Liputan6.com, Jakarta - Lipstik kuno dari zaman perunggu ditemukan di Iran dan disebut sebagai lipstik tertua. Mengutip laman The Washington Post Jumat, 15 Maret 2024, para Arkeolog telah mengidentifikasi lipstik tertua berwarna merah tua yang bertanggal antara 1936 dan 1687 SM.
Pewarna bibir tersebut diketahui diaplikasikan dengan kuas pada saat itu. "Penting untuk dicatat bahwa dengan pengetahuan saat ini, kami berhipotesis tentang cat bibir, bukan lipstik padat," kata salah satu ilmuwan yang menganalisis, Massimo Vidale melalui email.
Disebutkan bentuknya terlihat sangat mirip dengan wadah lipstik modern. Vidale dan tim penelitinya baru-baru ini memeriksa wadah tersebut dan mempublikasikan temuan mereka Februari 2024 lalu dalam sebuah penelitian di Scientific Reports.
Advertisement
"Itu selalu merupakan wahyu yang tiba-tiba," kata Vidale yang sekaligus seorang profesor arkeologi di Universitas Padua di Italia itu.
Ironisnya, lipstik pertama tersebut ditemukan di Iran, yang mana negara tersebut melarang kosmetik seperti lipstik dan cat kuku setelah revolusi Islam pada 1979. Meskipun pembatasan telah diringankan, banyak perempuan termasuk pegawai pemerintah dan mahasiswa kedokteran masih dilarang memakai berbagai jenis riasan.
Vidale dan rekan penelitinya didukung oleh universitas Teheran dan Padua serta Asosiasi Internasional untuk Studi Mediterania dan Oriental di Roma, menjadi tertarik dengan botol tersebut. Ketertarikan tersebut berawal ketika anggota tim Nasir Eskandari melihatnya di koleksi Jiroft, museum Arkeologi di Iran.
Diyakini Digunakan oleh Budaya Jiroft
Wadah lipstik tersebut awalnya digali ketika Sungai Halil membanjiri kuburan kuno pada 2001. Hasil galian tersebut menghasilkan banyak artefak, termasuk wadah lipstik tersebut.
Berukuran tinggi sekitar dua inci dan lebar tiga perempat inci, botol batu ini sedikit lebih kecil dari wadah lipstik modern. Wadah ukiran tangan ini terbuat dari klorit dan dilengkapi lubang di bagian atasnya untuk mengeluarkan isinya. Fitur pahatannya membuatnya tampak seperti buluh rawa.
"Karena bentuknya yang meniru ruas tongkat rawa, ia sangat tipis dan mudah dipegang," kata Vidale kepada The Washington Post. "Pada saat itu, masyarakat menggunakan ruas rotan biasa sebagai wadah atau wadah, namun yang ini terbuat dari batu yang bergengsi."
Botol tersebut diyakini telah digunakan oleh budaya Jiroft. Isi botol itu berbentuk bubuk akibat dehidrasi setelah lebih dari 3700 tahun. Dengan menggunakan mikroskop elektron pemindaian lingkungan, para ilmuwan dapat mengidentifikasi apa saja yang terkandung di dalamnya.
Advertisement
Bukti Miripnya Masyarakat Modern dengan Peradaban Primitif
Setelah diteliti, lipstik tersebut mengandung banyak hematit, mineral oksida besi. Lipstik tersebut juga mengandung minyak nabati dan lilin, seperti lipstik masa kini. Di bawah mikroskop, pigmen gelap terlihat jelas, menunjukkan produk aslinya memiliki "warna merah pekat".
Terkait bagaimana detailnya lipstik ini digunakan oleh siapa, tidak diketahui. Karena botol tersebut dikuburkan di dalam kuburan, Vidale berspekulasi bahwa botol tersebut mungkin merupakan bagian dari ritual pemakaman.
"Kami meraba-raba dalam kegelapan di sini," tulisnya. "Kita bisa berasumsi bahwa orang mati dihias untuk perjalanan terakhir mereka, tapi kosmetik juga merupakan barang pribadi yang penting untuk digunakan sehari-hari, dan setelah kematian seseorang, kosmetik tidak dapat digunakan oleh orang lain."
Penemuan ini menunjukkan kepada Vidale dan timnya betapa miripnya masyarakat modern dengan peradaban primitif di masa lalu. "Buktinya mendukung hal sederhana: dunia pada awal Zaman Perunggu, ketika kota-kota pertama menjadi pusat politik negara-negara yang kuat dan hierarkis, sudah sangat, sangat mirip dengan dunia kita," tulisnya.
Penggunaan Lipstik Sejak 5500 Tahun yang Lalu
Penggunaan lipstik sudah ada sejak lebih dari 5500 tahun yang lalu. Menurut teks kuno, Ratu Puabi (juga dikenal sebagai Shub-Ad) dari kota Ur, Mesopotamia adalah orang pertama yang memberi pewarna pada bibirnya.
Menurut makalah 2006 oleh Sarah Schaffer, yang diterbitkan oleh Universitas Harvard, penguasa Sumeria rupanya menggunakan campuran timah putih dan batu merah yang dihancurkan sekitar 3500 SM untuk memerahkan bibirnya. Belum diketahui bagaimana kosmetik beracun tersebut berdampak pada kesehatan ratu, karena sebagian besar hidupnya masih menjadi misteri.
Masyarakat Mesir kuno juga diketahui menggunakan lipstik untuk keperluan upacara, penguburan, dan sehari-hari. Sebuah ilustrasi terkenal dari sekitar tahun 1150 SM menunjukkan seorang wanita menghiasi bibirnya dengan riasan.
Dikenal sebagai Papirus Turin 55001, gambar tersebut menggambarkan seorang pemuda Mesir dengan kuas di satu tangan sementara tangan lainnya memegang cermin dan sesuatu yang tampak seperti "botol kosmetik silinder tipis dengan dasar bulat", mirip dengan ukuran dan bentuk wadah yang ditemukan di Iran, menurut artikel Laporan Ilmiah.
Advertisement