Kampoeng Djoeang, Tempat Nongkrong Bernuansa Jadul di Pojok Belakang Museum Satria Mandala

Kampoeng Djoeang cocok untuk Anda yang ingin nongkrong sambil menyusuri memori masa perjuangan lewat berbagai properti yang ditata di dalam kafe. Apalagi, bila Anda mendahuluinya dengan mengunjungi Museum Satria Mandala.

oleh Putri Astrian Surahman diperbarui 19 Mar 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2024, 17:00 WIB
Kampoeng Djoeang
Kampoeng Djoeang. (dok. @kampoeng_djoeang/Instagram/https://www.instagram.com/p/C34v2UiyVio/?igsh=cnQ0OTR4bmkydzI4/Putri Astrian Surahman)

Liputan6.com, Jakarta - Berkunjung ke Museum Satria Mandala di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, tak lagi membosankan bila ada tempat nongkrong yang asyik. Itu yang melatari pembukaan Kampoeng Djoeang pada 2021.

Tempat ngopi itu menempati bangunan rumah joglo di pojok belakang museum. Nuansa tempo dulu sangat terasa lewat penempatan berbagai properti jadul, seperti kursi-kursi kayu, televisi analog, lentera, hingga lampu dengan cahaya remang-remang.

Pemilik kafe sengaja merancang demikian karena terinspirasi dari markas perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman ketika bergerilya bersama pasukannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

"Kampoeng Djoeang terinspirasi dari rumah joglo sederhana, tempat tinggal dan markas Jenderal Sudirman ketika ia dan pasukan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) bermarkas di Desa Pakis Baru, Nawangan, Kabupaten Pacitan," tutur Supervisor Kampoeng Djoeang, Bima, kepada Tim Lifestyle Liputan6.com, pada Senin, 4 Februari 2024.

"Sejarah tidak pernah gagal meninggalkan kesan bagi banyak orang. Mempelajari sejarah perjuangan adalah hal yang menyenangkan meski sudah terjadi di masa lalu."

"Kampoeng Djoeang menjadi salah satu cara dalam belajar dan mencintai sejarah perjuangan Indonesia sembari menikmati sajian kopi dan menu-menu khas kampoeng," sambung Bima lagi.

Maka itu, menu makanan dan minumannya mengikuti kesukaan Jenderal Sudirman dan para pejuang kemerdekaan dulu. Minuman andalan Kampoeng Djoeang adalah wedang uwuh, timun serut, bajigur, bandrek, dan minuman jadul lainnya. Sedangkan untuk makanan, mereka menyediakan nasi goreng kampung dan berbagai menu jadul seperti nasi pecel pincuk, lodeh, nasi rames, rebusan ubi, jagung, dan masih banyak lagi.

Seragam Pelayan Sesuai Konsep

Menu Kampoeng Djoeang
Menu Kampoeng Djoeang. (dok. Kampoeng Djoeang)

Tidak hanya makanan dan minuman zaman dulu saja yang ada di tempat ini, tapi juga menu-menu kekinian tersedia seperti kentang goreng, chicken wings, serta berbagai macam kopi seperti americano, Vietnam drip, dan lainnya. Harganya pun cukup terjangkau, berkisar Rp20 ribu sampai Rp30 ribu. 

Dengan konsep dan makanan yang bertema jadul, pelayannya juga mengikuti konsep serupa hanya dalam event-event tertentu, misal hari kemerdekaan atau hari pahlawan. Mereka akan memakai baju adat Jawa atau busaha bertema pejuang kemerdekaan. Namun di hari biasa, para pelayan mengenakan kaus seragam berlogo Kamjoe di dada kiri.

Tempat ngopi ini memiliki sederet fasilitas, seperti wifi dan stop kontak sehingga membantu yang hendak work from cafe (WFC). Tapi yang hanya ingin bersantai, tersedia sejumlah sudut estetis sebagai latar foto yang manis untuk konten di media sosial. Sementara, musala tersedia menyatu dengan museum. 

Selama bulan puasa, Kampoeng Djoeang tetap buka, dari pukul 10.00 WIB hingga 20.00 WIB. Masuknya tidak harus ke museum dulu, tetapi bisa langsung menuju Kampoeng Djoeang.

 

Bersinergi dengan Museum Satria Mandala

Kampoeng Djoeang
Kampoeng Djoeang. (dok. Kampoeng_djoeang/Instagram/https://www.instagram.com/p/C3sl1gJyYHA/?igsh=cnQ0cXJoc3N2dDIw/Putri Astrian Surahman)

 

Kampoeng Djoeang didirikan sebagai destinasi pendukung Museum Satria Mandala yang menjadi destinasi wisata sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Target utama yang mereka sasar adalah pengunjung museum, khususnya para pelajar maupun masyarakat umum.

Kampoeng Djoeang juga memiliki strategi dalam penjualannya. Strateginya yaitu memilih lokasi strategis yang berdampingan dengan Museum dan menciptakan nuansa yang menarik untuk dikunjungi banyak orang.

Terkait cara pendekatannya dengan pihak museum sebelum membuka kafe, Kampoeng Djoeang sebelumnya sudah ditunjuk sebagai konsultan yang ikut serta merevitalisasi museum di bawah Pusat Sejarah Tentara Nasional Indonesia (Pusjarah TNI).

"Kami bersinergi untuk ikut meramaikan kunjungan wisata sejarah di Museum ini. Sistem kami dengan pihak museum yaitu sewa tempat melalui Kementerian Keuangan," ujar Bima lagi.

Ketika berkunjung, ada beberapa aturan yang harus diperhatikan, di antaranya tidak diperbolehkan untuk membawa makanan dan minuman dari luar, senjata tajam, alkohol/narkotika. Tempat itu bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Bisa Sewa Tempat

Kampoeng Djoeang
Kampoeng Djoeang. (dok. @kampoeang_djoeang/Instagram/https://www.instagram.com/p/C1u1iPzS59j/?igsh=cjBiZXJ5YXlqcmk2/Putri Astrian Surahman)

 

Anda bisa naik Trans Jakarta dan turun di halte Jamsostek. Setelah itu, Anda bisa jalan sedikit untuk mencapai tujuan. Naik kereta juga bisa dengan stasiun terdekat adalah Stasiun Cawang. Perjalanan bisa dilanjutkan menggunakan ojek online atau naik Trans Jakarta.

Selain sebagai tempat nongkrong, Kampoeng Djoeang juga membuka kesempatan untuk sewa tempat, baik untuk acara maupun pemotretan. 

"Untuk biaya event, tergantung dari kebutuhan acaranya. Untuk pemotretan tidak ada charge sewa tempat, hanya saja ada minimum spend Rp1 juta untuk sumbangan biaya perawatan koleksi sejarah di Kampoeng Djoeang ini," kata Bima.

Mengutip laman museum.kemdikbud.go.id, Museum Satriamandala merupakan museum khusus yang didirikan untuk mengingat sejarah perjuangan Tentara Nasional Indonesia. Museum ini diresmikan pada 1972 oleh Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.

Di museum ini terdapat beberapa koleksi berupa peralatan perang beberapa masa, mulai dari peralatan kuno hingga yang modern, seperti ranjau, rudal, torpedo, meriam, hingga tank.Di museum ini juga terdapat tandu yang digunakan untuk membawa Jenderal Sudirman saat sakit dan melakukan perang gerilya melawan Belanda pada 1940-an.

Infografis Wisata Museum di 5 Wilayah DKI Jakarta
Infografis Wisata Museum di 5 Wilayah DKI Jakarta.  (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya