Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat untuk Perlakuan Etis pada Hewan (PETA) mengeluarkan peringatan bagi wisatawan di Bali untuk tidak mengonsumsi kopi luwak. Imbauan ini dirilis setelah penyelidikan menunjukkan video rahasia tentang cara memperoleh kotoran musang yang mengandung biji kopi yang sebagian telah dicerna.
Melansir CNBC, Rabu, 13 Maret 2024, klip tersebut menayangkan hewan-hewan tersebut dikurung di dalam kandang yang dipenuhi kotoran dan buah kopi yang membusuk, banyak di antaranya dengan luka terbuka, menurut PETA. Rekaman tersebut diperoleh melalui pekerjaan rahasia yang dilakukan penyelidik PETA di sebuah peternakan di Catur, Bali, kata Wakil Presiden Senior organisasi tersebut, Jason Baker.
"Pemandu wisata di Bali sering menyesatkan wisatawan dengan mengklaim bahwa kopi luwak diperoleh dari kotoran luwak liar," ujarnya. "Namun kenyataannya, sebagian besar kopi ini adalah produk dari penangkaran yang hewannya diperlakukan dalam kondisi yang kejam."
Advertisement
Temuan ini bukan yang pertama, menurut PETA. Investigasi sebelumnya pada 2022 juga menemukan musang Asia itu ditahan di penangkaran, tempat mereka diberi makanan berupa buah kopi, menurut organisasi tersebut. Di alam liar, musang yang bukan anggota keluarga kucing ini memakan berbagai macam buah-buahan, seperti mangga, chiku, dan rambutan, serta serangga dan mamalia kecil.
Baker menyoroti bahwa masalah ini tidak hanya terjadi di Bali, tapi juga seluruh wilayah Indonesia dan negara-negara lain yang menyajikan kopi. "Tidak mungkin menghasilkan jumlah yang dibutuhkan untuk ekspor tanpa mengurung musang," katanya. "Meski ada perhatian dan kecaman global, perlakuan tidak manusiawi terhadap makhluk hidup masih terus terjadi di industri ini."
Iming-Iming Pebisnis Kopi Luwak
Ada banyak hal yang bisa dinikmati dari ekosistem kopi di Indonesia, kata Baker. "Tapi pengurungan, penderitaan, dan kesedihan yang dialami musang demi kopi luwak tidak termasuk di dalamnya. Kami peringatkan wisatawan: menjauhlah dari kopi luwak."
Ironinya, nilai dari jenis kopi tersebut jadi alasan banyak wisatawan memilih mencobanya. Ditambah lagi, "ada kesalahpahaman bahwa kopi luwak memiliki rasa yang unik, dan hal ini sering disebut para pelaku bisnis untuk menarik konsumen dan membenarkan harga produk mereka yang lebih tinggi," kata Baker.
Harga kopi luwak juga menarik perhatian, yang dijual berkisar antara 45 hingga 600 dolar AS per pon, kata Baker. Itulah sebabnya kopi ini disebut sebagai salah satu kopi termahal di dunia. Hewan-hewan yang merupakan mamalia nokturnal asli Asia Selatan dan Tenggara, berada di bawah ancaman di Indonesia dengan peningkatan produksi kopi luwak yang juga telah meningkatkan perdagangan satwa liar ilegal, menurut organisasi nirlaba Wildlife Alliance.
Advertisement
Mengecam Perdagangan Kejam
Selaras dengan itu, Tony Wild, seorang penulis dan mantan pedagang kopi yang pernah mempromosikan kopi luwak, mulai berkampanye menentangnya. Ia secara terbuka mengecam perdagangan yang "kejam dan curang" pada 2013 setelah mengetahui bahwa "peternakan luwak yang kejam, terutama di Indonesia, yang menghasilkan berton-ton kopi luwak setiap tahunnya."
Angka ini terus tumbuh bahkan ketika industri tersebut "masih mengayuh mitos bahwa kopi luwak sangat langka," lapor USA Today. Kelompok seperti World Animal Protection mengatakan bahwa ada versi yang lebih manusiawi, 'Kopi luwak yang bersumber dari alam dan 'bebas sangkar'.
Namun, kopi luwak yang beretika sulit ditemukan, bahkan lebih mahal daripada produk pertanian. Ambil contoh Ross Kopi, sebuah operasi di Indonesia yang mengumpulkan biji kopi dengan cara tradisional. Mereka mengirim pekerja ke habitat luwak untuk mengumpulkan kotoran mereka yang kaya akan kopi.
Metode produksi ini tidaklah murah. Harga kopi per kilonya, menurut stokisnya, pengecer mewah Harrods, lebih dari 2,5 ribu dolar AS. Di negara-negara Barat, kopi luwak jadi tabu berkat kampanye yang menargetkan importir Amerika dan Eropa. Namun, produk ini semakin lazim di pusat perbelanjaan Asia.
Jangan sampai Jadi Rentan
Kopi luwak menarik bagi pelanggan tertentu yang mencari produk satwa liar yang memiliki "khasiat palsu," seperti penis harimau untuk meningkatkan kejantanan, sup sirip hiu untuk menangkal kanker, dan cula badak untuk mencegah mabuk.
Di Kamboja, sebelum pihak berwenang melakukan intervensi, pegolf kaya akan menghabiskan 300 dolar AS per mangkuk sup cakar beruang untuk "meningkatkan kejantanan" mereka, kata Suwanna Gauntlett, founder Wildlife Alliance.
Luwak sebenarnya tidak terancam punah, setidaknya untuk saat ini. Namun, industri kopi luwak memicu begitu banyak perburuan musang sehingga para aktivis satwa liar khawatir hewan ini akan jadi langka. "Jika terus diburu," kata Gauntlett. "Mereka akan segera jadi rentan. Musang adalah spesies yang berada di bawah tekanan, dan permintaan (kopi luwak di pasar global) ini akan melebihi pasokan alami."
"Tolong jangan membeli 'kopi musang' atau kopi luwak. Hal ini mendorong peternakan hewan dalam kondisi yang buruk," imbuhnya.
Advertisement