurut pemilik akun @nanakoot dalam unggahannya pada 15 Desember 2023, Hahu Hoheng berasal dari plesetan kata tahu goreng. Karena sensasi pedas dan panas yang dimiliki tahu goreng membuat beberapa orang sulit menyebutnya dengan benar. Dan akhirnya banyak yang menyebutnya sebagai "Hahu Hoheng."
Meskipun sederhana, tren ini berhasil menarik perhatian banyak orang dan memberikan sentuhan kreatif dalam dunia kuliner media sosial. Sebelum dimakan, tahu yang dibentuk tipis-tipis itu harus terlebih dulu dibaluri atau dicocol bubuk cabai. Cara mengambil tahunya bisa dengan menggunakan sumpit.
Meski menjadi tren dan banyak dicoba oleh konten kreator dan warganet lainnya, tapi belakangan beredar kabar bahwa makanan Hahu Hoheng dapat menimbulkan risiko kesehatan, termasuk kemungkinan menyebabkan kanker dan efek samping lainnya.
Banyak juga warganet yang sudah mencoba tren makan Hahu Hoheng ini. Namun, mereka mengaku kapok karena menimbulkan efek yang kurang menyenangkan. "Aku nyobain lidah ku mlepuh,” komentar seorang warganet.
"Aku abis nyoba bikin ini lidah melepu+ batuk gk berenti', gak lagi'bikin ini,” ungkap warganet lainnya.
Makanan Terlalu Panas Bikin Lidah Melepuh
Komentar juga datang dari dokter Nadia Alaydrus yang juga seorang influencer. Ia mengatakan tren ini sebenarnya berbahaya. Ada banyak risiko yang mengintai, termasuk kanker.
"Yang pertama adalah luka bakar pada area lidah dan rongga mulut karena itu bisa membuat melepuh, lidah terbakar dan bisa menimbulkan sariawan dan tidak nyaman," kata dokter Nadia dalam dalam unggahan di akun Instagramnya, Kamis, 21 Desember 2023. Selain itu, bisa meningkatkan risiko kanker kerongkongam atau esofagus.
Hal itu bisa terjadi akibat paparan suhu terlalu tinggi atau makanan yang terlalu pedas bisa merusak saluran pencernaan bagian atas. Paparan itu dari rongga mulut yang turun ke kerongkongan. Hal itu bisa menyebabkan inflamasi yang memicu terjadinya kanker.
Kemudian juga bisa menyebabkan kerusakan gigi. "Karena makanan panas itu melemahkan enamel gigi, enamel itu lapisan terluar dari gigi," jelasnya. Bukan itu saja, sebelum menyantap makanan yang panas, biasanya kita akan meniupnya lebih dulu agar lebih cepat dingin.
Padahal menurut Nadia, makanan yang ditiup akan mentransfer bakteri dan mikrooranisme lain dari saluran pernafasan ke dalam makanan tersebut. Makanan memang bisa lebih enak ketika disantap saat masih hangat. Terlebih menikmatinya ketika cuaca atau sedang musim dingin. Hanya saja, bukan berarti langsung dimakan panas-panas setelah dianggap dari minyak panas.
Advertisement
Makanan Dingin dan Panas
Sejumlah warganet mengapresiasi kontem edukasi tersebut. "Masyaa Allah, Rasulullah pun tidak menyarankan makanan panas untuk di tiup-tiup,” kata seorang warganet.
"Saya lebih suka makanan yg aga dingin kalo masih panas suka saya kipasin biar dingin biar bisa menikmati rasanya dengan baik,” timpal warganet lainnya.
"Mungkin yang makan tahu hoheng lihat mukbang di China Korea, di sana daerah dingin, rasa panasnya gak terlalu kerasa, bener gak sih," tulis warganet yang lain.
Tak hanya di Indonesia, sebuah tren makanan nyeleneh mendadak populer di China. Itu terjadi setelah seorang pedagang kaki lima menjual es batu panggang dan membumbuinya selayaknya daging panggang. Dilansir dari New York Post, Rabu, 6 Desember 2023, video penjual tersebut menjadi viral di media sosial.
Video yang diketahui diambil di Changsha, Provinsi Hunan, menampilkan seorang pedagang kaki lima yang melemparkan es batu ke sebuah wajan, lapor Newsflare. Kemudian, pedagang tersebut menaburi es batu itu dengan cabai, jintan, daun bawang, dan bumbu-bumbu lainnya.
Video tersebut juga menunjukan seorang pelanggan yang mencoba hidangan itu. Ia menggambarkan hidangan tersebut bercita rasa pedas dan "menarik"."Karena kami belum mencoba es yang dapat dimakan ini, kami belum dapat memastikan apakah es memang merupakan hidangan yang paling enak disajikan panas," tulis NY Post.
Es Panggang Jadi Perdebatan
Penjual tersebut mengatakan, bahwa es berbumbu itu dijual seharga 2 dolar AS per porsi atau sekitar Rp31 ribu dan merupakan makanan khas daerah China Timur Laut. Namun, klaim tersebut dibantah oleh penduduk setempat.
Seorang insinyur senior di Harbin Standardization Research Institute, yang merancang peraturan manajemen untuk sertifikasi merek makanan terkenal di Heilongjiang, provinsi di wilayah utara China, membantah hidangan tersebut sebagai hidangan otentik dari Timur Laut China.
"Tidak ada jajanan es batu panggang di wilayah timur laut," ujarnya. Ini adalah rekayasa yang dilakukan oleh pedagang kaki lima. "Saya sudah tinggal di timur laut selama bertahun-tahun, dan saya belum pernah melihat hidangan ini," kata salah satu orang yang mengaku sebagai penduduk asli wilayah tersebut.
Sampai saat ini, asal-muasal dari hidangan tersebut masih menjadi perdebatan. Beberapa orang beranggapan, bahwa es panggang ini berasal dari 2021 di Harbin, yang merupakan tempat festival es yang terkenal di Kerajaan Tengah China. Namun, pecinta budaya China lainnya di TikTok berpendapat bahwa itu adalah kreasi makanan yang berbasis di Changsha.
Bagaimanapun, es panggang ini menjadi sangat populer seiring banyaknya video TikTok yang menampilkan hidangan kaki lima ini. Dalam video itu, es panggang tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kubus, kerucut, dan bentuk lainnya.
Advertisement